Kalau saja waktu tak berlalu begitu cepat.

Kalau saja semuanya tak terlambat.

Kalau saja ia masih berada di sini, di sisimu.

Apa ia akan berkata...

Daisuki

© UQ

La Corda D'Oro © Yuki Kure

Warning: 2nd POV, OOC, AU.


Tik... tok... tik... tok...

Detik demi detik berlalu. Gadis itu terus membisu dan hanya deru nafasnya yang dapat kau dengar. Ruangan putih, seprai putih, semua benda di sini serba putih. Bahkan kulitnya terlihat makin putih di matamu. Tatapan sendu terpancar dari violetnya. Kau sentuh wajahnya.

"Hei ... sampai kapan kau mau terus bermimpi?"

Tanyamu padanya. Tapi, ia tak menjawab atau membalas tatapanmu. Ia hanya duduk di pinggir ranjang, terdiam—seakan-akan—mengabaikanmu. Berbagai pertanyaan kau lontarkan padanya. Berbagai sentuhan kau berikan padanya. Tapi ia tak bergerak atau mengubah ekspresinya sedikitpun. Sungguh. Ia membuatmu semakin gila.

Kau beranjak pergi meninggalkannya. Kegiatan rutinmu mengunjunginya di sore hari terus berlangsung semenjak kejadian itu. Kejadian yang membuatnya berubah seperti ini.

Kini kau terduduk di bangku taman bercat hijau tak jauh dari gedung tempatnya berdiam. Kau angkat kepalamu menatap langit kelabu. Mungkin hari ini akan hujan. Mungkin ia akan selalu diam selamanya.

"Tuan, sebentar lagi hujan. Lebih baik anda masuk ke dalam gedung."

Kau mendengar suara seorang wanita. Kau menengokkan kepalamu. Kau melihat seorang perawat rumah sakit dengan seragam putih dan rambutnya yang disanggul. Kalau ia berada di sampingmu saat ini, apa yang akan ia katakan saat memperhatikan caramu melihat perawat ini? Mungkinkah ia akan cemburu?

Kau kerap memikirkan jawaban apa yang akan kau dapatkan darinya. Tanpa kau sadari, perawat itu terus mencoba menyadarkan lamunamu.

"Tuan ... sebentar lagi hujan, lebih baik anda ke dalam!"

Perawat itu menambah satu oktaf untuk merusak lamunanmu tentangnya. Kau agak terkejut namun tetap terlihat tenang. Kau mengangguk dan memberi seulas senyum lalu meninggalkan perawat itu.

Kau putuskan untuk berjalan menuju food court di dalam gedung rumah sakit ini. Ketika kau langkahkan kakimu ke lorong food court, kau melihat dokter yang merawat dirinya. Kau mencoba untuk tidak melamun dengan terus berjalan.

Kini kau duduk sendirian bersama secangkir kopi hitam. hangat Kau duduk di samping jendela dan melihat ke halaman taman yang tersiram air hujan. Hari ini hujan dan itu membuatmu semakin teringat tentang kejadian itu. Kejadian tiga tahun yang lalu saat kau masih dapat mendengar tawanya, suara riangnya, dan ekpresinya yang beraneka ragam. Kau hanyut dalam lamunanmu. Mengabaikan kopi yang tak lagi hangat.


Flashback


Hari ini, Minggu, kau menunggunya di stasiun yang letaknya tak jauh dari rumahmu. Walau langit tak secerah hatimu, kau sudah siap dengan pakaian rapih dan dompet terisi. Kau duduk di salah satu bangku menunggu dirinya datang. Sebuah senyuman terukir di wajahmu ketika membayangkan keberhasilan pernyataan cintamu sepulang kencan hari ini. Hujan turun kala kau menunggunya.

Setengah jam berlalu dan orang yang kau tunggu belum saja tiba. Kau terus melirik jam tanganmu dan memastikan kesaaman jarum jamnmu dengan jam yang ada di peron.

Pukul 10.30

Kau coba menghubunginya namun tak dijawab. Kau putuskan untuk mengabaikan setengah jam yang telah berlalu itu dengan pikiran kalau ia sengaja terlambat karena hujan atau sibuk memilih pakaian atau bahkan untuk mempersiapkan batinnya untuk kencanresmipertama kalian. Lagi-lagi, kau tersenyum. Tersenyum membayangkan bagaimana rupanya saat ia tiba di sini.

Pukul 12.00

Kau terbangun dari tidurmu dan melirik jam di pergelangan tangan kirimu. Sudah dua jam berlalu dan ia belum juga datang. Kegelisahan membuat rongga dadamu terasa sesak. Berbagai macam dugaan menyerang otakmu dalam sekejap. Kau putuskan untuk menghubunginya—lagi. Berkali-kali kau coba menelponnya tapi tak ada yang menjawab. Bulir-bulir keringat membasahi pelipismu. Kau coba mengontrol amarahmu dengan menarik nafas panjang. Kau berdiri dari tempatmu dan berlari ke luar stasiun.

Saat kau sampai di luar stasiun, sahabat gadismu berlari dengan nafas tersenggal-senggal sambil menyerukan namamu. Kau bertanya dimana ia, kenapa ia tak kunjung datang, kenapa malah sahabatnya yang datang dan bukan dirinya. Kau keluarkan semua isi hatimu. Kau tenggelam dalam amarah dan rasa kecewa.

Namun kau berhenti berbicara saat sahabat gadismu membentakmu dan memberimu berita yang mengejutkan. Tubuhmu terasa dingin walau jantungmu memompa lebih cepat, lidahmu kelu, kau terdiam beberapa saat dengan pikiran kosong.

"Dia tergelincir saat menuruni tangga di jalan kecil yang—memang—licin ... dan ... bagian belakang kepalanya terbentur begitu keras. Saat ditemukan, ia sudah tak sadarkan diri dengan tubuh yang mengginggil akibat derasnya hujan."

Kau langsung bertanya di mana rumah sakit tempatnya berada dan langsung pergi ke sana.

Seminggu berlalu. Ia telah terbangun dari tidur panjangnya. Kau nampak begitu bahagia. Ia tak seburuk apa yang dokter katakan tentang kondisinya. Dokter bilang ia akan terus koma dalam waktu yang panjang. Tapi kenyataannya, sosok yang kini kau peluk telah tersadar dari tidurnya yang panjang.

Beberapa menit berlalu. Kau menyadari hal janggal dari dirinya. Ia tidak mengeluarkan suara dan merespon pelukanmu. Kau melepasnya dan memegang kedua pundaknya. Kau tatap iris violetnya. Hampa. Kau putuskan untuk meninggalkan dirinya yang terdiam, mencari perawat atau dokter untuk mengecek kondisinya.


End Flashback


"Kasihan sekali gadis yang mengalami katatonik stupor di ruang 203. Kekasih gadis itu mengunjunginya setiap hari tapi tak ada perubahan yang terjadi padanya."

Kau mendengar perkataan seorang perawat di ruang food court itu. Kau tahu siapa yang sedang menjadi topik pembicaraan mereka. Kau hanya diam dan menyentuh cangkir kopimu. Kau pejamkan matamu sesaat sebelum meminum kopi yang telah dingin.

Andai saja mengembalikannya semudah menghangatkan kopi yang telah dingin, mungkin hujan tak akan membuatmu gelisah. Dan mungkin kau akan mendengarnya berkata ...

Daisuki


[01.05.2012]


**)

Daisuki: Suka/sayang, bisa juga diartikan "Aku suka/sayang kamu".

Katatonik stupor: Penyakit di mana indra dan organ-organ lainnya berfungsi dengan normal tapi si penderita gak bisa merasakan/merespon/sadar/tanggap dengan sekitarnya. Jadi, bisa dibilang seperti mayat hidup atau orang yang kerjanya melamun terus-terusan dan mengabaikan lingkungannya.


A/N: Pertama-tama aku mau menjelaskan beberapa hal. Cerita ini MULTICHAPTER. Lalu mengenai sudut pandang, sepertinya tidak melanggar guideline. Karena yang guideline maksudkan itu kalau tokoh Kau adalah Readers. Sedangkan yang aku gunakan bukan Kau sebagai Readers melainkan Len. Untuk pairing, kali ini aku buat LenxKaho dan LenxSho. Please give me some feedbacks!