Kuroko no Basuke (c) Fujimaki Tadatoshi. No profit taken. contains Kise/fem!Kuroko; jadi bukan yaoi okeh. kingdom!AU
a/n: no idea meets ngebet nulis equals short gaje no plot drabble hahau
bond
[ by nabmiles ]
Panah itu melesat tak terduga, lewat tepat di sisi kepalanya—memotong sedikit ujung helai-helai pirang dekat telinga sebelum lugas menancapi batang pohon beberapa langkah di belakang.
Kise membeku—ia lirik sejumput pirang menghampiri rumput. Pandang berpindah pada sang pemanah di depan sana; seorang gadis enam belas tahun menunggangi kuda putih. Surai biru muda sepunggung diikat di ketinggian pertengahan kepala, pernik biru tua-putih dari bahan perak melingkari di balik poni, mengintip saat poni tersingkap angin. Busur digenggam, tas panah di punggung, dialah yang menembakkan panah barusan. Kise menemukan lurus hujam tatap keping biru—fokus merebak seolah mengincar mangsa—lalu pemuda itu sadari Tetsuna telah membidikkan panah baru. Menarget Kise.
Kise tidak tahu Tetsuna memiliki sorot sedemikian tajam. Ia menyeringai senang. "Kau hebat, Putri!"
Tetsuna menurunkan bidik. Sorot melunak. "Kau lengah, Pangeran."
Kise memacu kuda menghampiri. Gerakannya begitu tangkas dan natural. "Aku menyesal telah menggampangkanmu. Maafkan aku."
"Bukan masalah. Maaf juga soal rambutmu."
Kise tersenyun, mendekatkan kuda coklat yang ia tunggangi pada kuda Tetsuna hingga tepat berdampingan dengan kepala menghadap berlawanan, meraih sisi wajah Tetsuna, mencium puncak kepala gadis itu. Aroma manis nan lembut seperti susu turut terhirup. Kise mempertahankan posisi beberapa lama, kemudian menjauhkan diri dari sang putri Kerajaan Seirin. Pelan penuh hati-hati, telapak berlapis sarung tangan putih yang digunakan menangkup Tetsuna dijauhkan—seolah gadis itu adalah porselen yang dapat retak kapan saja. Senyum yang masih mengembang dilebarkan—Tetsuna menemukan kehangatan di sana.
"Hari ini latihan memanahmu cukup, Putri," Kise menarik tali kekang, sang kuda berjalan memutar. "Waktunya kembali."
Tetsuna menyingkirkan poni dengan punggung tangan, menyimpan busur di sisi tubuh kuda putih, gegas menyusul Kise yang menunggang lambat dalam setelan padu emas dan hitamnya—menunggu.
Tapak kuda dipacu meninggalkan padang rumput luas. Tetsuna mengikuti punggung sang Pangeran Kaijou, tunangannya.
