Fireworks Festival
Chapter 1 – Ok, It's Decided Then
Inaba 2015
Kereta yang tadinya melaju begitu cepat sekarang melambat dan berhenti di sebuah stasuin yang sudah berubah setelah ditinggalkan 3 tahun lamanya.
"Yasoinaba, Yasoinaba… Penumpang yang terhormat, harap periksa kembali barang bawaan anda sebelum turun dari kereta. Terima kasih."
Para penumpang turun dari kendaraan panjang itu, baik tua maupun muda. Dari sekian banyak penumpang, terlihat seorang pemuda yang tampak lebih gagah setelah 3 tahun pergi dari Inaba. Yupz, dialah Seta Souji, pemuda rambut abu-abu yang dulunya merupakan leader dari Investigation Team, pemberani dan seorang yang sangat tenang. Setelah turun dari kereta, ia melihat pemandangan yang sedikit asing, tidak ada lagi yang datang menjemputnya, yah tak apa, lagipula ia ingin membuat surprise untuk sahabat-sahabat dan keluarganya yang ada di Inaba, kan bukan surprise jadinya kalau datang pake beritahu segala. Dan kebetulan juga besok adalah festival yang paling disukai para remaja, Festival Kembang Api! Souji sengaja datang jauh-jauh untuk mengikuti festival itu, bukan karena di kota tidak ada festivalnya, melainkan tidak ada 'orangnya'. (Tau kan maksudnya? Guess who?!)
Well, sebenarnya ia masih ingin jalan-jalan dulu, tapi karena hari sudah gelap ia memutuskan untuk pulang, rumah pamannya tentu, Doujima Ryotaro. Secepatnya ia melambaikan tangannya memanggil taxi, karena ia juga sudah lelah. Saat ingin melangkah masuk taxi, tiba-tiba seseorang yang membawa bungkusan besar hitam di pundaknya, berlari menabrak pemuda yang kerap disapa Sou-kun itu. BRUKK!! Souji terjatuh di jalan yang bersih tanpa kotoran sedikitpun itu. Sesaat, orang itu melirik ke arah Souji dan… ter… senyum…!! Pergi. Souji tau hal itu, tapi tidak memikirkannya hanya sedikit mengumpat, "Sial…"
"Hei nak, apa kau tak apa-apa?" suara seorang pria yang membantunya berdiri itu ternyata sopir taxi.
"Ya, arigato gossaimasu, Oji-san." Souji-pun melangkah masuk taxi bersamaan dengan soir taxi.
* * *
Dalam perjalanan yang hening, Souji melihat beberapa toko yang pernah ia kunjungi sebelumnya, 'Sedikit berubah.' Pikir Souji.
"Kau harus hati-hati, anak muda," kata paman itu memecah keheningan.
"Memangnya ada apa, Paman?"
"Akhir-akhir ini banyak sekali terjadi kriminalitas. Apalagi kau datang dari kota, ya kan?"
"Kenapa paman bisa tahu?"
"Hohoho, itu mudah ditebak nak…"
"…??" Souji hanya terdiam kebingungan. Ia lelah, tak mampu dan tak mau lagi bertanya.
* * *
Tak terasa jam menunjukkan pukul 7 malam dan taxi yang ia tumpangi berhenti di sebuah rumah tingkat dua dan sebuah garasi di sampingnya. Sebelum melangkah keluar, Souji membayari argo taxi yang berjalan bersamaan dengannya.
Taxi-pun pergi meninggalkan pemuda tersebut. Kemudian, Souji melangkah ke pintu depan, berdiri sejenak, lalu menekan bel dengan senyum hangat sehangat roti panggang. 'Ting tong… Ting tong…' (begitulah kira-kira, hehe…)
Terdengar suara kaki yang berlari ke arah pintu depan 'Tap…tap…tap…tap…!'
"Pak Poli…si…!! ……Huh??!!" seorang pemuda berambut coklat berdiri di depan pintu, memandang Souji dengan kebingungan.
"Hai, long time no see," sapa Souji, masih dengan senyuman hangat.
"Kau…!? Sou,… Souji!?"
"Yup, apa kabar, Yosuke?"
Mendengar nama Souji disebut (lebih tepatnya diteriakan), penghuni rumahpun berhamburan keluar.
"Souji…?!"
"Oni-chan…!"
"Senpai…!!"
"Sensei…!!!"
(Ya, kalian tau kan itu siapa-siapa saja? = Chie n Doujima; Nanako; Rise, Naoto, n Kanji; Teddie)
Senyuman hangat masih melekat di wajah pemuda yang baru datang itu karena melihat semua orang yang dirindukannya tepat di hadapannya. Tapi senyuman hangat itu hanya sesaat, kemudian memudar, melihat ada yang kurang di matanya.
"Di mana Yukiko?" itulah nama pertama yang ia tanyakan.
Yang tadi suasananya hangat saat Souji tiba, sekarang berubah suram, muram, gelap seperti lampu konslet.
"Hik, hik… huaaaah!!" Rise berlari memeluk Souji dengan muka yang ah-kalian-tau-la.
"Rise, kau kenapa?" tanya Souji. Tidak ada jawaban, Rise masih terisak-isak di pelukan Souji.
"Kenapa kalian diam saja? Ada apa sih?" tanyanya lagi.
"Souji, … Yukiko…" kata Yosuke pelan, berpikir apa yang harus ia katakan.
"A, ada apa dengan Yukiko? Apa yang terjadi padanya?" wajah Souji yang tadinya tenang menjadi tegang.
Semuanya saling berpandangan, kecuali Rise dan… Nanako yang sedang memeluk Souji. (Sejak kapan Nanako memeluk Souji??) -.-?
Mulut Kanji sudah siap angkat bicara tapi direbut Doujima, "Sebaiknya kita masuk dulu dan bicara di dalam. Kau juga pasti lelah." Souji mengangguk kemudian mengangkut kopernya masuk ke dalam rumah, yang dulunya pernah ia tinggali itu.
* * *
Souji duduk dengan tenang di sofa sambil meneguk segelas kopi yang disajikan oleh Nanako. Kemudian ia bertanya, "Lalu apa yang terjadi dengan Yukiko?"
Sekali lagi semua terdiam membisu. Tidak ingin membuat senpai-nya kebingungan, Kanji memulai ketegangan, "Souji-senpai,… Yuki-senpai,… diculik!"
"Diculik?! Sejak kapan? Kenapa tidak ada yang menghubungiku?!" tanyanya lagi.
"Sou-kun, Yukiko diculik tadi sore. Kami ingin menghubungimu, tapi HP-mu tidak aktif," jawab Chie setengah menangis.
"Siapa penculiknya?"
"Senpai, calm down. Aku akan menceritakan semuanya," kata Naoto si Detective Prince (meskipun seharusnya Princess)
"Baiklah…" ujar Souji mencoba menenangkan dirinya. (Tarik nafas, hembuskan… Tarik nafas, hembuskan…Kayak orang hamil aja!) - Author gila!! OK, back to the story already!
* * *
Naoto masih berfikir, 'Dari mana aku harus memulainya?'
Hening… Souji sudah tenang, bersabar menunggu cerita dari detektif muda tersebut. Naoto menarik nafas dalam, sedalam-dalamnya sumur di ladang, lalu ditahan…eh, dihembuskan, puuih!! (Itu mah ngeludah, Author o'on!). Kemudian ia berkata, "Tadi sore aku, Yuki-senpai, Chie-senpai, dan Rise-chan jalan-jalan di sekitar Samegawa Flood Plain. Beberapa saat kemudian kami berpisah; Chie-senpai memancing ikan di Riverbed, aku mendapat panggilan dari kakekku dan aku harus pulang, Rise-chan ada jadwal syuting tiba-tiba, dan Yuki-senpai pergi ke Riverbank…"
"Kenapa Yukiko ke sana?" tanya Souji penasaran.
Kali ini Chie yang bercerita, "Katanya ia hanya ingin duduk sambil mengingat kembali kenangannya bersamamu. Itu adalah tempat pertama kalian berdua ngobrol, kan? Hari itu hujan, sehari sebelum dia dilempar Namatame ke dalam TV."
Mendengarnya, wajah Souji-pun ngeblush!!
"Sepuluh menit kemudian, aku menyusulnya ingin menunjukkan hasil tangkapanku. Tapi yang kutemukan hanya kipas yang selalu ia bawa ini (sambil mengeluarkan kipas)."
"Heh, padahal ia tak dapat apa-apa…!" gerutu Kanji pelan.
Tapi, DHUAAK!! Hantaman siku Chie melesat ke arah perut punk kid itu.
"Apa tidak ada orang di sana?" tanya Souji memastikan.
Chie menarik nafas dan berkata, "Ada, seorang kakek tua. Katanya, ia melihat seorang gadis berbaju hitam ditarik paksa oleh seorang pria yang sambil menodongkan pistolnya. Ia tidak teriak minta tolong, karena ia kira mereka sedang berakting drama yang saat ini populer." Chie berhenti lagi, tidak sanggup bercerita. Matanya tak mampu lagi menahan bendungan air yang daritadi ingin mengalir.
Tanpa basa-basi, Yosuke melanjutkan cerita Chie, "Lalu, Chie menelponku dan yang lainnya. Kami sudah mencarinya selama 3 jam dan tidak ada barang bukti, tidak ada saksi mata. Dan setelah 3 jam itu, setelah kami hampir putus asa, penculik tersebut menelpon HP Naoto."
Souji makin tidak sabar, "Apa yang dikatakannya??"
Keheningan kembali menyelimuti ruang tamu, ada yang saling memandang, menghembuskan nafas tanda putus asa, dan ada yang hanya menunduk diam, sedih, pilu… Yosuke memejamkan mata, mengambil nafas, kemudian melanjutkan, "Penculik itu mengatakan bahwa ia ingin bertemu denganmu di antara para Shadow, di dalam TV. Kami sudah mengeceknya, tapi Rise maupun Teddie tidak dapat mendeteksi keberadaan orang itu ataupun Yukiko. Tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia, hanya para Shadow buas."
"Kami sudah mencoba menghubungimu, Senpai. Tapi tidak bisa, HP-mu tidak aktif! Kau ke mana sih?!" Rise mulai ngambek yang ekspresinya ah-kau-tau-la…
"Mungkin waktu aku ada di dalam kereta, HP-ku tidak ku aktifkan. *sigh* Gomenasai…" ujar Souji menyesal.
Ruangan kembali hening. Kanji celingak-clinguk kebingungan melihat teman-temannya. Kemudian ia berkata, "C'mon guys! 'Sup with ya?! Kita semua tidak ada yang salah, yang harus disalahkan adalah penculik sialan yang menculik Yuki-senpai itu! Kita tidak boleh diam saja dan bersedih, kita tetap harus semangat mencari Yuki-senpai!! Yeaah…!!"
Semuanya sweatdropped melihat Kanji yang tumben-tumbennya pintar (dilempar Kanji nih Author!). Kanji yang tadi kayak kuda lumping, eh sekarang kayak patung en lagi sweatdrop, karma gak ada respon dari pihak 2, 3, 4, 5, etc. Nge-blush deh tuh muka!
Terlihat Naoto sedang berpikir dan kemudian ngomong deh, "Hm… apa yang Kanji-kun katakan ada benarnya juga."
----
Teddie: Hei, hei, author! Teddie kok dibuat bisu sih? Dari chap 1 gak ada suara, Cuma "Sensei…!!!" doank!
Author: OK, OK… Silakan beruang bisu! (kesel)
Teddie: Yaaay…!
Author: Kok malah seneng dibilang bisu? Beruang aneh! OK, kembali ke… CERITA!!
----
"Wow Naoto-chan, kau memang setia dengan Kanji, selalu setuju dengan yang dikatakannya, hehe… Soulmate nih, kuma!" kata beruang bisu yang daritadi gak kebagian ngomong.
"Ted... Teddie!!" muka Naoto memerah kayak kepiting rebus, CUTEEE!!
Dan sekali lagi nge-blush deh muka Kanji karena diolok Teddie plus melihat pemandangan indah (muka merahnya Naoto).
"Gee, Kanji… Mukamu merah banget persis mukanya Naoto-kun. Hee, hee… All red!!" olok (lagi) Rise yang sudah berhenti nangis berkat Teddie (thx Teddie).
"Rise-chaaan…!" merah padam… hihihi!
"Naoto-chan, wajah merahmu itu imuuut banget!" sambut Yosuke menggoda, hehe…
"Se-Senpai!!" hehe, imut banget! Bayangin wajah Naoto sekarang juga, lutuuu deh…!
"HAHAHA…!" semuanya tertawa seantero Jepang, kembali semangat.
* * *
Setelah puas tertawa sampai sofa koyak, baju luntur, rambut rontok, akhirnya MC kita bicara juga. "Baiklah, karena hari sudah malam, besok saja kita membahas soal penyelamatan Yukiko, kalian juga pasti lelah, kan?"
"Aku sama sekali tidak lelah!" bantah Chie.
"Chie-senpai, sebaiknya kita istirahat dulu. Besok pasti kita dapat menyelamatkan Yuki-senpai. Kalau kau ingin membantu, malam ini kau pikirkan dulu apa yang akan kau lakukan besok. Kita memang harus cepat, tapi kita tidak bisa cepat kalau kita kurang tidur," khotbah Naoto.
"…baiklah."
"Semuanya sudah setuju. Kalau begitu kita istirahat dulu," ujar Yosuke mewakili Souji.
"Oni-chan, malam ini bolehkah aku tidur denganmu?" pinta Nanako. Souji hanya mengangguk iya.
"Senpai, kau tidak boleh melakukan hal aneh pada Nana-chan ya, seperti-"
"Tentu saja, Rise!" kata Souji memotong kalimat gadis kuncir dua itu.
Sekali lagi semuanya berhaha-hihi seantero Jepang ampe nenek-nenek punya jenggot, ampe kakek-kakek punya… shht! Author o'on diam lu!
To be continued
Terima kasih banyak telah membaca chapter pertama ^^
Saya malas publish satu-satu jadi langsung saya publish semua, wehehe… -taboked-
