Because Of A Child?!
Cast : Baekhyun, Chanyeol, Seojun, and
Others.
Pair : Chanbaek and maybe other.
Genre : Humor, Romance
Lengst : Chapter
Desclaimer : Cast bukan milik saya. Tapi cerita murni hasil imajinasi saya yang aneh kkk
Warning : GS for Uke. Typo(s).
.
Enjoy
.
Baekhyun menemukan seorang anak tanpa orang tua dan hidup di jalanan di taman malam itu. Dan memutuskan untuk membawa anak itu ke rumahnya. Tapi kenapa ia juga membawa seorang lelaki yang baru dikenalnya ke rumahnya?
.
Chapter 1
.
Baekhyun hanya seorang gadis 19 tahun yang hidup dibawah awasan ibunya. Ayahnya selalu sibuk bekerja sebagai CEO di sebuah perusahaan yang cukup ternama. Sedangkan ibunya mempunyai sebuah butik. Ia merasa jauh dari kehidupan yang kebanyakan dirasakan remaja seusianya. Berkencan, pulang malam, membawa teman lelaki ke rumah, dan yang lainnya tak pernah dirasakannya. Ibunya selalu mengatakan, "Jangan pulang di atas jam 9 malam, sayang." Dan "Jangan sampai Ibu menemukan teman lelakimu di rumah, okay?" dan akibatnya, ia tak pernah berkencan. Ibunya kelewat protektif padanya. Mungkin karena dia anak tunggal. Tapi ayolah, ini abad 21!
"Yak, Byun! Kenapa kau melamun?! Kau tidak mendengarkan perkataanku?"
Baekhyun berjingkat kaget mendengar teriakan cempreng milik teman rusanya. "A-ah.. M-mian, Lu eonni. A-aku mendengarkanmu kok."
Mata Luhan memicing, "Lalu apa yang kukatakan tadi?"
Baekhyun mengusap leher belakangnya, "ee.. Oh.. Se.. hun?" berkata dengan lirih seakan ragu dengan apa yang dikatakannya.
Gadis di depannya mendesah, "Apakah selama ini hanya lelaki itu yang kubicarakan, Baek?"
"hehe.. maafkan aku, eonni." Baekhyun meringis merasa bersalah.
Luhan mengambil jus di meja dan menyeruputnya. "hah... kurasa kau perlu mencari udara segar untuk menjernihkan pikiranmu, Byun."
"Ya.. kurasa.." Berkata lemas sembari menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangannya di meja.
"Oh! Hai, Luhan noona. Kenapa kau lemas sekali, Baek?" Seorang lelaki tampan duduk disebelah Baekhyun –yang terlihat mengenaskan- menyapa Luhan lalu menyampirkan lengannya di pundak Baekhyun.
"Ah. Halo, Kai. Si Byun memang seperti itu, hidupnya kan menyedihkan."
"Oh, benarkah? Kasihan sekali kau, Baek."
Itu Kai tepatnya Kim Jongin –jangan tanyakan kepadaku bagaimana bisa dia dipanggil Kai-. Satu tingkatan di bawah Luhan dan setingkatan dengan Baekhyun. Dia di jurusan Seni, sedangkan Baekhyun di jurusan Sastra. Dia sudah menjadi teman Baekhyun sejak SMA. Dan sekarang, mungkin kalian bisa menyebut dia adalah gebetan Baekhyun? Baekhyun diam-diam tersenyum di sela-sela lengannya, menyebut kata gebetan saja sudah membuat pipinya memanas.
Baekhyun mengangkat kepalanya, "Yak! Siapa bilang hidupku menyedihkan?!"
"Oh, apa kau benar-benar stress, Byun? Lihatlah, wajahmu memerah." Luhan melotot dengan tangan yang ia acungkan ke wajah Baekhyun.
Lelaki satu-satunya yang berada di sana menelisik wajah Baekhyun. "Iya, Baek. Apa kau benar-benar sakit? Wajahmu memerah."
Gadis yang dipojokkan menangkup kedua pipinya, "T-tidak! Hanya saja pengap sekali tadi saat aku telungkup." Pintar sekali kau membuat alasan, ByunBaek!
"A-ah, benarkah?" Luhan menyeruput kembali jusnya. Cuek.
Baekhyun mengangguk. Kai juga terlihat cuek, ia meminum jus milik Baekhyun yang tadi hanya diminum sedikit oleh pemiliknya. Pipi Baekhyun tambah memerah.
.
Because Of A Child?!
.
Baekhyunnie, maafkan eomma.
Hari ini eomma pulang larut. Ingat jangan pulang di atas jam 9 okay?
Baekhyun menghela nafas. Lihatlah ibunya bahkan sering pulang larut malam, kenapa dia tidak? Bahkan teman-temannya bercerita mereka sering menginap di rumah kekasih mereka karena terlalu larut untuk pulang ke rumah.
Ia memasukkan ponsel miliknya ke saku roknya, ia berjalan santai entah kemana tujuannya. Ini masih jam 7 malam. Ia baru saja pulang dari jam kuliah malamnya. Terlalu malas untuk pulang ke rumah besarnya yang sepi.
Gadis berambut lurus sebahu itu sampai di taman yang tidak terlalu ramai. Baekhyun duduk di sebuah kursi, keadaannya cukup jauh dari keramaian dan sedikit gelap.
"Ah, tidak, Paman. Aku pasti membayar kekuranganku. Apa?! Tidak! Aku ini orang yang bertanggung jawab. Tentu saja! Baiklah. Iya Iya."
Baekhyun menoleh ke arah kiri, menatap dalam diam lelaki tinggi bertopi berjalan ke arahnya sambil bertelepon. Ia memakai celana jeans dan memakai jaket putih kumuh yang kebesaran untuk badannya.
Lelaki itu semakin mendekat ke arahnya, ia melihat lelaki itu memasukkan ponsel ke saku celana miliknya dan tetap berjalan tanpa melihat jalan di depannya dan malah menatap ke arah orang-orang di kerumunan sana. Mendekat, mendekat...
-BRUK
"ups..." Baekhyun terbelalak. Lelaki itu tersandung kaki miliknya yang sedari tadi ia luruskan ke depan! Mati kau, Byun!
Baekhyun yang terkejut sekaligus takut jika lelaki itu mengumpat padanya pun hanya diam –dengan mata melotot- melihat orang itu bangkit. Topi milik lelaki itu jatuh. Lelaki itu mendongak, posisinya sekarang ialah terduduk tepat di depan –bawah- Baekhyun.
"Maafkan aku. Aku tak melihatmu disini. Aku menyandung kakimu deh.."
Baekhyun tak merespon, hanya meneliti wajah lelaki itu. Matanya bulat, dari wajahnya Baekhyun menebak jika lelaki ini seumuran dengannya, poninya menutupi seluruh dahinya. Tampan...
"Hey? Kau marah? Apa kakimu sakit?"
Baekhyun tersadar. Oh Tuhan... Dia seolah berlutut di depanku... bukankah ini posisi yang biasanya digunakan untuk melamar kekasih? Baekhyun menggeleng keras, "Ti-tidak. Aku tak apa-apa kok."
Lelaki itu tersenyum lalu mengulurkan tangan pada Baekhyun, "Aku Park Chanyeol. Kau?"
"E-eh? A-aku B-Byun Baekhyun."
"Baekhyunnie? Ah... senang berkenalan denganmu." Lelaki itu tersenyum lebar menunjukkan hampir seluruh giginya. Lihatlah senyuman itu... Manis sekali!
Chanyeol berpindah, ia menempatkan dirinya di samping Baekhyun. "Kau sendirian?"
"eung." Baekhyun mengangguk tanpa melihat ke arah Chanyeol.
"Lalu dimana kekasihmu?"
"Apa?" Baekhyun menoleh ke Chanyeol yang tersenyum jahil, "Aku tak punya kekasih!"
"HAHAHA..." Lelaki di sampingnya tertawa keras.
"YAK! Kau mengejekku?!" Baekhyun berteriak dengan wajah kesal.
"HAHAHA..." Bukannya berhenti, Chanyeol justru tertawa lebih kencang.
"YAK!" –PLAKK.
"Yak! Kenapa aku memukul kepalaku?!"
"Kau yang salah!"
"Apa?!"
"Kau menertawakanku karena aku tak punya kekasih!"
"Aku tidak tertawa karena itu!"
"Iya! Kau menangis karena i—eh, Chanyeol-ssi, kau mendengar itu?" Ekspresi Baekhyun berubah tegang. Matanya menoleh ke samping kiri-kanan.
"Hanya panggil aku Chanyeol. Dan mendengar apa? Ah.. suara tangisan itu?" Chanyeol mengangguk, ya.. ia mendengar suara seperti suara tangisan. "Tunggu.. Apa? TANGISAN?!" Dan seketika berteriak.
Baekhyun ketakutan. Refleks ia melingkarkan tangannya ke lengan lelaki di sampingnya. "I-iya."
Chanyeol menoleh ke belakang, dan mendapati seorang anak kecil berjalan ke arah mereka sambil menangis. Ia mengalihkan tatapannya ke arah Baekhyun yang ketakutan, "Itu bukan hantu kok. Anak di belakang itu yang menangis."
Baekhyun menoleh ke belakang. Dan menemukan anak lelaki yang menangis itu.
"Hei, adik kecil. Kenapa kau menangis?" Chanyeol menegur anak itu. Lalu beranjak, ia menghampiri anak itu lalu menggendongnya lantas kembali duduk di samping Baekhyun sambil memangku bocah laki-laki itu.
"Mereka tak memperbolehkan Seojun ikut bermain. Hiks." Bocah yang bernama Seojun itu menjawab pertanyaan Chanyeol sambil menunjuk segerombolan anak-anak yang sedang bermain.
"Dimana orangtuamu?" Baekhyun bertanya.
Bocah itu berhenti menangis, ekspresinya mendadak lebih murung, "Seojun tak punya orang tua."
"Apa?"
Baekhyun menelisik bocah itu. Wajahnya terlihat kotor, bajunya kumuh, rambutnya pun nampak tak terawat. "Bagaimana bisa? Lalu kau tinggal dimana?"
"Seojun tak punya rumah... hiks." Seojun kembali menangis, bocah itu menelusupkan wajahnya ke dada Chanyeol.
"Lalu kau tidur dimana malam ini?"
Seojun menunjuk sebuah bangku panjang di taman itu sebagai jawaban atas pertanyaan Chanyeol.
Baekhyun melotot, "Disitu?!"
Kepala Seojun mengangguk di dada Chanyeol.
Baekhyun meringis. Kasihan sekali anak ini. Gadis itu melihat jam tangannya. Oh tidak. Pukul 20.50 sebentar lagi jam 9 malam. Walaupun Baekhyun tidak menyulai peraturan yang dibuat ibunya, tapi tetap saja Baekhyun itu anak yang patuh.
"Chanyeol, aku harus pulang. Tak bisakah kau menjaga Seojun di rumahmu?" Baekhyun menatap Chanyeol.
Lelaki itu meringis, "Aku pemain musik jalanan, Baek. Aku tak punya rumah." Chanyeol melirik alat musik panjang di sampingnya. Sejak kapan dia membawa gitar?
"A-apa?"
"Aku menumpang di rumah paman. Itupun aku harus membayar uang sewa."
Baekhyun blank. Dua permasalahan yang membuatnya bingung. Pertama, dimana Seojun tidur sekarang? Kedua, Chanyeol tak bisa membawa Seojun.
Baekhyun menghentakkan kakinya ke tanah berulang kali. Ah, bagaimana ini?
"Ya sudah. Biar Seojun kurawat di rumahku." Baekhyun menghela nafas.
"Baiklah."
Seojun kini berpindah ke gendongan Baekhyun. "um.. Baek?" Chanyeol berkata ragu sambil mengusap lehernya.
Baekhyun menatap lelaki itu.
"Biarkan aku ikut denganmu. A-aku tak tau harus tidur dimana malam ini..."
Mata Baekhyun melotot. Chanyeol. Lelaki seumuran dengannya. Ingin menginap. DI RUMAHNYA?!
"eung... B-baiklah."
Kau sedang menggali kuburanmu sendiri, Byun!
.
.
To Be Continued
.
.
Cuap-cuap :
Hai, Reader-deul... Long time no see...
Gimana gimana? Apa ada yang tertarik sama ep-ep ini? Adakah yang menginginkan author melanjutkan ep-ep ini?
Review juseyo~~
See ya~^^
