Karena aku suka banget sama Hakuba (entah kenapa), dan aku ngerasa karakter ini butuh lebih banyak cinta (?) supaya nggak cuma jadi side karakter yang cuma muncul ketika pengarang perlu sesuatu dari dia (damn you Aoyama-sensei)
Ini bakalan jadi drabble acak yang bakalan kutulis ketika aku lagi dapet ide soal Hakuba, kadang bisa AU, bisa juga HakubaxAkako (crack pair I know), dan sisanya bromance (Gosho boys atau Hakuba dan Kaito, and strangely Hakuba dan Heiji) Hakuba juga mungkin bisa jadi OOC karena karakter dia di manga dan anime belum begitu jelas (cuma superfisial aja), bisa juga cuma studi karakter
Enjoy this
Warning: OOC, miss typo, bromance, canon pair, crack pair (HakubaxAkako)
Drabble 1 : Eating Habit
Karakter: Gosho Boys
Setting: AU ketika semua masalah sudah selesai
Sinopsis: Hakuba punya kebiasaan makan yang sebenarnya tidak buruk, tapi cukup membuat Heiji kesal
Secara garis besar, manusia bisa dikategorikan menjadi 2 bila sudah menyangkut soal makanan. Orang yang hanya mau makan makanan yang enak, yang menggap makan adalah kenikmatan dan orang yang menganggap makan adalah sebuah keharusan, terlepas dari rasa makanan enak atau tidak.
Di luar dugaan, anak tunggal dari komisaris besar kepolisian Jepang, yang merupakan blasteran Inggris-Jepang, Hakuba Saguru masuk ke kategori yang kedua.
Banyak yang mengira dengan sikapnya yang sedikit flamboyan dan narsis, Hakuba tampak seperti seorang gourmet.
Kenyataannya tidak begitu.
Makan bukan hal paling penting di kehidupannya. Makan merupakan nomor kesekian di daftar kepentingannya. Makan cuma sebuah kebutuhan, keharusan, bukan sesuatu yang menurutnya harus ia nikmati.
Bukan berarti Hakuba tidak menikmati saat ia menyantap makanan lezat, bukan begitu, tapi secara mengejutkan, ia adalah tipe yang akan makan apa saja yang dihidangkan untuknya tanpa banyak berkomentar. Rasa itu tidak penting, yang penting nutrisi dari makanan itu.
Sulit baginya untuk mengingat saat makan sebagai saat yang bahagia. Saat makan bukanlah hal yang ia nikmati, hanya sebuah hal yang ia harus lakukan.
"Kau adalah satu-satunya orang yang kulihat makan ramen dengan cara seperti itu."
Hakuba mendongak menatap teman (bisakah ia menyebutnya teman?) yang duduk di depannya.
"Ada apa lagi, Hattori-kun?" tanya Hakuba dengan nada sarkastik.
Ia kira, setelah banyak hal ia lalui bersama dengan detektif SMU dari Osaka itu, menumbangkan organisasi yang menghantui Kudo Shinichi dan juga membongkar kedok organisasi yang mengejar Kaitou Kid, ternyata hubungan Hakuba dan Heiji tidak banyak berubah.
"Bisa tidak sih kalian tidak bertengkar satu hari saja?" tanya Shinichi dengan wajah penat. Ia duduk di sebelah Heiji dengan wajah masam.
"Jangan berharap terlalu banyak, Kudo, hari dimana Hattori dan Hakuba akur adalah hari dimana langit berwarna merah dan ada hujan gajah," timpal Kaito yang duduk di sebelah Hakuba.
"Oi, oi, jangan salah kan aku! Aku sudah mencoba menahan diri, tapi cara makannya itu..." gerutu Heiji.
"Ada yang salah dengan cara makanku Hattori-kun?" tanya Hakuba balik.
Mereka berempat, mungkin memang merupakan kelompok remaja paling unik yang Hakuba tahu. Tiga orang detektif SMU dengan seorang mantan pencuri. Kali ini mereka, lain dari biasanya, berusaha untuk menghabiskan waktu dengan damai, Kaito mengajak mereka makan di kedai ramen favoritnya di Ekoda tepat ketika Hakuba kembali dari Inggris dan Heiji bisa datang dari Osaka.
"Kau... Itu... Hah..." Heiji tampak tak bisa menjelaskan kekesalannya.
Hakuba menatap tangannya, tangan kanannya memegang sumpit, dan terima kasih tapi meski ia blasteran Jepang-Inggris, Hakuba bisa memakai sumpit dengan baik dan benar, sedangkan tangan kirinya memegang sendok. Ia merasa tak ada yang salah dengan cara makannya, keluarganya juga selalu mengatakan table mannernya sempurna.
"Sudahlah Hattori, Hakuba memang punya kebiasaan makan seperti itu, jangan terlalu dihiraukan," bela Shinichi yang kemudian menyeruput mie ramen miliknya.
Hakuba menoleh pada Kaito, berharap teman satu kelasnya itu memberi petunjuk duduk perkara yang ia hadapi.
Kaito hanya mendengus, tampak sedikit geli karena salah satu ujung bibirnya tertarik, tapi ia melanjutkan menyantap mie ramen miliknya.
"Kau detektif kan? Kau sadar tidak cara makanmu beda dengan yang lain?" tanya Heiji lagi, tampak begitu kesal, membuat Hakuba bertanya-tanya apa masalah detektif kulit gelap ini padanya.
Hakuba diam sebentar dan menyantap mie ramen miliknya sambil berpikir. Ia menggulung mie ramennya dengan rapi menggunakan sumpit dan ditadahi sendok kemudian menyantapnya tanpa suara.
Ia kemudian menatap balik Heiji yang masih melotot padanya.
"Aku tidak menyeruput mie sampai meninggalkan suara?" tebak Hakuba.
"BRAK!" Heiji memukul meja sampai membuat semua orang di restoran melonjak kaget.
"Kau tahu itu! Tapi kau masih melakukannya! Dan bukan cuma itu, kau... Hah... Oke oke, aku mengerti tuan muda sepertimu memang punya table manner yang sempurna, tapi tidak setiap kali makan kau harus pakai table manner!"
Hakuba mengerjapkan mata.
Itu masalahnya?
"Kau selalu makan dengan bersih, bersih sekali, mungkin itu yang Hattori maksud," timpal Kaito. Ia menyeruput mie ramennya dan cipratannya sedikit mengenai lengan bajunya.
"Hakuba, kau tahu kan kalau table manner Jepang soal menyeruput mie itu berbeda dengan Inggris? Kalau di sini, lebih sopan untuk mengeluarkan suara dibanding tidak saat menyeruput mie, tapi sebenarnya itu terserah padamu, Hattori memang agak berlebihan," jelas Shinichi dengan pandangan sedikit iba pada Hakuba.
"Aku tahu itu, hanya saja... Sedikit sulit untuk mengubah kebiasaan," terang Hakuba, menatap Heiji yang memakan mie ramennya dengan berapi-api.
"Jujur kalau makan denganmu, selera makanku selalu berkurang drastis," keluh Heiji. Hakuba menatapnya tajam, si detektif Osaka berkata begitu ketika ia hampir menyelesaikan mangkuk ramennya yang kedua.
"Aku lihat kau sama sekali tak kekurangan selera makan atau kalau memang benar, justru bagus bukan daripada kau berlebihan makan seperti orang yang belum makan 3 hari," balas Hakuba.
"Hah ada apa dengan mereka sebenarnya...," gumam Shinichi ke dirinya sendiri meski cukup keras untuk mereka dengar.
"Soalnya kau tampak tak pernah menikmati makananmu," terang Heiji.
Hakuba mengerjapkan mata lagi dan menatap mie ramennya. Benarkah itu? Ia terkejut mendengarnya, namun pada saat yang sama ia tidak bisa membatahnya. Ia tidak pernah menikmati saat makan, ia lebih menyukai saat ia minum teh.
Makan itu merepotkan, melelahkan, andai saja ada obat yang bisa menggantikan seluruh asupan nutrisi dari makanan, Hakuba akan dengan senang hati mengkonsumsinya dan berhenti makan selamanya.
"Hahaha, sebenarnya aku agak setuju dengan Hattori kali ini, kalau melihat Hattori makan membuatku lapar, melihat Hakuba makan justru kebalikannya," tambah Kaito. Hakuba lagi-lagi memicingkan mata karena Kaito juga sudah hampir menghabiskan mangkuk rammennya yang kedua.
Hakuba tahu ia adalah sasaran empuk untuk Kaito dan Heiji, lagipula ini bukan pertama kalinya mereka berdua bekerja sama mengejeknya seperti ini.
"Jangan dengarkan mereka Hakuba, mereka bicara begitu tapi mereka tak akan pernah kekurangan selera makan, percaya padaku," bantah Shinichi yang kelihatannya memihak pada Hakuba.
"Mungkin lain kali Kudo-kun yang harusnya duduk di depanku bukan kau Hattori-kun, supaya kau tak perlu melihat cara makanku," cibir Hakuba.
Ia mengakui kalau mungkin cara makannya tak enak dilihat, tidak ada senyuman, lebih sering terlihat muram, belum postur tubuh dan cara makannya yang rapi tapi kaku. Tapi, bukan berarti ia akan diam saja saat diserang Heiji.
"Akan tetap terlihat kalau kita satu meja," balas Heiji.
"Aku tidak memintamu semeja denganku, silahkan pergi kalau mau."
"Enak saja, kenapa bukan kau saja yang pergi?"
"Sudah sudah oi, cukup!" Kali ini Shinichi yang memukul meja namun tidak begitu keras, tapi sukses membuat Hakuba dan Heiji diam.
Kaito justru tertawa terbahak-bahak. "Hah, seandainya aku tahu hubungan kalian seburuk ini dari dulu, aku akan mengundangmu lebih sering ke 'pekerjaan malam'ku dulu, Hattori, supaya kau bisa sibuk bertengkar dengan Hakuba dibanding menangkapku," kata Kaito.
Hakuba menarik napas panjang, dari semua orang yang ada di dunia ini, cuma Heiji yang bisa membuatnya merasa kesal hanya karena hal sepele, dan itu sebenarnya sesuatu karena ia sekelas dengan Kaito yang sering mengerjainya setiap hari.
Ia juga merasa tidak enak pada Shinichi dan Kaito yang mau tidak mau harus selalu menjadi penengah ketika mereka berdua bertengkar untuk kesekian kalinya.
"Oke... Huft... Maafkan aku, Hattori-kun, kalau cara makanku membuatmu merasa kesal, aku benar-benar tidak ada maksud begitu," kata Hakuba.
Heiji hanya memicingkan mata, masih terlihat kesal namun tampaknya sebagian besar amarahnya sudah terbakar habis.
"Kau harus belajar menikmati makananmu, makanan itu kan ada untuk dinikmati, bukan suatu upacara yang kaku," balas Heiji.
"Maksud Hattori itu begini, 'aku khawatir karena kau tampak punya masalah dengan makanan, coba lebih rileks dan makan lebih banyak'," Kaito membisikkan itu pada Hakuba namun cukup keras sampai Heiji bisa mendengarnya.
"Oi! Siapa yang khawatir!?" bantah Heiji dengan keras.
Hakuba mendengus, ia menaruh sendok dari tangan kirinya, merundukkan bahunya setelah dari tadi ia duduk dengan tegak, kemudian menyeruput mie ramen sambil menimbulkan suara sebaik yang ia bisa.
Ia kemudian mengunyahnya sambil menatap Heiji dengan pandangan mencemooh. "Puas?"
"AAAAAHHH! KENAPA SIH ORANG INI SELALU MEMBUATKU KESAL!?" pekik Heiji sambil menutup matanya dengan kedua tangannya.
Di luar dugaan, entah kenapa, Hakuba tertawa mendengarnya. Kemudian, Shinichi dan Kaito ikut tertawa bersamanya.
"Dan terima kasih untuk nasihatmu Hattori-kun, aku tidak menyangka kau perhatian padaku sampai menyadari kebiasaan makanku," ejek Hakuba.
"OKE! CUKUP! Aku tidak tahan lagi! Aku keluar!" dan Heiji langsung pergi keluar kedai ramen.
Hakuba mengerjapkan mata kemudian menatap dua teman sisanya. "Apa aku keterlaluan?"
"Tenang saja, Hattori cuma punya penyakit tsundere kronis khusus untukmu, iya kan?" Kaito menoleh pada Shinichi.
"Iya, dia sebenarnya peduli padamu dan cuma ingin kau lebih rileks ketika kita sedang bersama, dan mungkin memang kau tampak tak pernah menikmati makananmu, jadi dia khawatir. Hattori agak terobsesi dengan makanan, kau tahu?"
"Aku tidak berpikir dia tsundere,, kalau benar, ia hanya selalu 'tsun' tanpa 'dere', dan ya, ia benar-benar kebalikannya dariku," Hakuba tersenyum geli. Kadang kalau dipikir lagi, hubungan mereka berdua terlalu aneh untuk dipahami.
"Oi, kalian sudah selesai belum sih?" ternyata Heiji kembali masuk lagi ke dalam kedai, meski tampaknya tak ingin kembali duduk.
"Kukira kau sudah pergi," ujar Shinchi, ia segera menghabiskan ramennya yang tersisa.
"Kau pikir aku akan langsung pulang ke Osaka hanya karena si pirang ini? Tidak akan!" Ucap Heiji berapi-api.
"Haduh, kalian berdua memang tidak ada habisnya, kau sudah selesai Hakuba?" Kaito bertanya pada teman sekelasnya itu.
Hakuba menghabiskan ramen miliknya secepat yang ia bisa kemudian mengangguk.
Di dalam ingatannya, saat makan adalah saat dimana ia harus duduk tegak di kursi, tak pernah membungkuk, tidak bicara, tidak menimbulkan suara, tidak membuat kekacauan, penuh dengan segudang peraturan dan juga rasa dingin yang sepi. Tapi kalau saat makannya bisa selalu heboh seperti ini setiap harinya, mungkin kebiasaan makan Hakuba bisa membaik.
Malam itu, meski Hakuba tak akan pernah mau mengakuinya, ia mencoba menonton video orang yang asik menyantap banyak makanan, atau biasa disebut mukbang, untuk mencoba memperbaiki kebiasaan makannya.
End
Absurd, aneh, nggak jelas, maksudnya apa coba ini? Dan ada apa dengan Heiji dan Hakuba? Kenapa mereka selaku berantem? XD
Sori kalau banyak yang bingung dengan fanfic ini. Settingnya bisa beda-beda setiap chapter, tapi mungkin setting dimana akhirnya organisasi jubah hitam udah kalah dan Kaito udah berhenti jadi Kaitou Kid bakalan jadi AU yang paling sering kupake
Ada rekues seputar Hakuba? Selama cuma bromance, bukan yaoi, aku terima
