Main Character :
Namikaze Minato & Uzumaki Kushina

Genre : T

Disclaimer :
Naruto belongs to Kishimoto


Prolog

Kushina POV

Inilah aku di usiaku yang ke 14, masih sebagai seorang idola di Jepang. Ya, aku terlahir sebagai seorang idola terkenal sejak kecil. Ayah dan Ibuku, Hashirama Senju dan Mito Uzumaki. Mereka berdua adalah 2 orang aktor dan aktris profesional yang bahkan sudah sampai ke Hollywood. Mereka berdua sering berpergian ke luar negeri, jadi aku sering sendirian di rumah.

Tok tok tok "Kushina-chan! Sudah saatnya syuting!"

Ah...rupanya managerku Mikoto sudah datang. Aku harus segera bersiap, apalagi jika sutradaranya Tsunade-san. Terlambat 2 menit saja, aku sudah kehilangan jam istirahatku. Benar-benar mematikan. "Tunggu aku dibawah, Mikoto-san. Aku akan segera turun."

Aku segera berganti baju dan membawa alat-alat penyamaranku juga. Kututupi rambut merahku yang sudah tergulung ke atas dengan topi, dan kacamata hitam sebagai pelengkap. Aku selalu merasa seperti laki-laki jika rambutku kugulung seperti ini. Terasa lebih keren.

Setelah selesai, aku segera bergegas menuju tempat Mikoto-san menungguku. Dia masih sibuk dengan ponsel-ponsel yang saling sahut menyahut berbunyi. Mikoto-san memang super sibuk, karena dialah mengurusi semua kontrak dan jadwal kegiatanku, dia juga yang membuat laporan pada orang tuaku tentang kegiatanku. Tapi aku kagum dengan kehebatannya membagi waktu.

"Mikoto-san! Ayo!" aku menepuk pundaknya ringan.
"Nah...ini naskahmu nanti, lau ini daftar kegiatanmu selanjutnya. Jangan lupa, nanti malam kau masih harus menghadiri acara talk show Yamato." Mikoto-san masih pusing dengan serentetan jadwalku itu.

Tempat Syuting...

"Akhirnya kau datang juga Kushina. Hmm...tepat waktu seperti biasanya." Tsunade-san menoleh ke arahku dan melihat arlojinya.

"Kau tahu aku selalu tepat waktu, Tsunade-san." Aku tersenyum simpul.

"Ya, aku tahu. Cepat ganti bajumu, kita akan segera mulai pengambilan gambarnya." Tsunade-san mulai menegaskan suaranya.

Aku sudah selesai ganti baju. Sesuai dengan usiaku, sekarang aku berperan sebagai seorang anak SMP. Memang itu mudah bagiku, tapi entah kenapa aku mendapat firasat buruk tentang film ini. Ah... sudahlah, semua akan berjalan lancar seperti biasa.

Take 12

"Ada apa denganmu, Kushina? Kau tak seperti biasanya." Tsunade-san mulai bosan dengan pengulangan adegan ini. Aku juga bosan, tapi aku memang tak bisa.

"Maafkan aku, Tsunade-san. Aku kurang berpengalaman dalam hal ini. Kau tahukan kalau aku ini home schooling. Kurasa aku akan sulit mendalami peran ini."

"Ya, aku tahu itu. Tapi, kau satu-satunya pemain yang cocok memerankan Himeka disini."

"Tapi aku sama sekali tak ada pengalaman bergaul dengan teman sebayaku, Tsunade-san."

"Aku mengerti. Aku akan memberimu waktu 3 bulan untuk bersekolah seperti anak biasa. Tapi bukan di Tokyo. Tepatnya di Hokkaido, di sana tak banyak yang mengenalmu. Kau akan lebih nyaman, tapi kau juga tak boleh membongkar identitasmu."

"Memangnya kenapa?"

"Kau pikir apa tanggapan pers jika mereka tahu kau tak bisa memerankan peran ini? Padahal kau terkenal dengan bakatmu berakting."

"Baiklah aku mengerti, Tsunade-san."


Hokkaido

Kushina POV

Jadi ini Hokkaido. Sejuknya...banyak pohon dan sawah di sini. Benar-benar nyaman.

"Hei, Mikoto-san. Seperti apa sekolahku nanti? Apa aku akan mendapatkan banyak teman?" tanyaku ragu.

"Tenanglah. Kau akan baik-baik saja. Orang di sini juga tak banyak yang mengenalmu, jadi kau boleh menggunakan nama aslimu. Kami juga sudah mencarikan orang tua angkat untukmu."

"Benarkah? Terima kasih, Mikoto-san!" aku memeluk wanita itu dan tersenyum. Ia adalah manager terbaik yang pernah kumiliki.

"Oh...aku juga tak bisa menemanimu, Kushina-chan. Aku harus mengurus kontrak-kontrakmu yang akan terbengkalai selama kau disini."

"Aku mengerti."

"Syukurlah. Terima kasih, Kushina-chan." Ia tersenyum simpul.

oOo

Ini dia, rumahku selama di Hokkaido. Sederhana tapi nyaman. Kedua orang tua angkatku adalah Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura. Mereka berdua tak punya anak, karena itulah mereka dipilih sebagai orang tua angkatku.

"Senang bertemu dengan kalian." Aku menundukkan kepalaku. Kuharap mereka menyukaiku.

"Anak yang manis. Uzumaki Kushina ya..." tanya sang istri dengan ramah.

"Terima kasih mmm...Sakura-san." Jawabku ragu.

"Tak perlu seperti itu. Panggil saja Kaa-san, dan Tou-san." Ia tersenyum lagi

"Tentu, Kaa-san. Mohon bantuannya."

"Yah...kurasa sudah cukup bicaranya. Mari kutunjukkan kamarmu, Kushina." Sasuke-san berdiri da mengantarku ke kamarku. Kamarku di lantai 2, lumayan luas dan nyaman. Kurasa aku lebih betah di sini daripada di rumahku sendiri. Tentu saja karena di sini tak sepi.

Kurasa aku akan segera tidur. Apalagi karena perjalanan jauh yang melelahkan tadi. Lagipula, ini sudah waktunya untukku tidur.

"Selamat tidur, Kushina." Suara Sasuke-san menjuah dan sembari mematikan lampu kamarku.

"Bangun!" teriakan Sakura-san membangunkanku dari dunia mimpiku.

Kicau burung dan sinar matahari yang menembus kegelapan kamarku menyambutku ramah. Aku menguap sedikit dan mulai menggerakkan badanku perlahan.

"Kushina! Ini hari pertamamu ke sekolah. Kau tak boleh terlambat. Cepat kemari!" Sakura-san ternyata galak juga. Aku hanya tersenyum dan segera menghampirinya.

"Ohayo, Kaa-san. Maaf, aku terlalu lelah dan lupa memasang alarm." Aku tersenyum sambil membenahi rambutku yang berantakan.

"Ya sudah. Cepat mandi, kamar mandinya ada di dekat kamarmu." Sakura-san berkacak pinggang sambil menunjukkan arah ke kamar mandi padaku.

oOo

Sudah selesai. Aku hanya perlu menunggu Sasuke-san selesai sarapan dan kami akan berangkat. Itu dia. "Aku pergi dulu, Sakura. Ayo, Kushina. Kau tak mau terlambat di hari pertamamu bukan?"

"Tentu saja, Tou-san. Kaa-san aku pergi dulu. Jaa..." aku melambaikan tanganku pada Sakura-san, ia tersenyum.

Sekolah...

"Nah, Kushina kau sudah sampai." Sasuke-san menurunkanku di depan pintu gerbang sekolah.

"Baiklah. Aku pergi dulu, Tou-san." Aku melangkah keluar dan segera berlari ke gerbang karena gerbangnya nyaris tertutup.

Baiklah, sekarang yang harus kutemui adalah ruang guru. Aku sempat berputar-putar karena bingung, tapi aku berhasil menemukannya. "Ano...aku murid baru di sini. Aku sedang mencari Kakashi Sensei. Apa sensei tahu dimana dia?" tanyaku pada salah seorang guru di sana.

"Aku Kakashi Sensei. Jadi kau murid baru itu? Mari, akan kuantar kau ke kelasmu. Kebetulan, jam 1 ini jam wali." Rupanya dia adalah Kakashi Sensei. Rambut putih, memakai masker dan sepertinya misterius sekali ya.

Di kejauhan kudengar suara gaduh anal-anak. Jadi ini yang namanya sekolah umum, menarik. Kami sudah sampai di depan kelas. Aku bisa merasakan banyak mata yang melihat ka arahku lewat jendela mereka.

Grek grek Kakashi Sensei menggeser pintu kelas itu.

"Ehem anak-anak, mohon perhatiannya sebentar." Semua mata tertuju padaku dan Kakashi Sensei juga duduk di kursi agungnya. Apa yang harus kukatakan?

"O-ohayo, minna-san. Aku Uzumaki Kushina. Aku dari Tokyo. Umurku 14 tahun, hobiku menyanyi dan bermain piano. Mohon bantuannya." Aku tersenyum dan menundukkan kepalaku. Kulihat banyak anak laki-laki yang membalas senyumanku. Sedangkan yang perempuan mereka hanya diam saja, yah...beberapa ada yang membalas senyumanku.

"Nah, Uzumaki. Kau duduk di sana. Di sebelah Namikaze." Kakashi Sensei menunjukkan arah bangkuku. Di deretan tengah, di dekat jendela.

"Baiklah, terima kasih, Sensei." Aku mengambil tasku dan segera menuju bangkuku. Semua anak masih melihat ke arahku. Aku ingat kalau Himeko itu ramah, jadi aku harus banyak tersenyum. Aku tersenyum ke arah mereka. Laki-laki dan perempuan, mereka semua membalas senyumanku. Aku sudah berhasil mengerti 1 sifatnya.

"Kau Namikaze kan? Mohon bantuannya." Aku menyapa anak pirang itu yang sedari tadi bengong.

"Hah? Oh ya,ya." Ia baru tersadar dari lamunannya. Ada sedikit rona merah di pipinya.

"Nah...anak-anak, ayo kita mulai pelajarannya." Suara Kakashi Sensei mengagetkan seluruh kelas.

"Aku Namikaze Minato. Panggil saja Minato, Uzumaki-san." Suaranya membangunkanku dari lamunan. Aku melihat ke arahnya, ada rona merah di pipinya.

"Salam kenal, Minato. Kau bisa memanggilku Kushina kok." Senyumku ramah. Ia tersenyum.

oOo

Jam istirahat...

Banyak anak perempuan mengerumuni mejaku. Mereka memperkenalkan diri dan mengajakku mengobrol sambil menghabiskan bentounya. Kalau tidak salah ada Hinata, Ten-ten, dan Ino. Mereka bertiga baik. Sambil mendengarkan obrolan mereka, aku merogoh-rogoh tasku. Tidak ada? Yang benar saja, masa ketinggalan sih? Aku mulai kebingungan.

"Kushina-chan, ada apa?" tanya Ten-ten. Aku menoleh dengan muka pasrah.

"Aku...lupa bawa bentou..." kataku pasrah. Mereka bertiga kaget.

"Anu...Kushina-chan. Aku ada 2 bentou. Kau mau?" suara Hinata barusan bagai pencerahan bagiku.

"Te-tentu saja. Tapi bagaimana denganmu?" tanyaku ragu.

"Aku cukup 1 saja." Seyumnya. Aku tersenyum dan mulai menyantap bentou itu.

"Kushina, ngomong-ngmong bagaimana rasanya duduk di sebelah Minato-san?" tanya Ino.

"Biasa saja, memangnya kenapa?" aku curiga ada yang aneh-aneh.

"Dia itu terkenal karena ketampanannya dan keramahannya. Semua gadis di sini adalah fansnya. Tapi kalau sampai kau menyukainya, katanya kau akan selalu ditolaknya. Itu rumornya. Kami tidak terlalu dekat dengannya jadi hanya tahu sedikit." Jawab Ino sambil melahap onigirinya.

Aku tertegun sesaat. Itu karakter yang sama dengan lawan mainku. Himeka disukai oleh orang seperti itu. Tapi aku tak boleh menyukainya, karena Himeka juga tak boleh menyukai temannya itu. Baiklah, aku pasti bisa. "Terima kasih atas sarannya, Ino. Aku akan berhati-hati."

oOo

Flashback
Minato POV

Rupanya ada murid baru ya. Aku ingin tahu seperti apa. Ah itu dia datang.
Aku sempat kaget melihatnya. Anaknya cantik, dan rambutnya indah. Menarik juga.

"O-ohayo, minna-san. Aku Uzumaki Kushina. Aku dari Tokyo. Umurku 14 tahun, hobiku menyanyi dan bermain piano. Mohon bantuannya."

Uzumaki Kushina ya. Baguslah dia duduk di sebelahku. Kesempatan baik untukku mengenalnya.

"Kau Namikaze kan? Mohon bantuannya." Ia menyapaku dan tersenyum. Aku sempat kaget dengan sapaannya barusan. Kupikir ia akan langsung duduk. Wajahku jadi panas melihat senyum itu. Aneh seharusnya dia yang terkagum-kagum. Tapi, ya sudahlah. Ia akan segera menyukaiku. Kenapa ia melihatku terus?

"Hah? Oh ya,ya." Aku tersadar dari lamunanku.

Selama pelajaran, kuperhatikan dia sepertinya pintar. Walaupun begitu, ia tetap serius memperhatikan Kakashi Sensei. Ia bahkan tak sadar bahwa sedari tadi aku meliriknya. Gadis yang aneh. Aku yakin ia itu bukan tipe gadis yang akan langsung menyukaiku seperti yang lain. Ini akan sulit.

oOo

Kushina POV

Akhirnya hari pertamaku di sekolah berjalan dengan lancar. Aku bisa mengikuti semua pelajarannya dan aku yakin aku bisa memerankan Himeko dengan baik besok. Lagipula, pelajaran di sini sudah lama aku pelajari. Ini seperti mengulang yang sudah diajari oleh Shizune Sensei, ia guru Home schoolingku. Tapi, tak ada salahnya belajar lagi. Aku tersenyum dan bergegas keluar kelas.

Tunggu, ada seseorang lagi. Ia tak asing bagiku.

"Minato?" aku menepuk pundak orang itu.

"Kau rupanya, Kushina." Benar dugaanku, tapi apa yang dilakukannya jam segini? Ini sudah sore, aku yang terakhir di sekolah.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku ragu.

"Aku mengambil barangku yang tertinggal. Bagaimana denganmu?" ia menunjukkan notes kecil di tangannya.

"Aku baru saja mencoba piano sekolah. Suaranya sangat bagus."

"Ini sudah sore, mau pulang bersamaku?" tanyanya sambil melihat ke arah jam.

"Baiklah. Terima kasih, Minato." Aku tersenyum dan segera berlari mengambil tasku.

Minato POV

Aku berhasil mengajaknya pulang bersama. Setidaknya nanti aku akan segera tahu di mana rumahnya. Aku juga bisa lebih dekat dengannya. Jujur saja, aku ingin lebih dekat dengannya.

"Hei, Kushina. Kenapa kau pindah ke sini?" aku sekedar basa-basi.

"Anu...oran tuaku dipindah tugaskan ke sini. Mau tak mau aku harus mengikuti mereka."

"Oh...bagaimana dengan pelajaran tadi? Apa kau bisa mengikutinya?" ayo Minato pikirkan topik yang menarik, jangan biarkan kesunyian datang.

"Yah...pelajarannya tak jauh beda dengan di Tokyo. Hei, Minato. Menurutmu, apakah aku ini aneh?"

"Hah? Tidak, memangnya kenapa?"

"Tadi selama di sekolah, semua orang terus saja melihatku."

"Kau tidak aneh, Kushina. Kau itu pendek dan pecicilan." Ejekku

"Apaan sih? Aku serius, lagipula tinggimu dan tinggiku tidak jauh beda." Ia memonyongkan bibirnya sambil membandingkan tingginya dengan tinggiku.

"Iya, iya. Kau tidak aneh, Kushina. Mereka semua tadi melihat kecantikanmu. Tadi saat istirahat, banyak temanku yang membicarakanmu. Yah...maklumlah di sekolah tak ada yang secantik dirimu." Wajahku panas karena perkataanku sendiri.

"..." ia diam.

"Kushina?" aku menoleh ke arahnya. Kudapati wajahnya sudah berubah warna seperti rambut merahnya itu. Aku tersenyum geli melihat reaksinya itu.

"Hei, kau itu bagiku tetap saja pendek dan jelek. Jangan kegeeran." aku tahu dia cantik tapi aku tak mau mengakuinya. Biarkan saja begini dulu.

"Huh...aku tak butuh komentarmu. Dasar jelek!" balasnya tak mau kalah.

"Ngomong-ngomong, rumahmu ke arah mana?"

"Eh? Tunggu sebentar, biar kulihat denahnya dulu." Ia mengeluarkan secarik kertas dari sakunya.

"Ya ampun kau itu payah sekali ya. Rumah sendiripun tak tahu." Aku menggelengkan kepalaku berlagak mengejeknya.

"Sori lo. Aku kan baru di sini."

"Ya sudahlah. Jadi ke arah mana rumahmu?"

"Ke sini." Ia menunjuk ke arah alan yang sama dengan arah rumahku.

"Wah...kebetulan, aku juga ke arah itu. Ayo, kenapa diam saja?" aku menengok ke arahnya. Ia tersenyum, padaku. Senyum yang membuatku terpesona sejak awal bertemu dengannya.

Kushina POV

Aku tersenyum pada Minato. Pipinya merah. Entah kenapa, aku merasa tidak canggung lagi dengannya.

"Ini rumahku, Minato."

"Hah? Jadi ini rumahmu? Dekat ya dengan rumahku. Kalau rumahku tinggal 1 blok lagi dari sini. Oke, sampai ketemu besok, Kushina."

"Bye-bye!" aku melambaikan tangan dan masuk ke rumah.


Baiklah sekian dulu chap. 1
Hope you enjoyed it :3

Review please.
Chap.2 segera menyusul...

Maaf ya, ada banyak perubahan image character di sini...