"Aku berangkat dulu, bu!" gadis itu berteriak dari pintu rumahnya sambil berlari usai menyelesaikan simpul tali pada sepatu berwarna merah sebatas mata kakinya. Meninggalkan sepiring roti bakar isi telur dadar yang diolesi mayones banyak-banyak oleh sang Ibu. Kakinya terus berlari menuju arah halte bus kota yang akan tiba dalam waktu tidak kurang dari tujuh menit lagi. Itulah alasan si gadis meninggalkan sarapan kesukaannya; demi mengejar bus kuning yang akan mengantarkannya menuju kampus tempatnya menimba ilmu.
Gadis itu berlari terus tanpa berhenti; melewati begitu saja sapaan beberapa kerabatnya dan melupakan gonggongan anjing yang biasanya ia takuti hingga menangis ditengah jalan, serta mengabaikan tawaran cuma-cuma sebotol yogurt segar rasa apel dari paman dibelokan dekat kedai ramen yang biasanya tak pernah ia lewatkan. Semuanya ia lakukan demi bisa mendapatkan tempat duduk didalam bus dan sampai kekampusnya tepat waktu –karena telat sedikit akan terhitung setengah jam, itu semua karena macet.
Ia sempat mengumpat beberapa kali karena ada halangan didepannya; motor yang menyerempet atau mobil dan truk sialan yang dengan santainya memarkir dan berhenti lama-lama. Tapi semuanya segera berhenti ketika kakinya menginjak trotoar halte dan iris gelapnya menatap penampakan bus yang ia bela-belakan demi apapun mendekat menuju halte. Ia tersenyum, begitu bus berhenti dan pintunya terbuka, buru-buru ia melesakan tubuhnya diantara manusia lainya demi berebut kursi nyaman yang terbatas didalamnya.
Yah, setidaknya ia mendapatkan tempat duduk meskipun yang paling ujung dan paling sempit. Setidaknya, dia tidak berdiri. Dan setidaknya, dia bisa menghemat tenaga untuk beradu mulut dengan senior alien yang pasti akan ditemuinya dimana-mana. Karena, seniornya ini mungkin sejenis alien yang berkekuatan teleportasi –sehingga bisa berada dimanapun ia berada secara cepat.
"Sebenarnya dia itu siapa, sih? Jika difikirkan lagi, aku bingung menentukan dirinya itu makhluk apa sebenarnya." Katanya sambil menggulirkan matanya menuju jalanan yang ramai hilir-mudik kendaraan. Ia mendesah kearah kaca, menimbulkan sebuah embun disana. Tanganya ditujukan disana, menuliskan sebuah Hangeul yang berartikan 'siapa kau' lalu kembali menatap kearah jalanan kota Seoul yang ramai.
.
.
WHO ARE YOU?
.
Ia hanya tahu jika Seniornya itu adalah seorang alien-mesum-aneh yang senang mengganggu ketenangan hidupnya sepanjang hari. Jungkook tidak tahu siapa itu Taehyung yang sebenar-benarnya, dan Jungkook tidak tahu pula apa maksud dari semua kegiatan yang seniornya itu lakukan untuknya pada tiap harinya.
.
Pairings : VKook/TaeKook – wth othr slight inside.
Rating : T (PG-13)
Genres : Drama, Romance & Slice-of-life
Warning! : Humoralay-receh; Bahasa labil; gak sesuai EYD; AU-AT; lot of typos; ooc; genderswitch – sex reverse; Male!Tae – Fem!Kook
Discalaimer; Bangtansonyeondan – BigHit – theirs parent, Tuhan YME. Ceritanya milik saya, kecuali perabotan yang saya gunakan itu milik bersama –loh. No profits taken!
Terinspirasi dari anime 'Kaichou wa maid-sama' Jadi, jika ada kesamaan adegan dari sana kedalam cerita ini, harap antisipasi ya, pasti ada satu-dua yang dicomot dari sana.
.
Silahkan kembali jika tidak menyukai jenis cerita ini, pairing ini, genre ini dan segala atribut lainya. Exit dan tinggalkan pagenya, jika anda sekalian tidak menyukainya. Daripada meninggalkan ampas diakhir kan gak ena, jadi pilih yang enaena aja lah yha :)
Hope u enjoy, guys.
.
.
.
Bab 1 : Embarrassement
Jungkook berjalan dengan santai sambil memakan sebungkus roti sobek yang ia beli disupermarket pinggir jalan tadi saat turun dari bus. Lapar juga jika dirasakan setelah berlari secepat kilat dan berdesekan dengan manusia waktu dipagi hari.
"Kook-ah!" ia menolehkan kepalanya kesumber suara, kemudian tersenyum lebar sambil melambaikan tanganya dan mengarahkan kakinya mendekat menuju seseorang yang memanggilnya. Mereka berpelukan sebentar, kemudian saling melempar pandangan memuji akan penampilan satu-sama lain. "Kau bertambah tinggi, aku iri padamu. Lihat, aku bahkan segini-segini saja –kau harus tahu, aku dibilang kerdil oleh kakak kelasmu waktu sekolah dulu, huh." Dumel orang didepannya sambil memasang wajah lucu. "Bagaimana jika kita sambil duduk?" ia mengerling bangku taman disebelahnya kemudian menyeret Jungkook untuk duduk disana dan berbincang-bincang ala perempuan.
Jungkook masih melahap rotinya sembari mendengarkan cerita orang ini tentang seseorang lain yang disebutnya sebagai 'seniormu ketika sekolah dulu' pada Jungkook. "Kenapa memangnya tentang Jimin-oppa?" tanyanya penasaran, bisa keram juga lama-lama mendengar orang menggerutu. "Kufikir dia lumayan oke, ada masalah apa memangnya sebetulnya, unnie?"
"Begini," unnie itu berdeham feminim, kemudian menyelipkan anak rambutnya pada telinga sebelum ia kembali memulai kalimatnya, "Dia mengajakku kencan kemarin ming –jangan bertanya dulu, Kook-ie, biarkan kau menyelesaikannya dulu –dia mengajakku pergi dengan motornya, dan dia mengejekku pendek kala aku tidak sampai menapakan kakiku untuk turun dari sana saat sudah sampai, menyebalkan 'kan?" orang itu menyipitkan matanya menyuruh –memaksa –Jungkook untuk setuju padanya.
"Err –menurutku, ya, itu hanya candaannya saja, Unnie. Dia begitu karena mencari perhatianmu, ya kautahu sendirilah, dari deretan mantan pacar dan gebetanmu, semuanya berakhir dengan menyerah karena kenyang kau juteki dan kau omeli mati-matian karena sebuah candaan itu." Jungkook membuang bungkus rotinya, menelan rotinya dengan halus kemudian berkata lagi, "Sebaiknya kau kurangi tempramenmu itu, aku memiliki firasat kuat jika kali ini pria yang mengencanimu itu tipe yang tak pantang menyerah."
Orang didepannya cemberut, "Kau tidak jadi sekteku, nih, jadinya sekarang?"
"Maaf, Yoongi-unnie, kali ini aku bersama Jimin-Oppa." Katanya mendeklarasi sektenya sambil tertawa terbahak karena orang bernama Yoongi itu semakin menekukan wajahnya seperti nenek-nenek sembelit. "Yah, jangan begitu, bisa-bisa tanaman disini layu karena –YAH! JANGAN MENCUBITKU, MIN YOONGI!"
"Rasakan! Kau sudah menghianatiku! Kau dan Hoshiki! Kalian menghianatiku!" tanganya yang putih selaras salju melayang untuk mencubiti Jungkook disegala sudut. Jungkook meringis sakit sambil berusaha melarikan diri dari cubitan pedas seorang Min Yoongi. "Unnie-ya! Cukup, ih! Sakit!"
Yoongi berhenti, tapi wajahnya masihlah seperti tadi. "Kenapa kau berfikir jika Jimin adalah jenis yang tak pantang menyerah? Kau peramal? Bisa membaca masa depan?" Jungkook tertawa, "Mana ada, sih? Ya, aku hanya berfirasat saja, memangnya salah? Lagipula, Jimin-Oppa itu sungguh-sungguh loh menyukaimu." Kata Jungkook dengan kalimat yang menggoda Yoongi untuk mengetahui lebih tentang Jimin.
"Yoongi-unnie, kau tahu tidak kalau Jimin-Oppa itu menyimpan banyak sekali sesuatu tentangmu." Jungkook mengangkat sedikit ujung bibirnya kala Yoongi mendelik marah sekaligus penasaran, "Kalau Yoongi-unnie tahu, pasti Jimin-Oppa akan malu sekali, karena ini adalah rahasianya tentangmu."
Yoongi menolehkan kepalanya kearah Jungkook, "Kau fikir dengan iming-iming begitu, aku tertarik untuk mengetahuinya, Kookie?"
"Ekspresimu sudah menjawabnya, Unnie." Jungkook terkekeh lucu, sedangkan Yoongi hanya bisa menggerutu sebal karena dipermainkan oleh Jungkook yang jelas sekali lebih muda darinya dan juga juniornya. "Sudahlah, intinya, kau harus bisa terbuka padanya, Unnie. Dia tidaklah seperti mantanmu, dia orang yang sangat berbeda. Dia itu, tipe tidak biasa, deviant mungkin."
Yoongi menggerakan tanganya menolak kata-kata yang Jungkook utarakan, "Ya-ya, kembangkan saja itu dalam imajinasimu, Jeon Jungkook, karena aku akan pergi sekarang juga –dan apapula deviant? Kaufikir dia titan?" Jungkook kembali tertawa, "Yah, mau kemana kau, Unn –KENAPA KAU DISINI, EOH!?" Jungkook memelengkingkan suara kala melihat sosok lain yang ada diantara mereka.
"Yosh." Bukanya menjawab sosok itu malah melambaikan sebuah stik pocky rasa cokelat diudara yang ditujukan kearah Jungkook. "Asik sekali tertawanya –habis ini siap-siap kutertawai, ya, Jungkook." dengan wajah meledek yang menyebalkan, orang itu melahap pockynya dengan santai, matanya melirik Jungkook dan Yoongi bergantian, "Silahkan menggosipi aku lagi, gadis-gadis, aku tidak masalah diperbincangkan secara terang-terangan, kok. Itu adalah tindakan paling greget yang kusukai, ayo jangan malu-malu, bicarakan lagi."
Jungkook membuat persimpangan sebal diatas kepalanya, sementara Yoongi dengan wajah datarnya sudah enyah dari sana karena tidak akan mengerti persoalan yang Jungkook dan orang itu bicarakan selanjutnya.
"Mau apa kau kemari, hah? Menggerecokiku saja –pergi sana, hush, hush!" Jungkook menggusah orang tadi, mendorongnya seperti karung beras penghalang jalan didalam kedai kelontong Baba Hong. "Apa, sih, Jungkook? akukan disini hanya makan pocky, bukanya menggercoki kau dan gadis berdarah dingin itu, geer sekali kau ini jadi manusia –kau harus mengurangi kadar geermu untuk menghemat umurmu, Jungkook, ketahuilah." Orang itu menoyor kepala Jungkook dengan enteng tanpa dosa, lalu bergerak menghindar ketika Jungkook hendak membalasnya.
Jungkook menggeram marah, membawa kakinya melangkah besar-besar untuk mengejar orang didepannya yang begitu meledek meskipun wajahnya membelakanginya. Pantatnya bergeyol mengatainya –hanya firasat Jungkok saja, hanya firasat.
Matanya menyalang kesal dibelakang punggung berbahu sempit milik orang didepannya. Tanganya mengepal kuat dengan tenaga siap menjotos kepala tak berguna orang didepannya yang masih berjalan dengan santainya. Jungkook mengumpat diam-diam, tanganya mengulur maju untuk meraih kain belakang pakaian orang didepannya, namun –
"–Yah, kau mengikutiku nih, Jungkook. kau sungguhan penggemarku, kan." Katanya dengan santai, ia mengunyah pocky lagi dan lagi, membalikan tubuhnya dan membuat pergerakan yang akan Jungkook lakukan padanya terhenti. Ia berdiri tepat didepan Jungkook, matanya yang tak memancarkan semangat hidup memandangi Jungkook dengan terus-menerus. "Aku ingin ketoilet, loh? Mau mengikuti sampai kesana juga, tidak?"
Jungkook terkaget ditempat, menarik tanganya sesegera mungkin kemudian berteriak kencang menolak ajakan tak senonoh orang tadi. "Enggak! Idih, ih! Makasih, sana pergi saja! Masuk kedalam lubang pispot sekalian!" Jungkook mencak-mencak sebal. Mengigiti bibirnya menahan emosi yang bisa saja merubahnya menjadi manusia serigala –tidak. Jungook membalikan arahnya kembali menuju taman. Ia sebetulnya ada kelas, namun moodnya tidak baik karena orang aneh penggila pocky tadi. Jadi ia berniat mengirimi temannya pesan agar memberitahu dosenya jika ia tidak bisa hadir hari ini dalam mata kuliahnya. Jadi ia berhenti sebentar ditengah jalan untuk mengetikan pesan pada kawannya itu.
"Oh, kau sungguhan penggemarku, kan. Buktinya kaau sampai menungguku keluar dari kamar mandi nih." Suara orang tadi terdengar dari arah belakang Jungkook. sontak gadis berambut bondol dengan warna hitam legam itu menoleh dan segera membuat jarak, "Apa-apaan sih!? Pikiranmu eror, ya? Mana mungkin aku menunggumu disini? Hello, kau siapa ya? Aliando bukan, untuk apa aku menunggumu disini." Katanya dengan nada sinis, matanya memutar jengah lalu kembali berkutat dengan ponsel dan pesannya.
Orang didepannya menaikan alisnya satu, "Kau menyukai Aliando ?"
"Tidak ada implikasi menyakitimu dari pernyataan itu, orang aneh. Jadi, bisakah kau hanya pergi dan tidak menggangguku terus, hah? Sepertinya kau tidak punya banyak hal untuk kau lakukan selain menggangguku." Jungkook berkacak pinggang, memelototi orang itu dengan mata bulatnya yang lucu dengan sinar-sinar cemerlang yang membuat silau. "Sudahlah, tidak ada hasilnya juga mengatakannya berjuta-juta kalipun padamu." Ia melangkahkan kakinya lagi, kini niatnya sudah berubah. Ia tidak ingin ke taman, ingin mengunjungi buku-buku saja diperpustakaan, kata Jungkook dalam hati.
Orang itu mengedipkan matanya beberapa kali, lalu didetik berikutnya orang itu melemparkan kardus kosong yang tadinya sebagai bungkusan makanan ringan berupa pocky yang dimakan olehnya. Ia menyeringai lebar, tak memancarkan dosa atau rasa bersalah dan tidak enak pada Jungkook, alih-alih semakin membuat senyumannya bersinar seperti persegi pemancar kebahagiaan tak terbatas yang menyilaukan.
"Aliando tidaklah setampan diriku, Jungkook. Beralihlah menjadi fansku, kau tidak akan rugi!" katanya sedetik sebelum Jungkook akan menyumpahi orang itu dengan sumpah-serapahnya. Ia menyengir lebar kala Jungkook berteriak-teriak marah karena kepalanya sakit terkena lemparan kardus, "Akan ku obati jika itu berdarah, Jungkook –tapi kau harus jadi fansku." Ia menawar sambil main-main, menyelipkan gelak tawa menggelitik disetiap ucapannya dan itu membuat Jungkook naik darah.
"Gundulmu! Mana sudi aku menjadi fans dari orang aneh asal pluto semacam dirimu itu, hah!? Kau tidak tahu jika kepalaku semakin sakit setiap melihatmu berada dimana-mana kala aku berada!? Kau fansku? Kau pengungit, hah!?" Jungkook mencekoki orang itu dengan rentetan pertanyaan yang tak perlu dijawab dirinyapun tahu jawabannya. "Sudahlah, aku capek, tahu –fans kentutmu, jadikan saja dirimu sendiri fans untuk dirimu." Jungkook menggerutu sepanjang jalan, telapak tanganya bergerak dibelakang kepalanya mengusap-usap bekas timpukan orang aneh tersebut.
Orang itu membuat senyuman dibelahnya, matanya memperhatikan Jungkook yang berjalan menjauh dengan gerutuan tentang dirinya. Ia mengikuti gadis itu, melangkahkan kakinya menuju Jungkook dan kemudian mensejajarkan langkahnya. Orang itu mendekatkan bibirnya kearah telinga Jungkook dengan sedikit menunduk, ia mengucapkan sesuatu kemudian segera berlari kala Jungkook sudah melepaskan sepatunya untuk dijadikannya senjata untuk menempong dirinya telak dikepala.
"BYUNTAE! Siapa sebenarnya dirimu, Kim Taehyung!? Kenapa kau sebegitu menyebalkannya terlahir didunia ini, hah!? Alien mesum kau, sialan! Kim Taehyung alien mesum! Sialan!" Jungkook berteriak sekencang-kencangnya penuh emosi yang meluap-luap. Wajahnya merah merona bercampur emosi. Nafasnya naik-turun karena menahan ledakan malu dan emosi secara bersamaan. Mungkin sudah ada kepulan asap diatas kepalanya saking tinggi tensinya.
Orang itu –Kim Taehyung– hanya tertawa lepas jauh didepan Jungkook. memberikan gadis bondol dengan pakaian kodok dan sepatu copot sebelah itu tampang meledek semeledeknya yang meledek. Terlihat konyol ditengah keadaan yang sudah ada sejak Jungkook belum masuk kedalam Universitas ini. Fakta umum tentang Kim Taehyung yang Jungkook tak ketahui karena tertimbun begitu banyak fakta baru tentang lelaki yang mengidap empat dimensi dikepribadiannya.
"Awas saja dia, kubalas nanti!" janjinya dalam hati, penuh kobaran api balas dendam yang membara begitu besar. Ia memasang sepatunya lagi dengan wajah menunduk kebawah karena malu, ia jadi merutuki kebodohannya tadi. Berteriak bak orang gila karena Taehyung yang gemar usil dan berbuat iseng padanya. Padahal jelas sekali tingkah Taehyung tidaklah sebuah iseng dan usil biasa mengingat jika ia tak dilahirkan didunia, melainkan diluar angaksa dan diluar bumi sana –itu hanya gagasan Jungkook soal alien bernama Kim Taehyung yang menjabat sebagai kakak seniornya dikampus.
Jungkook menggeram dan nyaris menjedotkan diri pada dinding atau pilar yang ada didekatnya kala mengingat kalimat yang Taehyung bisikan padanya tadi. Warna merah kentara menyebar diseluruh bagian wajah Jungkook. bibirnya tergigit karena kesal tak ketulungan –karena malu adalah yang paling mendominasi.
Dengan begitu, rasa sebalnya terhadap Taehyung kian menumpuk semakin banyak. Dan juga, rasa penasarannya terhadap seniornya beserta masa lalu orang itu semakin tinggi membumbung dilubuknya. Meskipun tidak ada –atau mungkin belum– spesifikasi khusus akan kategori penasaran yang Jungkook simpan untuk Taehyung.
"Memalukan sekali –jadi tontonan 'kan. Mati sudah semester ini, hancur sudah reputasiku." Jungkook menggumam sambil terus berjalan dengan kepala menunduk menuju perpustakaan kampus. Niatannya untuk membolos dikelas pertama berubah menjadi membolos seharian dari jadwal karena rasa malu yang Taehyung tinggalkan sebagai oleh-oleh sialan yang membuatnya malu.
"Sebutkan berapa ukuranmu, nanti kubelikan kau bra beraneka macam warna agar kau bisa mengekspresikan lebih banyak warna pada ekspresimu, Jungkook-ah. Hitung-hitung fanservice dari idolamu ini."
Jungkook meremas tanganya dengan kuat, dadanya bergemuruh tak tentu mendendangkan debaran apa. "Dasar idiot –mana ada ekspresi yang ditentukan dari warna bra. Gangguan diotaknya semakin parah sepertinya, dasar alien mesum." Dengan itu, Jungkook menghilangkan dirinya dari balik pintu kayu besar perpustakaan dan menghabiskan harinya disana.
Sementara itu, Taehyung tak bisa untuk tidak memikirkan Jungkook. Memikirkan mengapa gadis berambut bondol yang memiliki berjuta kejutan pada sifat dan sikapnya yang lain dari gadis biasanya. Disaat semua gadis rata-rata memilih rambut panjang indah Rapunzel pada usia yang segini, gadis satu itu malah memilih memangkas rambutnya sependek artis booming masa kini yang bernama Oh Sehun.
Taehyung paham jika gadis itu ingin berbeda, ingin memilih opsi lain yang tidak pasaran. Ingin jadi satu-satunya yang spesial. Dan Taehyung tertarik dengan kepribadian gadis itu yang pecah seperti piñata. Warna-warni di sampul luarnya mengibaratkan jika gadis bernama Jeon Jungkook itu memiliki banyak ekspresi dan emosi. Lalu gula-gula didalamnya yang mengibaratkan sisi perempuan Jungkook selembut beledu dan semanis madu. Menyempurnakan dirinya dari sampul luar dirinya yang berwarna dan keras.
Lelaki kurus itu bertopang dagu dari mejanya, memandangi kaca jendela dengan matanya yang memandangi pantulan dirinya dari arah kaca tersebut. Ia tesenyum sedikit, sedikit memalukan kala ia tengah memikirkan Jungkook sambil memandangi dirinya dipantulan.
Ia terkekeh tanpa suara, menyembunyikan wajahnya pada lipatan tanganya diatas meja. Wajahnya terasa panas, dadanya berdegup cepat seperti gendang yang ditabuh cepat-cepat. Ia menarik simpulnya lagi, kali ini lebih lebar dan lebih bersinar ceria. "Beginikah rasanya mengagumi seseorang? Memalukan sekali." Bisiknya sambil terus tersenyum dan melambungkan pikirannya tentang bayangan gadis yang ia kagumi hingga dosen yang mengajar jadwalnya menutup kelasnya.
.
.
.
Tbc
Yelo!
Felix in da house yo! Im back! -bytheway, gua ijin ganti pen name nih hehe. dikarenakan sesuatu, jadi maklum yah.
yo jadi, hai, nama gua sekarang adalah Arthurjoon. Panggil aja arthur atau joon atau hyung -jangan min, jangan thor, oke. kalo gak mau manggil arthur/hyung, oppa juga boleh lah -atau malah daddy? hm :^)
Nah -gua bawa ff chaptered yang kayaknya simpel-simpel aja romensnya. dikarenakan gemas gak tertolong sama kapal satu ini terus juga ini FemKook! Sowry yah. maaf buat genderswitchnya bagi kawan-kawan.
And, coba tengok foto profil aing. Kookienya syantik kan? Iyalah, awewenya Taetae pasti syantik /grins/
So, ditunggu reviewnya guys! Saran dan kritik aing terima lapang dada! Don't forget to review guys!
.
See u next time, puddin!
With [extra] love
arthur
