Konnichiwa Minna-san …
Hai hai hai …
Perkenalkan saya Zizi Kirahira Hibiki author baru …
Namun saya bukan penghuni baru …
Ini fict saya yang pertama …
Terimakasih banyak buat Ayame-nee ,, karena banyak membantu saya …
bukan banyak lagi tapi sangat banyak.
terus terimakasih buat dukungannya dari , Momo, Aihara, Vi-chan .el
Saya persembahkan fict pertama saya …
"The Seeds of Hope"
Disclaimer : Sudah dipastikan bukan punya saya . Tapi punyanya Mas Masashi Kishimoto
Pairing : SasuNaru
Warning : Shounen-ai , sedikit OOC –maybe-
Rated : T
Betaed by Ninja-edit
Inspired by : Prince Hour
Summary : "LEPASKAN DIA!!" teriak seseorang dari arah pintu masuk.
Tidak suka jangan baca, jadi tidak cape sendiri.
Konoha menggunakan sistem pemerintahan Kerajaan. Dimana Negara Konoha ini dipimpin oleh seorang Raja. Namun beberapa tahun yang lalu, sang Raja turun dari tahtanya dikarenakan kondisi kesehatannya yang terus menurun. Yang memimpin sekarang adalah seorang Putri Mahkota yang merupakan anak dari adik kandung sang Raja.
Di sudut kota, di sebuah kedai makan yang cukup terkemuka di Konoha, seorang pemuda berambut pirang tampak hilir mudik mengantar pesanan menuju meja tamu. Tak sedikitpun rasa lelah maupun bosan terpampang di wajah sang pemuda bergaris muka tegas itu.
"Pesanan datang. Maaf menunggu lama ya. Silahkan," seru sang pemuda dengan senyuman riang terpoles di wajahnya yang berseri.
Sepasang bola mata biru cerah bak langit di siang hari milik pemuda itu berkilat penuh semangat. Senyum manisnya yang selalu tak luput ia lemparkan pada pelanggan, selalu membuat terenyuh hati siapa saja yang melihatnya. Tak heran banyak sekali pelanggan yang senang makan disana.
"Naruto, ini pesanan di meja nomor 3. Tolong antarkan," seru seorang pria pasti baya dengan rambut perak kepada sang pemuda pirang yang dipanggil Naruto itu.
"Baik, paman Kakashi," jawab Naruto kepada pria berambut perak tersebut.
Dari nada suaranya, dapat tertangkap kesan bahwa Naruto sangat menghormati pria yang dipanggil Kakashi itu. Orang asing yang telah ia anggap sebagai keluarganya sendiri.
Naruto sendiri adalah anak yatim piatu yang menyandang marga Uzumaki, warisan dari ibunya. Semenjak ditinggal sang Ibu, ia tinggal dan bekerja pada seorang pria baik hati yang sudi memungutnya, yang bernama Hatake Kakashi. Dan pria yang sama pulalah yang menjadi boss-nya kini di kedai makan kecil itu. Sang Ibu yang menyayangi puteranya itu hanya meninggalkan sebuah cincin sebagai benda kenangan bagi Uzumaki Naruto.
Untuk menopang biaya hidupnya sendiri, di umurnya yang masih belia ini Naruto harus bekerja, sementara anak-anak seumurannya yang lain menghabiskan masa remajanya mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
Walapun begitu Naruto tak pernah mengeluh. Dia tetap menjalani hidupnya dengan penuh senyuman yang mampu membuat orang ikut tertarik dengan semangat muda, saat melihatnya. Uzumaki Naruto tidak pernah berputus asa.
"Naruto, kamu sedang senggang?" tanya Kakashi tiba-tiba.
"Ya Paman. Ada yang bisa kubantu?" jawab Naruto dengan raut muka yang menunjukkan kebingungan.
"Kalau begitu, bisa kamu antarkan pesanan ini ke kediaman Mayasaru?" tanya Kakashi sembari menunjuk tumpukan paket makanan di sudut dapur.
"Tentu saja Paman," uajr Naruto seraya menghampiri tumpukan box makanan itu dan mulai menentengnya. "Kalau begitu aku berangkat ya, Paman."
Kakashi tersenyum dan melambaikan tangan, "Hati-hati di jalan."
Sejenak kemudian Naruto keluar dari Kedai sekaligus kedainya itu, dan menghampiri motor oranye kesayangannya, sebelum mulai menaikinya dan menghidupkan mesin, bersiap meluncur menuju tempat tujuan.
Dalam perjalanan menuju Kediaman Mayasaru, Naruto bertemu dengan teman-temannya yang tengah berjalan bersisian di trotoar sembari menenteng tumpukan paket makanan di kedua tangan mereka. Naruto mengurangi kecepatan motornya dan merapatkannya ke trotoar, menyapa mereka dengan riang.
"Ada pesanan yang harus diantar ya, Naruto?" tanya salah seorang temannya yang bernama Shino. Di tangannya tertenteng tumpukan box dengan tulisan 'Bakmi'.
"Hm, ya begitulah. Kamu sendiri juga sama, kan? Ah iya kapan kita ngumpul-ngumpul lagi?" jawab Naruto menunjuk box bakmi itu.
"Akhir-akhir ini aku sibuk. Banyak pesanan yang harus diantar. Beginilah nasib seorang pengantar makanan," keluh seorang pemuda berambut nyentrik.
"Dari dulu kamu kerjaannya ngeluh melulu. Kalau gak mau kerja, sana kamu cari pacar yang kaya raya kalau perlu gaet saja Putri Mahkota kita. Walapun umurnya diatas kamu, tapi dia masih cantik, kan," tanggap Naruto sekenanya, setengah bercanda.
Sang pemuda berambut nyentrik merengut dan mencibir. Naruto tertawa.
"Hei Naruto, bukannya kamu mau mengantarkan pesanan? Cepat kamu antarkan sana! Kami juga musti buru-buru" Shino mengingatkan Naruto.
"Haha oke, oke, hampir saja aku lupa," ujar Naruto sambil memukul keningnya sendiri. "Trims Shino, kamu memang baik," ucap Naruto sembari memasang senyuman manisnya.
'Hei hei hentikan senyumanmu itu. Bisa-bisa kami mati kekurangan darah lagi!' –batin semua temannya Naruto itu.
"Kalau begitu aku duluan ya. Jaa!" Naruto pun pergi mengantarkan pesanannya.
.
.
Setelah selesai mengantarkan pesanan, Naruto pun pulang ke tempat kerjanya. Sebelumnya Naruto pergi ke suatu tempat terlebih dahulu. Ketika sampai di kedai dilihatnya sudah sepi pengunjung, maklum saja hari sudah mulai gelap. Dan sang paman pun muncul dari balik dapur.
"Ah kau sudah pulang, Naruto?"
"Iya Paman," jawab Naruto sambil melepas sepatunya.
"Kalau begitu cepat kamu bersihkan badanmu, sebentar lagi makan malam akan segera siap."
Naruto beranjak dari tempat dia duduk menuju ke kamarnya. Setelah selesai mandi, ia turun ke bawah untuk makan malam. Makan malam berlangsung ramai, karena sekali-sekali Naruto menceritakan kejadian selama seharian ini. Setelah acara makan malam usai, Naruto beranjak menuju kamarnya untuk pergi tidur.
.
.
Pagi datang menjelang. Matahari sudah beranjak dari singgasananya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11, tapi pemuda pirang itu belum bangun dari tidurnya.
Suara alarm jam weker membangunkannya.
Perlahan dibukanya sepasang kelopak mata indah miliknya. Ia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang tiba-tiba masuk ke mata birunya. Mematikan wekernya, ia mengerjapkan matanya dan bangkit dari tempat tidur sederhananya itu, beranjak dan turun ke bawah.
Menyusuri anak tangga yang terakhir, dilihatnya pamannya sedang duduk di dekat genkan. Naruto mendekat pada Kakashi yang tengah sibuk melepaskan simpul tali sepatunya.
"Paman baru dari mana? Rapi begitu?" tanya Naruto memperhatikan dandanan Kakashi yang rapi.
Kakashi memutar lehernya dan mendongkak. Dilihatnya Naruto tengah berdiri di dekatnya, "Aku ada urusan sebentar tadi," ujarnya seraya bangkit dari posisi duduknya.
Naruto hanya bergumam.
"Kenapa wajahmu berkeringat gitu?" tanya Kakashi sambil menyentuh dahinya Naruto. Dirasakannya dahi Naruto terasa hangat. "Kamu demam?" Kakashi mengerutkan keningnya.
"Tidak kok, Paman. Aku baik-baik saja," elak Naruto.
Namun Kakashi tak percaya begitu saja. Ditatapnya raut muka Naruto lebih tajam.
Wajah Naruto terlihat memerah, dengan kedua bola mata yang berair, dan keningnya berkeringat banyak.
"Lebih baik kamu istirahat. Mumpung hari libur," saran Kakashi sedikit cemas.
"Tidak usah, Paman. Aku mau pergi keluar dulu. Ada janji bertemu dengan teman-teman," tolak Naruto. "Lagipula demam segini sih bukan masalah. Aku mau siap-siap dulu," Naruto beranjak pergi menuju kamarnya, tanpa menunggu protes dari Kakashi.
Turun kembali setelah selesai mandi dan membenahi barang bawaannya, Naruto sekilas melihat Kakashi tengah memasak di dapur.
"Paman, Aku pergi~!" pamit Naruto setengah berteriak.
"Baiklah," Kakashi menghela napas. "Jangan pulang terlalu malam! Dan jangan terlalu memforsir dirimu, bisa-bisa demammu semakin parah!" teriak Kakashi tanpa menoleh dari sepanci kare yang tenagh dimasaknya untuk makan siang, tanpa sadar bahwa Naruto sudah keluar sedari tadi.
Tak berapa lama kemudian, ketika Kakashi sedang asik memasak. Datanglah tiga orang laki-laki berpakaian serba hitam.
Kakashi's POV
Harus aku selesaikan dengan segera masakan ini. Sudah tak sabar aku baca lanjutan dari Icha-Icha Tactics.
Cklek
Aku mendengar suara pintu terbuka. 'Apa Naruto sudah pulang yah? Tapi itu tidak mungkin, dia kan baru saja pergi?' pikirku heran.
Untuk mengusir rasa penasaran, aku pun pergi ke depan untuk melihat siapa yang datang.
'Oh sudah datang, rupanya…'
"Kami dari pihak kerajaan datang untuk menjemput Naruto-sama," ucap salah seorang dari tiga pria berjas hitam itu.
"Maaf yang sebesar-besarnya. Naruto sedang pergi keluar. Bisakah Anda semua menunggu? Saya akan segera menghubunginya untuk segera pulang," tanpa menunggu mereka menjawab, aku pun pergi ke dapur dimana ponselku aku tinggalkan. Tepat ketika aku hendak menghubungi Naruto, ada panggilan masuk.
"Halo, Hatake Kakashi disini. Ada yang bisa saya bantu?"
"Kakashi-san, ini saya Hinata. Nanti sore saya akan segera mengirimkan seorang wanita dan dua orang pria untuk menjemput Naruto. Tolong persiapkan segala sesuatunya."
"Ah, Hinata-sama. Maaf, Anda bilang seorang wanita dan dua orang pria?" aku terkesiap mendengarnya.
'Aku heran, bukannya yang datang tadi tiga orang pria?' seketika itu aku pun menengok ke tempat dimana mereka menunggu.
Aku terkejut melihat ternyata mereka telah lenyap.
Dengan segera aku pun memberitahukan apa yang telah terjadi kepada Hinata-sama. Setelah mendengar instruksi dari beliau yang memerintahkanku untuk segera mencarinya, tak buang waktu aku segera menghubungi ponsel Naruto. Namun sialnya tak kunjung diangkat.
Aku beralih menghubungi teman-temannya, namun mereka bilang mereka sudah tidak bersama Naruto lagi. Firasat buruk menyerangku. Segera aku keluar kedai untuk mencarinya. Tak kupedulikan pintu kedaiku yang tidak terkunci. Yang ada di pikiranku sekarang hanya Naruto.
End Kakashi's POV
Di suatu tempat yang sepi, terlihat seorang pemuda pirang—yang tak lain adalah Naruto— tengah dikejar oleh sekelompok orang berjas hitam. Napasnya sudah memburu. Keringatnya bercucuran hebat. Bukan hanya karena dia berlari terus, tetapi juga ditambah dengan kondisi tubuhnya yang sedang tidak fit.
Naruto terus berlari tak dikurangi kecepatannya. Yang ada dalam kepalanya sekarang adalah dia tidak boleh tertangkap oleh mereka yang tak jelas asal usulnya itu.
Tanpa disangka, Naruto terjebak di sebuah gudang dan tertangkap. Walapun tertangkap namun Naruto tak kenal menyerah. Dia terus berontak melepaskan diri dari sekapan mereka.
"Kalian siapa? Aku tak kenal kalian. Kalian mau apa dariku? Ugh, Sakit bodoh! Cepat lepaskan aku!" teriak Naruto ketika salah seorang dari mereka mencengkeram kedua tangannya dengan erat.
"Kami tidak akan menyakitimu, bila kamu mau ikut kami secara baik-baik," jawab salah seorang dari mereka.
"Aku tidak kenal kalian. Aku tidak mau ikut kalian! Cepat lepaskan aku. Dasar brengsek!" Naruto semakin berontak.
Akhirnya salah seorang dari mereka memukul tengkuk Naruto. Namun itu tak membuat Naruto diam. Mungkin karena rasa takut yang berlebihan, membuat Naruto menjadi kuat untuk tak kehilangan kesadarannya. Pada saat terpojok begini, bahkan tikus pun bisa menggigit kucing.
Namun para penculik tak menyerah begitu saja. Orang yang berada di hadapan Naruto mengambil sesuatu dari saku jasnya. Ternyata yang diambil oleh orang itu adalah sehelai saputangan. Ditetesinya saputangan itu dengan sebotol cairan obat bius. Kemudian saputangan itu ditempelkannya ke hidung Naruto.
Mau tak mau akhirnya Naruto menghirup aroma dari saputangan itu.
Perlahan Naruto merasakan efek dari aroma itu. Kepalanya yang memang sudah terasa sakit sedari tadi, menjadi lebih sakit lagi. Sebelum kesadarannya hilang, Naruto sempat melihat orang yang telah membiusnya.
'Luka bergaris?' batin Naruto di tengah kesadarannya yang semakin menipis.
Detik berikutnya, kesadarannya menghilang sepenuhnya. Hanya kegelapan yang ia lihat.
Ketika dilihatnya sang objek telah berhasil dilumpuhkan, para penculik bersiap membawa Naruto pergi. Namun ada suara yang menginterupsi mereka.
"LEPASKAN DIA!!" teriak seseorang dari arah pintu masuk.
To be continued.
Hhehe maaf Cuma itu yang bisa saya persembahkan. ^///^
Jadi dimohon ripiunya.
Karena akan sangat membantu …
ONEGAI (_,_)
