Sebenarnya aku sudah berencana bikin kisah Zorobin secara Canon di Enies Lobby, tapi entah knapa aq banting stir dulu ke sini. Kedua Monkey teman kita udah bikin cerita lamaran, Samanosuke bikin Luffy ngelamar Hancock, dan Cyntia udah bikin Sanji ngelamar Nami. Nah, aku mau iseng bikin Zoro ngelamar Robin. Gimana jadinya ya?

Disclaimer: One Piece milik Eichiro Oda. One Piece bukan cerita romance yg isinya lamaran pernikahan.


Perjalanan telah berakhir. One Piece sudah ditemukan. Impian telah tergapai. Dunia pun lebih damai dari sebelumnya. Lantas, apa yang selanjutnya akan kau kerjakan?

Luffy tidak bisa diam di satu pulau, jiwa petualangnya masih membuat dia ingin menjelajahi lautan yang lain: South Blue, North Blue, West Blue. Titel Raja Bajak Laut sudah disandangnya, dan rasanya semakin lengkap jika Sang Ratu ada di sampingmu mendampingi. Begitulah, Hancock tidak bisa lepas maupun jauh dari Luffy. Seluruh dunia sudah tahu bahwa mereka bersama.

Sanji telah melamar Nami. Setelah lama ia memendam perasaannya sejak ia pertama bertemu di Baratie, mungkin baru kali itu ia meyakinkan dirinya bahwa tak wanita lain lagi yang ada di hatinya selain Nami. Lamaran singkat dengan serius, tanpa kegugupan, membuat Nami dengan sukses percaya bahwa ini bukan Sanji yang sehari-harinya hanya ingin bercumbu dengan lovey-dovey nya. Tapi memang di antara mereka sudah terjalin ikatan tersendiri meski tidak pernah mendeklarasikan cinta. *untuk selengkapnya baca cerita Author yg berjudul SanNa One Shot Story Collection*

Ussop sudah lama merindukan kampung halamannya. Ia tidak sabar bertemu Kaya, ingin melamarnya, dan kemudian menghujaninya dengan berbagai cerita perjalanannya setiap malam. Franky pun tak jauh beda dengan Ussop. Ia merindukan keluarganya: Kiwi dan Moz serta "anak-anak"nya di Franky House. Ia juga ingin kembali membantu Iceburg membangun Water Seven dan menjaganya menjadi Pulau Pembuat Kapal nomor satu. Kapalnya akan ia serahkan pada Luffy secara itu adalah kapal sang Raja Bajak Laut generasi kedua. Brook ingin menghabiskan hari tuanya dengan Laboon. Chopper sendiri seperti Luffy, ia ingin terus berkelana dan mengabdikan diri mengobati penyakit orang-orang yang ia temui, namun sebelumnya ia ingin kembali ke Pulau Drum terlebih dahulu.

Thousand Sunny sudah kembali ke East Blue. Luffy meminta berlabuh sebentar di Pulau kelahirannya. Ia mengunjungi Desa Fusha, Gunung Colbo, Hutan Midwey dan mengenang semua yang pernah terjadi semasa hidupnya sebelum ia memutuskan mengarungi lautan untuk pertama kali. Tentu saja tujuan berikutnya adalah kampung halaman Zoro.

"Apa rencanamu, Zoro?" tanya Ussop saat mereka sedang minum-minum di bar milik Makino.

Sesungguhnya Zoro belum memikirkan hal itu dengan serius. Ia terlalu menikmati perjalanan dan ialah yang paling lama bersama Luffy. Rasanya aneh jika tiba-tiba semua memutuskan melanjutkan hidup masing-masing dan berpisah.

"Kau sudah meraih ambisimu bukan?" tanya Sanji. "Apa lagi yang akan kau cari?"

Ya, mungkin kehidupannya akan terbalik kini. Nama terangnya akan membuat pendekar-pendekar baru menjadi mengejarnya, menantangnya, dan ingin menjatuhkannya. Dan Zoro tak ingin kabur atau menghindari itu.

"Kau tidak mendirikan SUPER dojo?" saran Franky. "Bukankah banyak pemuda yang kini ingin mempelajari teknikmu?"

Menetap? Zoro sadar bahwa hal itu belum terlintas di benaknya. Ia sudah lama berpetualang sebelum bertemu Luffy. Mencari jati diri. Menghajar perompak. Menumpang kapal ke pulau lain. Semua itu untuk membuka jalannya menjadi pendekar pedang terkuat. Tapi membuka dojo bukan saran jelek. Ia dulu tumbuh di dojo milik ayah Kuina meski akhirnya ia mengembangkan aliran Santoryu-nya sendiri. Itu aliran pedang yang sudah diakui terkuat di dunia, mungkin ada baiknya juga meneruskannya ke generasi mendatang agar tidak lenyap begitu saja."

"Apa kau akan terus sendirian seperti itu, Zoro-san?" tanya Brook.

Zoro pun meletakkan botol sake-nya. "Kenapa kalian dari tadi peduli soal itu?"

"Dasar Marimo, kau memang sangat tertutup," seru Sanji. "Dengar, manusia tidak bisa hidup sendirian tahu. Tapi, kurasa memang hanya kau sendiri yang tahu jawabannya. Mungkin kau memang cocok menjadi pengembara selamanya."

"Tapi, aku masih tak percaya rasanya petualangan kita sudah berakhir," keluh Chopper sedih. "Setelah ini, kita akan menurunkan Zoro, lalu menurunkan Ussop, lalu menurunkan Sanji dan Nami, lalu Brook, lalu aku, terakhir Franky."

"Lho? Robin akan kemana?" tanya Ussop menyadari sesuatu.

"Benar juga. Nico Robin sudah tak memiliki kampung halaman," kata Franky. "Kita adalah rumahnya."

"Ya, dia sudah menemukan jawaban teka-teki sejarah yang hilang di Raftel. Sudah tidak ada lagi yang mengganjal di hatinya," kata Sanji. "Kurasa, ia juga tak akan berkelana lagi."

Wanita itu, pikir Zoro tersenyum sinis. Ternyata dia tidak punya rencana juga ya?

"Bagaimana jika ia ikut denganmu, Zoro-san?" tanya Brook. "Kau juga sama-sama tak memiliki tujuan bukan?"

Zoro tiba-tiba memuncratkan minumannya. "AP__"

"Apa maksudmu, Brook?" timpal Sanji lebih dulu. "Robin-chan dengan Marimo?"

"Memangnya kau juga ingin membawanya serta, Sanji?" tanya Ussop.

"Eh, tidak," kata Sanji gelagapan. "Tapi, daripada Robin sendirian, mungkin aku bisa membicarakannya dengan Nami-san kalau-kalau..."

"Kau mau menjadikan Robin istri kedua, Alis Pelintir?" hardik Zoro memotongnya.

"Dasar Marimo bodoh! Bukan lah," jawab Sanji. "Kau tahu aku juga menyayanginya tapi bukan dalam konteks yang seperti itu. Mungkin Nami bisa menanyai Robin apa yang sebenarnya ia inginkan."

"Ya," sambung Ussop. "Robin kan orangnya tertutup juga. Kalau bukan Nami yang bertanya secara khusus sesama wanita, kita tak akan tahu rencananya dan membantunya."

"Kamu kenapa marah? Aku kan belum selesai bicara tadi," tanya Sanji lagi. "Jangan-jangan..."

"Wow, Zoro-san ternyata..."

"Jangan bicara yang bukan-bukan!" kata Zoro kemudian mencoba tenang. "Aku hanya menganggapnya nakama."

"Tidak aneh. Aku juga selama ini hanya menganggap Nami-san sebagai Nakama sebelum aku melamarnya. Aku hanya terkejut jika benar kamu ternyata..."

"...diam-diam memperhatikannya," sambung Franky.

"Benar juga," kata Ussop berpikir. "Aku ingat saat kedatangan Robin itu kau orang terakhir yang masih bersikeras tidak mempercayainya."
"Ooh, berarti Zoro-san pasti terus mengawasinya."

"Tidak mau melepas pandangannya," kata Sanji. Pantas waktu di Jaya mencari Southbird, ia ingin bersama Robin. Sialan, pikirnya. Aku tak pernah menyadari hal itu!

"Apalagi kalau siang hari mereka hanya tenang berdua di dek," kata Franky lagi.

Fu Fu Fu. Semua mulai menahan tawa meledek Zoro, kecuali Chopper yang sedang sibuk dipegang-pegang oleh Makino yang gemas. Zoro tidak membalas. Ia merasa harus segera pergi dari situ sebelum semua melihat perubahan di wajahnya.

--xx--

Di tempat lain, Robin dan Nami mengikuti Luffy dan Hancock menjelajahi Pulau. Nami penasaran dengan pulau tempat asal Luffy dan bagaimana Luffy bisa tumbuh bodoh dan kuat seperti yang ia kenal. Tentu saja Nami tidak ingin mencampuri Hancock yang seperti sudah mengirim pandangan mematikan untuk Nami jika berani dekat-dekat, karena itu ia juga mengajak Robin. Ini tidak sama dengan petualangan ke pulau asing yang kadang membuatnya tidak berani turun. Nami masih tidak habis pikir dengan Hancock padahal jelas-jelas semua kru di kapal tahu bahwa Sanji telah melamarnya di hadapan semua orang dan ia menerimanya. Robin lebih ingin menyusuri Kerajaan Goa dan mengetahui hubungannya dengan kaum Naga Langit yang telah mereka runtuhkan sejak menemukan One Piece.

"Kupikir kau sudah menemukan seluruh jawaban di Rio Poneglyph, Robin," kata Nami.

"Iya, tapi aku masih ingin melihat sisa-sisa sejarah itu secara nyata," jawabnya.

"Apa itu berarti kau akan kembali menelusuri semua peninggalan dunia?"

Robin menggeleng. "Aku ingin meneruskannya. Sejarah tetap tak boleh hilang. Generasi penerus kita harus bisa menjaganya. Merekalah yang kelak akan menjelajahinya."

"Kau ingin membangun kampus Ohara kembali?"

"Ohara sudah hancur. Mungkin aku akan membangunnya di suatu tempat."

"Sendirian, Robin?"

"Tidak apa. Aku sudah biasa sendiri," Robin tersenyum.

"Aku percaya kau wanita kuat, Robin. Tapi setelah sekian lama kau memiliki banyak sahabat di sekelilingmu, kurasa pasti sangat berat untuk menjalani kehidupan sendiri kembali."

"Tapi semua telah memiliki kehidupan masing-masing. Ikatan nakama kita tidak pernah putus dan aku yakin beberapa tahun ke depan kita pasti akan reuni, saling bercerita pengalaman baru, dan membawa anggota keluarga baru untuk saling diperkenalkan."

"Kau tak ingin membina keluarga, Robin?"

"Itu impian setiap wanita, Nami."

"Apa kau sudah menemukan pria itu?"

Robin pun menatap langit. Mungkin ia sudah menemukannya, mungkin belum. Mungkin ini hanya perasaannya sepihak, Robin rasa pria itu tak menyadarinya. Yang jelas mata mereka sering bertemu pandang di dek. Bahkan ia tahu, mata pria itu tak pernah lepas mengawasinya. Meski ia bilang tak mempercayainya, ia tetap menangkap tubuhnya yang jatuh, ia tetap yang pertama kali menahan pedang es Aokiji, ia juga yang membawa kunci borgol batu laut dan membebaskannya secara langsung di Enes Lobby. Dan setelah itu, masalah terselesaikan. Hubungan mereka hanya seperti itu. Selebihnya hanya nakama biasa seperti yang lain. Robin tak pernah mengharapkan lebih meski kadang ia menumbuhkan tangannya di bahu Zoro yang tengah tertidur siang untuk mengelus rambut hijaunya atau menghalau cipratan air dan debu bagai menepuk lalat. Ia tak pernah bermaksud menyembunyikannya jika Zoro terbangun dan mengetahuinya. Setidaknya itu bisa membuat mata mereka saling menatap kembali dan Robin tahu Zoro tidak akan banyak bicara; tidak seperti jika yang mengganggu tidurnya itu keributan Luffy-Ussop-Chopper, omelan Nami, atau suara lebay Sanji. Dari ucapannya, Robin menangkap respon bahwa Zoro menganggapnya jahil semata dan ia tak ambil pusing.

Robin lalu menjawab pertanyaan Nami. "Aku menghabiskan banyak waktu dengan kalian di kapal, tidak mungkin aku sempat mengenal pria lain di luar itu. Kau juga bukan?"

Nami malah tersipu mendengar kalimat terakhir itu.

Robin pun membalik pertanyaan agar ia tak terus ditanyai. "Apa rencana kalian setelah ini?"

"Kami akan menikah di Desa Kokoyashi, namun sebelum itu, Sanji akan mengunjungi Baratie terlebih dahulu untuk menyampaikan kabar ini. Lagipula, kupikir kami akan menghadiri pernikahan Ussop terlebih dahulu karena sebelum sampai ke Baratie dan desaku, Desa Syrup adalah tujuan selanjutnya."

"Wah, aku penasaran dengan gadis yang memberi Going Merry kepada kalian."

"Ya, Kaya adalah gadis yang sangat baik."

"Begitu? Tuan Hidung Panjang pasti beruntung sekali ya?" komentar Robin.

Nami lalu melihat warna langit sudah perlahan berubah. Langit biru segera berganti warna jingga. "Ah, sudah semakin sore. Lebih baik kita kembali ke kapal, tak perlu menunggu Luffy dan Hancock."

--xx—

Seperti biasa, bajak laut Topi Jerami berpesta. Desa Luffy merayakan kembalinya putra daerah tersebut. Warga bangga dengan prestasi Luffy. Mereka selama ini terus mengikuti perkembangan Luffy di berbagai media. Sebagian lagi lebih terkejut bahwa bocah lugu itu menikahi wanita yang sudah terkenal kecantikannya di seluruh dunia.

"Nami-san. Aku lelah sekali. Minta pijit dong...," kata Sanji mendekati Nami setelah usai memasak porsi raksasa untuk seluruh warga desa.

"Kau belum jadi suamiku tahu," kata Nami.

"Tapi kau kan sudah menerima cintaku."

"Kau pikir aku mau melakukannya di tengah suasana pesta seperti ini?"

"Oh, kalau begitu mari kita ke kamar..."

PLAK! Nami tak berubah.

"Oke Oke," Sanji menurut. "Tapi ada yang ingin kubicarakan padamu. Ini soal Robin..."

PLAK!

"Aduh aduh. Ini tidak seperti itu. Aku hanya khawatir karena dia tidak punya tujuan setelah kita semua akan berpisah masing-masing. Tadi di bar kami sempat membicarakan itu."

"Oh, maaf, Sanji-kun," kata Nami mengusap pipi Sanji yang tadi ia tampar. "Robin sudah punya rencana kok."

"Benarkah? Apa ia tak keberatan jika aku tahu juga?"

Nami pun menjelaskannya.

"Sekolah Arkeologi?"

"Ya, tapi aku juga khawatir Robin akan menjalaninya sendirian saja."

"Tadi kami juga mendesak si Marimo sialan itu untuk buka mulut."

"Maksudmu?"

"Dia juga tak punya tujuan. Maksudku, kau tahu kan dia tak pernah membicarakannya. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk membuka sekolah pedang."

"Sendirian juga?"

"Kurasa begitu. Tapi mau dia sendirian atau tidak, buat apa aku khawatir?"

"Lantas?"

"Kami tadi meledeknya supaya ia mengajak Robin. Kau tahu apa yang terjadi?" Sanji kemudian tertawa. "Kau pasti akan tertawa jika melihat wajahnya. Sungguh! Belum pernah kulihat Marimo sok cool itu memerah kayak kepiting rebus huahahaha..."

"Zoro diam-diam menyukai Robin?" Nami ikut terkejut karena ia juga tak peka soal itu.

"Sebelumnya kami tak tahu. Itu gara-gara Brook sembarangan berceletuk. Lalu saat Ussop iseng tanya apakah aku akan membawa Robin juga atau tidak tiba-tiba Marimo itu marah. Ya, seperti kau tadi. Cemburu!"

Nami ikut tertawa membayangkannya.

"Makanya, aku perlu tahu apakah Robin menyukai Marimo juga atau tidak. Tadi kami mendesaknya untuk melamar Robin sebelum terlambat. Kau tahu kan bahwa setelah ini tujuan berikutnya adalah kampung halaman Zoro?"

"Aku tahu," Nami menangguk. "Tapi serius nih? Zoro melamar? Ia mau?"

"Oh, aku menyesal jika ini akan menjadi lebih meriah dan romantis dari lamaranku, Nami-san. Tapi aku ingin mengerjai Marimo."

"Kau ternyata benar-benar sahabatnya ya?" ledek Nami sedikit terharu kalau ingat ia harus sering menjitak mereka berdua yang kerap bertengkar.

"Oke, Nami-san. Aku butuh bantuanmu. Kau cerdik, kita perlu menyusun rencana. Nanti aku akan bilang ke Luffy dan Hancock juga untuk membantu persiapan, yang lain sudah setuju. Sementara itu, aku akan mengurus Marimo, kau awasi Robin."

"Menarik!"

Bersambung...


Begitulah, minna-san. Aku sebenarnya ga pinter bikin cerita bersambung. Tapi aku emang baru nyiapin materi cerita sampai sini. Rencananya ada 3 chapter: Planning, Prepare, dan Propose. Semoga lanjutannya cepat di-update. Mohon review-nya dulu. Siap di-flame masalah ke-OOC-an. Author ga pintar bikin cerita yang harus menyertakan seluruh kru SH.

PS: Klo mau baca hubungan ZOroBIN yg lebih detail ke fic-ku yg berjudul "What The Meaning Her Smile" yach?

Next Chapter: Zoro latihan melamar dengan Sanji. WHAT? Nikmati ZoSan di chapter ini. Yang lain pun sibuk mengatur acaranya biar lebih surprise buat Robin.