Cinta Sejati Pangeran Iblis

.

.

Summary: Kagamine Len, seorang pangeran iblis yang mencari cinta sejatinya akibat dipaksa ortunya. Dan Kagene Rin, seorang manusia yang ingin memberantas iblis akibat sering membaca manga shounen. Keduanya bertemu akibat sama-sama otaku di toko buku. Dan butir-butir cinta tumbuh diantara mereka!

Disc: Cerita ini punya Shi! Tapi, charanya minjem (/030/)

Genre: Drama, Romance, Supranatural

Rated: Untuk saat ini T

.

.

.

Hai hai hai! /author SKSD banget/

Setelah hiatus beberapa bulan, Shi kembali mengeluarkan fic barunya, padahal fic lamanya belom diupdate-update. Ngomong tentang fic lama, Shi menghapus/mendiscontinue fic lama Shi yang berchapter-chapter. Oleh karena itu, Shi minta maaf kalo ada yang nunggu-nunggu kelanjutan fic lama Shi. Inshaa Allah, yang ini kagak discontinue, doain ajalah.

.

Happy Reading, Minna!

.

Btw, Rin disini rambutnya panjang.

.

Location: Istana Iblis (Dunia Iblis)

"Len-chan! Pake baju ini, deh, pasti kamu jadi kawaii!" kata seorang wanita cantik membawa gaun berwarna pink dengan renda-renda, menghampiri seorang pemuda shota (Len: Hei!) yang sepertinya anaknya.

"Kaasan! Sudah kubilang, aku ini udah besar! Jangan perlakukan aku seperti itu!" seru pemuda yang dipanggil Len itu.

"Mou! Mana sisi moe moe-nya Len-chan?!" seru wanita itu terlihat sedih.

"Lenka! Jangan seperti itu, anakmu, kan, nantinya jadi penerus takhta. Jangan memperlakukannya seperti anak kecil," kata seorang lelaki berwibawa namun shota juga.

"Rinto! Aku … aku nggak mau anak kita tumbuhnya kecepetan!" sahut Lenka.

"Tapi kalo kelamaan nggak seru juga dong!" seru Rinto mencubit pipi Lenka gemas.

"Sakit …," rintih Lenka.

"Sakitnya tuh disini, didalam hatiku!" tiba-tiba, Rinto dan Lenka menari-nari gaje.

"Kenapa jadinya Sakitnya Tuh Disini?! Sebenarnya … apa yang terjadi sama kepala Kaasan dan Tousan?" tanya Len heran.

"Toosan kaasan ima made gomen, hiza o furuwase oyafubi ja buru …," Rinto dan Lenka kembali menari-nari gaje.

"Kenapa jadinya Tokyo Teddy Bear?!" seru Len. "Dan kenapa Tousan dan Kaasan jadi kayak goyang dumang?!"

"Ayo goyang dumang! Biar hati senang!" Rinto dan Lenka bergoyang dumang.

Len Cuma bisa facepalm.

"Ah, udah, ah! Capek!" seru Rinto selesai menari.

"Tau nih! Udah nggak seru!" kata Lenka menimpali. "Oh, ya, Say, katanya mau ngomong sesuatu sama Len-chan."

"Bener juga, ya, Hon!" kata Rinto. Say itu Sayang, Hon itu Honey. "Ehem. Ehem."

"Len, kulihat dikamarmu, banyak buku-buku manga yang dibeli dari dunia manusia," kata Rinto memulai. "Dan itu adalah manga shoujo kata Mas Google."

"Mbah Google, kali," kata Len mengoreksi.

"Mas Google-lah! Lha wong Google itu masih 17 tahun(CMIIW*)!" kata Lenka mengoreksi. "Yee! Salah info!"

"Bi, biarin!" sahut Len memalingkan wajahnya.

"EHEM!" Rinto berdeham biar mereka diam. "Kita masuk ke sesi pertanyaan. Pilih mana? Manga shoujo? Atau manga shounen?"

"Shoujo," jawab Len mengaku.

"Mana yang kau suka? Naruto? Atau Tonari no Kaibutsu-kun?" tanya Rinto lagi.

"Tonari no Kaibutsu-kun," jawab Len.

"Yaya? Atau Boboiboy?" tanya Rinto.

"Yaya. Soalnya pakaiannya selalu pink. Aku penasaran apa pakaian dalamnya juga pink," jawab Len dihadiahi sentilan maut Lenka.

"Yaya itu chara favorit Kaasan!" seru Lenka.

"One Piece atau Kamisama Hajimemashita?" tanya Rinto.

Len yang belum pernah membaca manga kedua anime itu bingung. Mana yang shoujo?

"Kenapa? Kenapa kau diam?" tanya Rinto heran.

"Aku belom baca manganya," jawab Len.

"APA?! LEN! Terimalah kemarahan Raja Iblis!" seru Rinto berubah kewujud iblisnya, Manusia Naga (Reader: Njir! Emang ada, ya?).

"Eh? Apa-apaan nih?" seru Len kaget.

"Tousan dan Kaasan setuju, kau akan menjadi Raja Iblis selanjutnya, namun, untuk menjadi raja, kau harus menemukan jodohmu dan membaca kedua komik yang Tousan sebut! Jadi, kami akan mengirimmu ke dunia manusia agar kau menemukan jodoh dan membaca komik tersebut!" jelas Rinto membuka sebuah portal berwarna kebiru-biruan.

"Eh?! Aku belom siap-siap!" seru Len.

"Tenang saja, Kaito, babu rangkap sahabatmu itu juga ikut, kok!" kata Lenka tersenyum lebar. "Mengingatkan saja, seorang pangeran iblis harus menikahi manusia biar jadi raja."

"Iya, aku tau, kok!" sahut Len.

"Lentong! Ayo cepetan!" seru babu Len, Shion Kaito, membawakan semua barang-barang Len dan memasukkannya ke portal.

"Iya, iya, sabar, Kaitong! Ini mau sungkeman dulu!" kata Len. Lalu dia salam-salaman dan maaf-maafan bersama kedua ortunya.

"Sampai jumpa, Len-chan!" kata Lenka mengelap hidungnya yang mulai mengeluarkan cairan (baca: ingus).

"Jangan pulang sebelum kau menemukan jodohmu!" pesan Rinto melambaikan tangan. "Lenka, habis ini kita bikin lagi, yuk."

Lenka menendang Rinto.

"Dadah! Jangan kangen-kangen, ya, Tousan! Kaasan!" kata Len memasuki portal tersebut diikuti Kaito.

"Dah!" syuut! Len masuk kedalam portal dan langsung berada di dunia manusia, tepatnya di sebuah kamar apartemen yang luas.

"Yosh! Lentong! Sekarang kita berada di dunia manusia!" kata Kaito keluar dari portal itu dan portal itu menghilang. "Udah lama banget nggak ke sini!"

"Benar juga, kau ini manusia, kan, Kaitong?" tanya Len memastikan.

"Yup! Ah, by the way, on the busway, Lentong, diumurmu ini, kau harus bersekolah. Meski nggak selevel sama sekolah iblis, tapi kau harus," kata Kaito.

"Kenapa, sih? Aku nggak mau sekolah!" kata Len menggembungkan pipinya.

Kaito nosebleed melihat tingkah kawaii Len.

"Oy! Jangan nosblid ngeliat tingkahku tadi!" kata Len menonjok Kaito keras-keras. Meski suka dengan manga shoujo, Len juga berlatih beladiri.

"Gomenasai … Kagamine-sama …," kata Kaito tepar.

"Ngomong-ngomong … aku mau ke toko buku dulu. Kau siapin makan siang, ya," kata Len berjalan keluar kamar apartemennya.

"Eh, Lentong! Kau tau jalan ke toko bukunya nggak?!" seru Kaito.

"Tau. Nih, aku bawa HP. Ada maps-nya," jawab Len keluar. "Aku sampe rumah udah makanannya udah jadi, lho!"

"Hai," sahut Kaito.

.

.

Location: Jojon's Bookstore, Dunia Manusia

"Oh! Jadi ini yang namanya One Piece?" gumam Len saat melihat komik yang Rinto suruh baca.

"Apa ini yang ori?" gumam Len ingin mengambil dan membaca sinopsisnya. Namun, saat ingin mengambil komik tersebut, tangannya bersentuhan dengan orang lain.

"Ah, maaf!" seru orang tersebut, yang ternyata seorang gadis berambut honeyblode panjang, menarik tangannya kembali.

"Nggak papa, kok," sahut Len.

"Apa kau mau beli komik itu?" tanya gadis itu ragu-ragu.

"Ng, nggak juga sih. Tergantung sinopsisnya," jawab Len. "Memangnya kenapa? Kau mau beli?"

"Iya. Itu jilid terbaru. Jadi aku mau beli," jawab gadis itu menyambar komik tersebut. "Dan itu stok terakhir. Biarkan aku membelinya." Gadis itu melotot menyeramkan pada Len.

"Baiklah. Terserah kau saja. Aku juga nggak terlalu tertarik sama One Piece, kok," jawab Len meninggalkan gadis itu.

"Eh? Eh? Eh? EH?! Kau marah, ya?!" seru gadis itu rada panik.

"Hah? Nggak, kok," jawab Len menengok.

"Bohong! Kalo mau baca komik shonen kayak gini, ayo ke rumahku! Aku punya banyak!" seru gadis itu menarik tangan Len ke kasir. "Tapi aku bayar dulu bentar!"

"Ho, hoi! Aku beneran nggak marah!" jawab Len.

"Namaku Kagene Rin! Umurku 17 tahun!" kata gadis itu mengacuhkan perkataan Len.

"A, aku nggak nanya namamu dan umurmu," balas Len yang kesal di acuhkan seperti itu. Manusia ini nggak tau berhadapan dengan siapa! Dasar manusia rendahan! Batin Len. Kadang-kadang, kalo diacuhkan, Len akan kesal, lalu ngedumel-dumel dan menjadi wujud iblisnya. Namun, kali ini dia tahan.

"Gak peduli. Dan siapa namamu, Ojiisan?" tanya Rin melirik Len lalu membayar komik tersebut.

"O, OJIISAN?!" pekik Len dengan mata melotot. Hei, ayolah! Meski sudah berumur 170 tahun, Len masih kelihatan seperti anak 17 tahun!

"Lalu? Siapa namamu?" tanya Rin mengambil bungkusan komiknya dan berjalan keluar Jojon Bookstore.

"Cih! Kenapa kau pengen tau banget? Kita ini kan orang asing!" kata Len yang sebenarnya malas jalan-jalan ketempat lain lagi.

"Emang kenapa kalo aku mau tau?" tanya Rin.

"Aku nggak mengizinkan kau mengetahui identitasku!" jawab Len.

"Lho? Emangnya kau ini maling? Perampok? Pembunuh?" tanya Rin lagi dengan wajah polos.

"Bukanlah!" jawab Len dengan beberapa garis merah dipipinya. Kalau dilihat lagi, dia manis juga.

"Sebelum, melanjutkan perdebatannya lagi, ayo kita makan," ajak Rin. "Aku belum makan dari pagi."

"Nggak bisa! Babuku udah bikin makanan! Aku harus pulang!" tolak Len. "Dan aku harus beli komik dulu!"

"Yaudah! Izinkan aku untuk makan dirumahmu!" seru Rin.

"Nggak boleh," tolak Len. "Aku nggak bisa mengizinkan orang asing yang tiba-tiba minta izin dariku untuk makan dan masuk rumahku!"

"Kalau begitu, aku akan makan diluar rumahmu," kata Rin.

"M, maksudmu, aku akan memberimu makan dan kau makan diluar rumahku?" tanya Len melotot.

"Yah … bisa dibilang begitu. Atau kau bisa memberiku makanan kucing," jawab Rin nyengir. Sesaat, Len berpikir Rin nggak manis lagi.

"Liar sekali," gumam Len.

"HAH? Maksudmu aku ini liar?!" seru Rin melotot pada Len.

"Eh? Kau mendengarnya?!" seru Len menunjuk Rin.

"Tentu saja! Kau pikir aku nggak punya kuping?!" seru Rin, lalu Rin tersenyum kemenangan. "Akhirnya! Ada yang menyembutku liar!"

"Hah?" Len menatapnya heran.

"Kau tahu? Aku ini kurang suka dibilang manis, cantik, dan pujian-pujian lainnya. Tapi, karena aku terpengaruh manga shounen, aku jadi pengen dipuji keren, dan liar. Kau orang pertama yang mengatakannya!" seru Rin senang.

"Oh. Kalau begitu, ayo cepetan!" kata Len jalan duluan.

"Wokeh!" seru Rin mengikuti Len dibelakang.

.

.

Location: Apartemen Honma, apartemen Len (Dunia Manusia)

"Whoa! Kupikir kau ini seorang gembel nggak punya duit yang punya babu! Ternyata kau tinggal di Apartemen Honma, apartemen mahal!" kata Rin.

"Kau ini memuji atau menghina?" tanya Len melirik Rin.

"Niatnya sih menghina," jawab Rin. "Rangkap memuji."

Len menatap Rin meremehkan. Lalu membuka pintu apartemennya. "Taidama …."

"Ah, Lentong! Kau udah pulang!" seru Kaito menyambut Len. "Tuh, makan siangnya udah siap. Masih hangat kok."

"Baiklah. Mm, ngomong-ngomong, ini teman baruku," kata Len menekan kata teman.

Lalu Rin nongol dari balik pintu dengan senyum lebar. "Hajimemashite! Namaku Kagene Rin!"

"APA?!" teriak Kaito dengan ekspresi kaget dilebay-lebaykan.

"A, ada yang salah?" tanya Rin bingung.

"LENTONG BARU PINDAH DAN DIA SUDAH MEMBAWA SEORANG GADIS KE—BRUAGH!" belum juga menyelesaikan kata-katanya, Kaito dibogem mentah-mentah oleh Len.

"Jangan berpikiran macam-macam. Aku nggak punya niat kayak gitu," kata Len dengan tatapan membunuh.

Rin Cuma bisa melihat adegan belom-menyelesaikan-kata-kata-tapi-udah-ke-bogem dengan tatapan polos. "Heh? Niatan apa?"

"Bukan apa-apa," sahut Len mengambil piring berisi tenderloin steak dan jus jeruk, lalu memberikannya pada Rin. "Nih. Piringnya balikin."

"Makasih!" kata Rin. Lalu dia keluar ruangan tersebut.

"K-Ka-K-Kagene-san nggak m-m-makan d-d-dis-sini?" tanya Kaito terbata-bata pada Len.

"Aku nggak mengizinkannya," jawab Len memecahkan telur dan mengocoknya dimangkok. Len mau buat makanan lagi karena satu-satunya makanan yang dibuat Kaito sudah diberikan pada Rin.

"Lentong, inget yang diajarin sama Kiyoteru-san, nggak? Kalo seorang pangeran membiarkan warganya sengsara, berarti pangeran itu sama aja dengan sampah," kata Kaito mengingatkan.

"Terus?" tanya Len nggak menangkap apa yang arti sebenarnya perkataan Kaito.

"Ah, kau ini lemot. Maksudku, jangan membiarkan Kagene-san makan diluar seperti itu!" jawab Kaito kegeregetan.

"Oh," sahut Len tidak langsung bergerak. Apa yang Kaitong bicarakan? Kagene-san kok yang minta makan diluar. Tapi, kalo Kaasan tau … aku bisa barabe nih, batin Len.

Akhirnya, setelah menyelesaikan telur dadarnya itu, Len mendatangi Rin untuk makan didalam rumahnya.

"Hoi, Kage—APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriak Len saat melihat Rin meminum jus jeruknya dengan gaya kucing, memasukkan lidahnya ke gelas.

"Oh? Aku lagi minum gaya kucing. Aku terinspirasi oleh kucing yang dari tadi duduk disebelahku ini," jawab Rin menunjuk kucing berwarna hitam itu.

Kucing itu mengeong.

"Lho? Kau belum makan steak-nya?" tanya Len melihat piringnya masih utuh.

"Aku harus menghabiskan jus ini dulu!" jawab Rin.

"Dasar! Ayo masuk," kata Len. "Aku mengizinkan makan didalam. Ayo cepetan!"

"Heh? Yey! Makasih!" kata Rin senang. Lalu ketiganya masuk. Kenapa ketiga? Karena kucing hitamnya juga ikut masuk.

Lalu keduanya duduk dimeja makan.

Rin agak nggak enak melihat dirinya makan steak, tuan rumahnya makan telur dadar. Akhirnya, keduanya makan dengan lahap sampai habis.

"Nah, Kagene-san. Kalau kita bertemu lagi, anggap baru ketemu," kata Len memulai pembicaraan.

"Heh? Kenapa?" tanya Rin heran.

"Aku hanya nggak mau kau berurusan dengan hal-hal yang tidak bisa kau tangani," jawab Len.

"Hal-hal yang tidak bisa kutangani? Seperti apa?" tanya Rin lagi.

"Iblis …," jawab Len.

"APA?! JADI KAU INI SEBENARNYA SEORANG EXORCIST?!" teriak Rin kaget. Dia salah tangkap.

"Terserah kau mau bilang aku apa. Tapi turuti aku," kata Len tegas.

"Hebat! Aku juga mau mengalahkan iblis dong, Exorcist-san!" kata Rin berbinar-binar. "Sebenarnya, dari dulu aku mau mengalahkan iblis! Tapi ortuku bilang makhluk semacam itu nggak aja."

Gadis macam apaan sih dia ini!? jerit Len dalam hati. "Aku menolak!"

"Ah, Lentong! Aku baru ingat! Aku sudah mendaftarkanmu di SMA Void! Besok kau akan masuk sekolah!" tiba-tiba, Kaito yang sedang mencuci piring menyahut.

"SMA Void itu sekolahku, lho!" kata Rin.

"HEH?!" seru Len kaget.

"Aku juga murid baru besok. Jadi, tolong kerjasamanya, ya, Exorcist-san!" kata Rin dengan senyum lebar.

Len menghela nafas. "Baiklah."

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanya Rin.

"Eh? Memangnya aku belum memperkenalkan diri?" tanya Len heran. Rin menggeleng. "Namaku Kagamine Len."

"Souka! Kagamine-kun, ayo kita berteman baik!" kata Rin berjabat tangan dengan Len.

.

Chapter Prolog: END

.

Kepanjangan, ya? Maaf! Yang jelas, mohon ripiu dan doanya biar cepet updet. Akhir kata;

Review/Delete?