[ Tangga Ati ]
Ansatsu Kyoushitsu / Assassination Classroom (c) Matsui Yuusei. Tangga Ati (c) garekinclong.
Hanya demi kepentingan pelampiasan stress dan mencoba produktif, bukan komersiil.
Indo!AU. Less deskripsi. Plot cepat. OOC. Kumpulan drabble. Misuh words.
Asano Gakushuu / Akabane Karma.
Enjoy!
.
.
.
kompetisi tidak fair
Merah bertemu oranye. Empat mata galak bertemu dalam satu pandang. Keduanya bertatapan dalam radius dua meter, dimana tembok rumah saling menempel karena daerah perumahan.
Tidak ada tegur sapa. Bagi mereka, sepuluh detik tatapan setajam silet sudah seperti 'halo, brengsek'.
Oranye masuk kembali ke rumah karena mendengar panggilan bernada berat dari ayahanda berupa 'Asano, uang saku. Dan kau, 'kan, sudah dapat hadiah sepeda dari presiden, kenapa tidak digunakan?'
'Tidak, Ayahanda Asano. Kulihat di luar si merah delima berniat jalan kaki, untuk apa aku menggunakan alat transportasi? Persaingan tidak fair.'
'Hm. Terserah kalau itu maumu. Awas kalau tidak menang. Tahu konsekuensinya?'
'Aku tahu, ayah,'
Dan ketika sang kepala oranye menuntun sepeda keluar rumah, sang kepala merah delima—panggilan kesayangannya—sudah menaiki motor kesatria besar, beserta helm bak pembalap liar.
"Pfft."'
Sebelum derum motor mendominasi suara, sang pengendara motor sempat menunjukkan ekspresi remeh. Lagak pengendara tong setan dilakukan untuk memanas-manasi motor sekaligus yang sedang menuntun sepeda. Kepulan asap berciuman dengan pori-pori kulit sang oranye.
Sang kepala merah berhelm hitam sudah melaju menuju sekolah.
'Ayahanda Asano. Aku naik helikopter saja.'
.
.
.
gadis indoor pujaan
Asano Gakushuu dan Akabane Karma.
Marga keluarga sama-sama berawalan A. Postur tubuh kurang lebih sama. Kecerdasan tidak bisa diukur sama apalagi seimbang karena mereka pribadi suka berkompetisi dan pemenang selalu berganti-ganti.
Satu kelas. Satu kepengurusan OSIS. Satu perumahan, apalagi satu RT.
Awalnya Akabane Karma adalah anak pindahan di perumahan itu. Ah, bukan pindahan. Lebih tepatnya kembali ke rumah awal. Gakushuu sendiri lupa-lupa ingat kalau memiliki tetangga bernama Akabane Karma saat cilik dulu.
Yang ia ingat hanya gadis indoor berambut pendek dengan kilau merah.
Asano. Kamu tahu keluarga Akabane yang dulu menghuni sebelah rumah?
Memangnya kenapa Ayahanda?
Keluarga mereka dulu pindah rumah saat kamu umur 7 tahun. Tapi sekarang kembali ke sebelah rumah lagi.
Benarkah?
Mau menyapa anak semata wayang mereka? Dulu kalian suka bermain bersama.
Bayangan Gakushuu tentang gadis imut, anggun, malu-malu, dan masih hobi berdiam diri di dalam rumah aliasn anak indoor buyar ketika dirinya datang membawa parsel mini ke kediaman Akabane selaku tetangga lama balik lagi.
Laki-laki, rambut merah meyala, pun sorot mata songong menyambutnya di pintu rumah.
Permisi, ini ada parsel untuk menyambut tetangga baru. Bisakah aku bertemu dengan anak dari keluarga Akabane?
Ya, aku sendiri.
Adikmu, kalau begitu.
Aku tidak punya adik.
Kakakmu? Kakak perempuan?
Aku anak semata wayang. Ada apa?
Gakushuu hampir menjatuhkan parsel secara dramatis kalau tidak ingat pesan ayahandanya untuk tidak membuang-buang makanan ke lantai dalam kondisi apapun.
…Kok berubah jadi taplak meja kusam begini?
Sejak percakapan yang berakhir guling-gulingan di depan rumah sambil mengadu tinju itu, mereka berdua tidak pernah akur seakur masa kecil dulu; dimana Asano Gakushuu menyukai Akabane Karma (yang dikira gadis indoor) padahal Akabane Karma memang malas keluar rumah karena tiap kali Gakushuu berkunjung main, musim yang menjadi latar suasana saat itu adalah musim panas.
.
.
.
gosip miring
Satu kepengurusan OSIS. Satu kelas.
Dan untuk lebih detail, hanya mereka berdua dari angkatan kelas 10 yang mengikuti OSIS. Sementara 98% anggota OSIS adalah anak kelas 11.
Tak jarang mereka berdua sering keluar kelas karena panggilan rapat event terdekat. Pulang-pulang ke kelas sudah diberi tugas kelompok berdua. Berdua saja.
"Kenapa kami tidak dipisah saja dan disempilkan di kelompok lain? Bukankah rata-rata anggota kelompok di kelas ini 4 orang!?" protes Gakushuu suatu ketika kepada guru matematika. Lepas kendali karena sudah tidak tahan harus janjian mengerjakan tugas bersama.
"Tidak bisa, Asano. Kalau disempilkan, malah nanti kamu tidak bisa mengikuti jadwal mengerjakan tugas di kelompok itu. Kalian berdua, 'kan, sama-sama OSIS, jadi gampang mengatur jadwal kelompokan, bukan?"
Jawaban super masuk akal yang tidak bisa ditepis baik Gakushuu maupun Karma.
"Tsk. Apapun demi nilai."
Kini mereka berdua mengerjakan tugas matematika berujung presentasi pengerjaan soal, di kafe dekat sekolah. Tempat favorit mengerjakan tugas, sampai-sampai pramusaji kafe tersebut hapal pesanan mereka berdua.
Dan seiring seringnya mereka berdua menghabiskan waktu mengerjakan tugas bersama, telinga Karma mendadak gatal mendengar gossip miring berupa 'ada gay couple hobi nongkrong di kafe ini'.
"Heh jeruk bisulan, gue punya firasat buruk kalau gosip gay itu ditujuin ke kita," Karma mengganggu konsentrasi Gakushuu yang sedang menyisipkan rumus determinan ke berkas presentasi. Gakushuu mendelik.
"Brengsek lo, gue salah input rumus, 'kan. Taplak meja kayak lo mending diem aja."
"Eh cimol gepeng, lo pikir yang ngerjain 70% soal siapa? Mentang-mentang punya bapak kepsek SMP, berani nyocot gara-gara gue anak agen sosis."
"Gue ngomong apaan sampe lo bawa-bawa kerjaan Ayahanda? Alah berisik! Kalo lo ngerasa digosipin sama gue, ya udah ngerasa sendiri aja sana! Sudi gila gue digosipin sama kernek angkot hobi suujon kayak lo."
"Gak usah ngajak tawuran lo."
"Lo mau tawuran di perpus sekolah lagi? Gue belum kelarin presentasinya."
"Kelarin dulu, habis ini ke arpusda. Tawuran soal olimpiade astronomi. Deal?"
"Ya. Ya. Ya."
Dan pelanggan kafe yang berjarak agak dekat dengan mereka berdua berbisik gembira, 'Tuh, 'kan! Emang gay couple! Cara kencan mereka aja yang dibuat-buat kayak bukan pasangan!'
.
.
.
pahe (panggilan hemat)
"Si AsaKaru dispen dekor lagi?"
"AsaKaru suruh menghadap saya untuk ulangan harian susulan."
"AsaKaru belum penilaian basket, kapan kalian bisa penilaian?"
Mendadak nama duo hobi dispensasi jam pelajaran ini dijadikan satu panggilan menarik. Awalnya mereka malas protes, karena panggilan itu singkat dan hemat kosakata.
Tapi lama-lama, dan lagi-lagi, Karma menyuarakan rasa tidak nyamannya ke Gakushuu.
"Kenapa kita dipanggil AsaKaru?" tanyanya mendadak di siang bolong saat jam istirahat berdenting. Keduanya sama-sama berdestinasi kantin, jadi perbincangan terjadi selama kaki melangkah bersama.
"Suka-suka mereka, lah," sahut Gakushuu cuek bebek.
"Nggak. Gue keberatan."
Gakushuu melempar pandangan sebentar, "Kenapa, sih. Lagian kan biar mereka nggak nyebut panjang-panjang. Gak tau kenapa gue harus apa-apa sama lo, jadi gue gak bisa protes banyak lagi."
"Nggak gitu. Gak masalah sih kalo emang mereka pingin hemat kata."
"Terus masalah lo?"
"Kenapa nggak KaruAsa aja?"
Entah kenapa Gakushuu merasa hipokrit tentang 'tidak bisa protes banyak lagi'.
.
.
.
sponsorship
Rapat mengenai acara sosial menambahkan kegiatan bazaar sebagai salah satu bentuk pembelajaran marketing bagi para siswa.
Ketua pelaksana bertutur menggunakan mic, "Untuk merk bahan makanan bazaar lebih baik disamakan saja, dan kalau bisa, kita bekerjasama dengan merk tersebut untuk sponsorship karena acara ini terbuka untuk umum. Ada saran sponsorship makanan?"
Gakushuu mengangkat tangan kanan. Seluruh rakyat OSIS menaruh perhatian pada tubuh si pengangkat tangan. Ketua pelaksana mempersilahkan Gakushuu menyuarakan sarannya.
"Sosisnya Akabane enak, Kak. Bisa dipakai untuk kerjasama sponsorship juga."
Mendadak rakyat OSIS lain minus Gakushuu dan Karma mengulum senyum ambigu sekaligus menjadi peserta tahan tawa. Karma mengamuk, "MAKSUDNYA SOSIS MAKANAN! BRENGSEK SI CIMOL GEPENG UDAH TAHU ANAK OSIS PADA MESUM JUGA!"
a/n: kumpulan drabble berujung multichap tiap 5 drabble yang entah dapat diniati sampai akhir atau tidak. saya sudah lelah menambah hutang /cri.
Mohon maaf apabila ada kesalahan di fanfiksi ini, terima kasih sudah membaca!
(Tangga Ati (dibaca 'Tonggo Ati' = Tetangga Hati))
[ sign, ffn user garekinclong ]
