BETWEEN HEAVEN AND HELL
.

ost. by BoA - Between Heaven and Hell

.

Hi, author hadir membawa ff YJ baru, semoga temen-temen readers enjoy bacanya ^^ Cerita ber-tema kaya gini pasaran tapi tulisan dan idenya murni hasil author, en buat pengkritik ff YJ yg akhir-akhir ini sering meresahkan author ff YJ dimohon jangan merusuh, daripada merusuh mending buka laptop en bikin ff sendiri, hargai para author yang rela menuangkan waktu, ide&tangannya buat nulis, karena buat ff itu ngga mudah lhow hehe, sip dah hepi reading aja muah#kecupmanjasambilshikatmiring!

.

.

*KAYWON HIGH SCHOOL OF ARTS*

Seorang namja bertubuh mungil berambut hitam agak panjang serta memiliki mata bulat dengan bola mata hitam sempurna persis seperti anak kucing itu berdiri sambil memandangi papan pengumuman, ia terkekeh bangga memandangi hasil ujian musiknya yang kembali mendapatkan predikat A+ alias sempurna.

"Chukkae Joongie"

"Neeee gomawo"

Kim Jaejoong, namja super duper cantik itu tersenyum ramah pada siapapun yang mengucapkan selamat kepadanya, dia sungguh populer. Siapa yang tidak mengenalnya se-antero sekolah seni ternama di Korea Selatan, pria yang memiliki wajah cantik tanpa cacat dengan kejeniusan di bidang musik serta sifat ramah membuat siapapun nyaman berteman dengannya.

Jaejoong atau Joongie biasa ia dipanggil memiliki lebih banyak fanboy daripada fangirl, terlahir dari keluarga terpandang dan kaya raya. Appanya Kim Hankyung adalah pemilik perusahaan supermarket terbesar di Korea Selatan yang memiliki cabang di beberapa negara. Namun meski ia di kelilingi dengan kesempurnaan, ia tidak memiliki seorang ibu, Kim Heechul meninggal saat Jaejoong berusia 10 tahun karena pendarahan sewaktu akan melahirkan adik Jaejoong yang juga tidak bisa selamat, meski begitu Jaejoong tidak pernah kekurangan kasih sayang Appanya yang sangat memanjakan putera semata wayangnya itu.

"Hoi cantik!"

"Sudah kubilang jangan memanggilku cantik Park Yuchun!"

"Aigoooo, Joongie kau jangan bertampang seram seperti itu tidak cocok dengan wajah cantikmu"

PLETAK~

"YA! Bisakah kau pukul bagian lain tapi tidak disini Kim?" Yuchun menunjuk jidatnya yang tertutup poni sambil mengelusnya pelan, sentilan namja cantik itu cukup perih juga.

"Karena itu jangan panggil aku cantik lagi!"

"Sudah takdirmu menjadi cantik Joongie sayang" goda Yuchun sahabat serta sepupunya yang terkenal genit dan plaboy, tidak hanya yeoja cantik yang ia goda tapi namja-namja berstatus uke-pun tidak akan pernah lepas dari rayuan mautnya.

"Ck, kau menyebalkan! Kka aku mau masuk kelas, ikut tidak? Jangan bilang kau akan membolos lagi Park?"

"Aku masuk kelas, keunde aku harus menemui HyunA dulu hehehe bye baby J"

"Ish terserah"

Pagi berganti sore waktunya semua siswa Kaywon Arts School bergegas pulang. Si cantik yang penuh pesona terlihat berjalan santai menuju mobilnya di tempat parkir. Maserati merah itu keluar dari lingkungan sekolah, melaju cepat di jalanan Seoul, agar tidak bosan Jaejoong menyalakan radio ia bernanyi mengikuti irama lagu yang datang dari boyband ternama TVXQ.

"Harumahn nibahng eui chim nae gah dwei goh shipuh, oh baby Duh ddah seu hee poh geun hee nae poom eh gahm ssah ahn goh Jae oo goh shipuh" celotehnya sambil terus berkonsentrasi menyetir.

Rumah kediaman Kim memang jauh dari keramaian, terletak di perumahan mewah daerah Namsan membuat siapapun harus berhati-hati karena jalannya yang berkelok. Lampu berganti merah tanda bahwa namja dengan piercing di telinga kanannya itu harus berhenti, entah kenapa jalanan terlihat sepi hari ini. Karena bosan, Jaejoong mengambil ponselnya dan mengetik pesan entah kepada siapa.

Saat sedang asik mengetik sms, samar ia mendengar suara orang meminta tolong, ia mengecilkan suara radio mobilnya dan berusaha mendengar teriakan tadi. Ternyata benar, ia melihat dari kaca spion mobilnya seorang wanita berlari menuju ke arahnya sambil berteriak meminta tolong, tanpa berpikir panjang namja berstatus uke itu segera keluar dari mobilnya untuk menolong.

"Agashi wae geu….OMO!" ucap Jaejoong yang baru saja keluar dari mobilnya.

DUAR!

DUAR!

Belum sempat Jaejoong menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara tembakan dari arah yang bersamaan wanita itu berlari, namja cantik itu terkejut, namun ia lebih terkejut lagi ketika dilihatnya wanita berambut panjang itu langsung jatuh terkapar dengan dada di sebelah kanannya berlumuran darah.

"P-Pembunuh"

Ketiga lelaki yang menjadi pelaku penembakan itu baru menyadari kehadiran Jaejoong, mereka bertiga saling berpandangan hingga sedetik kemudian mereka memandang Jaejoong dan kompak mengangkat senjatanya. Jaejoong membelalakan matanya antara terkejut dan takut, ia ingin berlari tapi kakinya entah kenapa tidak bisa digerakan.

DUAR!

Satu dari tiga penjahat itu melepas tembakannya namun meleset, Jaejoong sontak menunduk, ia benamkan kepala ke-lututnya, namun ia segera tersadar bahwa ia harus pergi dari tempat itu kalau tidak ingin nyawanya melayang. Dengan cepat Jaejoong membuka pintu mobilnya dan melajukan mobilnya cepat, penjahat itu kembali melesakan pelurunya mencoba untuk menembak mobil Jaejoong, namun meleset dan ia berhasil melarikan diri.

"Yah, bagaimana ini? Dia kabur"

"Biarkan saja, nanti kita laporkan pada sajangnim sekarang kau urus wanita itu!"

"Nde hyung"

.

.

Saat sampai dirumah, Jaejoong masuk ke-kamarnya dengan terburu-buru, wajahnya yang pucat semakin pucat karena diliputi rasa ketakutan yang luar biasa. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana yeoja lemah itu ditembak dihadapannya hingga tak berdaya. Victoria, kepala pelayan yang sudah mengabdi kepada keluarga Kim sejak Jaejoong masih kecil heran melihat keadaan tuan mudanya itu.

TOK TOK TOK!

"Tuan muda Jaejoong ada apa? Apa anda baik-baik saja?"

Tidak ada jawaban dari kamar Jaejoong.

TOK TOK TOK!

"Tuan muda anda kenapa tuan muda?"

Karena khawatir dengan keadaan tuan mudanya yang sudah ia anggap anaknya sendiri, Victoria masuk kedalam kamar yang di dominasi berwarna pink dengan pernak-pernik hello kitty serta gajah. Pelayan yang masih saja cantik itu mencari sosok Jaejoong, namun matanya berhenti ketika mendapati namja cantik itu bersembunyi di dalam selimut.

"Tuan muda anda baik-baik saja? Tuan muda anda kenapa?"

Victoria membuka selimut perlahan, dilihatnya wajah Jaejoong memucat serta keringat dingin yang membasahi seluruh tubuh mungil namja itu.

"Oh Tuhan, anda kenapa tuan muda?" Victoria menyentuh kening Jajeoong, ia takut kalau tuan muda cantiknya itu demam, namun suhu Jaejoong sepertinya normal badannya tidak panas.

"P-pembunuh, a-ada pembunuh" ucapnya dengan bibir yang bergetar.

"Pembunuh? Pembunuh dimana tuan muda? tuan muda sebenarnya apa yang terjadi?"

"Pem-pembunuh! A-ada pembunuh,wanita itu mati ahjumma hiksss"

Victoria memang tidak mengerti ada apa dengan tuan mudanya, karena ia melihat Jaejoong semakin ketakutan ia memeluk tubuh mungil itu dan berusaha menenangkannya.

"Sssshhh tenanglah tuan muda, aku ada disini semuanya akan baik-baik saja, tenang saja"

"Hiksss yeoja itu hiksss yeoja itu mati ahjumma hiksss"

Jaejoong masih terus menggumamkan kalimat-kalimat yang tidak Victoria mengerti, lama-lama tubuh ramping itu perlahan melemas, Jaejoong tertidur. Dengan sayang, Victoria membaringkan dan menyelimuti tubuh Jaejoong agar ia merasa nyaman. Setelah memastikan Jaejoong tertidur, Pelayan cantik itu segera menghubungi Hankyung yang sedang berada di Jepang. Mendengar terjadi sesuatu dengan puteranya, Hankyung memutuskan kembali ke Korea dengan jet pribadinya.

"Mana Joongie?" tanya Hankyung cemas ketika baru saja memasuki ruang tamu di rumah mewahnya yang besar.

"Tuan muda masih tidur sajangnim"

"Victoria, ada apa dengan puteraku? Aku tidak terlalu jelas saat kau menelpon tadi"

"Mianhe sajangnim saya juga tidak mengerti apa yang terjadi, tapi setelah pulang sekolah tuan muda terus saja mengigau tidak jelas, dia tidak bisa bercerita apapun karena sepertinya ia sangat ketakutan"

"Joongie mengigau? Apa yang ia katakan?"

"Tuan muda hanya berkata pembunuh pembunuh, terus saja begitu sajangnim"

"Pembunuh? Apa maksudnya?"

Victoria menggeleng pelan, sungguh ia juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi tuan muda cantiknya itu belum menceritakan apapun.

"Sajangnim, ada polisi yang ingin bertemu dengan anda" sahut pelayan lain yang datang menghampiri Hankyung.

"Polisi?"

"Ne sajangnim mereka berada di depan sekarang"

"Suruh mereka masuk"

"Ne sajangnim"

kemudian menuju ruang tamu di ikuti Victoria, ia menjabat tangan satu orang namja dan satu orang yeoja yang berpakaian kemeja, mereka nampak seperti pegawai kantoran bukan polisi.

"Maaf kami mengganggu waktu anda Kim sajangnim" tanya polisi namja bertubuh tegap itu.

"Hum gwaenchana, ada apa ya?"

"Begini sajangnim kami adalah detektif dari satuan kepolisian Korea, saya Choi Siwon dan ini rekan saya Go Ahra. Maaf sebelumnya, tapi apa boleh kami bertemu dengan putera anda?"

"Bertemu dengan puteraku? Tunggu dulu, bisa anda jelaskan sebenarnya ada apa ini? Apa puteraku melakukan kesalahan?"

"Begini sajangnim, anak anda Kim Jaejoong menjadi saksi pembunuhan atas kematian Nona Seohyun , ketika kejadian ada saksi mata yang sempat melihat mobil anak anda di tempat kejadian" ucap polisi berwajah cantik bernama Go Ahra.

"Saksi pembunuhan? Apa kalian sedang bercanda?"

"Kami tidak bercanda sajangnim, putera anda adalah saksi kunci dari pembunuhan sadis ini, dugaan kami sementara ini ada sangkut pautnya dengan pembunuhan-pembunuhan yang belakangan ini dilakukan oleh mafia Jung"

Hankyung mencoba mencerna ucapan dua polisi itu, bagaimana mungkin putera semata wayangnya menjadi saksi kunci dari pembunuhan yang dilakukan mafia Jung. Kim Hankyung tentu tahu siapa mafia Jung, tidak ada yang bisa main-main dengan mafia terkuat di Asia itu.

"Sajangnim, apa karena ini tuan muda Jaejoong menjadi sangat ketakutan?" tanya Victoria.

"Hum, sepertinya begitu"

"Kalau begitu, boleh kami bertemu dengannya sajangnim? Ini juga demi keamanan putera anda, kami akan melakukan perlindungan 24 jam terhadapnya mulai dari sekarang, karena ia adalah saksi untuk bisa dijadikan bukti atas kejahatan-kejahatan yang sudah mafia Jung lakukan"

"Aku tidak mau anaku dalam bahaya tuan Choi, dia anaku satu-satunya"

"Karena itu kami ingin menemuinya dan memastikan bahwa ia akan baik-baik saja, ijinkan kami menemuinya sebentar sajangnim"

"Kami benar-benar membutuhkan kerjasama anda untuk membongkar kasus ini Kim sajangnim"

Hankyung berpikir sejenak, dia tentu memikirkan keselamatan putera satu-satunya itu, kalau Jaejoong menjadi saksi atas pembunuhan yang terjadi tadi siang tentu secara tidak langsung ia akan menjadi musuh utama mafia Jung, tapi jika tidak maka kepolisian tidak akan pernah menangkap mafia yang sudah melakukan tindak anarkis.

"Baik, kalian boleh menemuinya tapi kalian harus menjamin keselamatan Jaejoong-ku"

"Pasti sajangnim"

"Victoria, panggilkan Joongie"

"Ne sajangnim"

Victoria bergegas menuju kamar Jaejoong yang berada dilantai dua, dibangunkannya namja cantik itu perlahan, awalnya Jaejoong tidak ingin beranjak dari tempat tidurnya, namun setelah diberitahu bahwa Appanya sudah pulang, ia langsung bergegas turun.

"Appa!"

"Joongie~ah? Kau sudah bangun hum? Mianhe Appa membangunkanmu"

"Gwaenchana, Appa jangan tinggalkan Joongie lagi, Joongie takut"

"Ne sayang Appa ada disini Joongie jangan takut ne? Kka ada yang ingin bertemu denganmu"

Jaejoong menatap satu persatu kedua orang yang ada di hadapannya dengan tatapan bingung.

"Nuguya?"

"Anyeong Kim Jaejoong, perkenalkan namaku Choi Siwon dan ini rekanku Go Ahra"

Jaejoong mengangguk pelan, mata besarnya memandang mereka satu persatu.

"Jaejoong~shi apa boleh kami menanyakan sesuatu?" tanya Ahra

"Tentang?"

"Jaejoong~shi, apa ada yang kau lihat hari ini?" ujar Siwon ragu, ia masih melihat raut wajah ketakutan Jaejoong.

Jantung Jaejoong mendadak berdegup kencang, memorinya kembali terbuka mengingat kejadian buruk yang ia alami tadi siang. Napasnya terputur-putus tanda bahwa ia sangat ketakutan sekarang.

"Joongie, gwaenchana?" tanya Hankyung cemas.

"A-Appa Joongie takut"

"Kau tidak usah takut Jaejoong~ah, ceritakanlah pada kami apa yang terjadi kami akan melindungimu percayalah"

Sungguh ia masih merasa takut dengan kejadian sadis tadi siang, tapi setelah Appa dan dua polisi itu meyakinkan dirinya akan keselamatannya, Jaejoong mulai bercerita. Dan sejak hari itu Kim Jaejoong mulai mendapatkan perlindungan super ketat dari kepolisian Korea Selatan, ia adalah saksi kunci untuk bisa menangkap gembong mafia kelas atas Jung.

Lalu, sebenarnya siapa mafia Jung? Kenapa ia begitu ditakuti baik polisi maupun mafia lain. Jung Ji Hoon, sang pemimpin yang memiliki beberapa perusahaan legal maupun tidak legal, perdagangan narkoba kelas dunia, penyewaan pembunuh bayaran dan usaha-usaha tidak halal lainnya, membuat keluarga mafia Jung begitu dihormati oleh mafia lain.

Mafia Jung memiliki kekerabatan dengan beberapa Yakuza di Jepang dan China, kekuasaannya tidak terbendung, ia tidak hanya memimpin dengan otot tapi juga dengan otak dan kepintaran anaknya mengelola bisnis. Ji Hoon memiliki dua orang anak, Jung Yunho dan Jung Jesica.

Polisi tidak pernah bisa menangkap Ji Hoon, selain karena adanya permainan politik uang keluarga Jung juga memiliki koneksi dengan beberapa politisi yang duduk dibangku pemerintahan, karena beberapa dari mereka meminta bantuan Jung Ji Hoon untuk bisa meraih posisi Menteri, bahkan wakil presiden Korea Selatan adalah salah satu kerabat dekat Ji Hoon.

Sang putera pertama, penerus Jung Ji Hoon adalah Jung Yunho. Tipikal namja tampan dengan perawakan tubuh tegap, tatapan mata tajam yang mampu mengintimidasi siapa saja, memiliki kemampuan bela diri serta otak yang cerdas. Banyak keluarga mafia lain yang 'menyodorkan' anak gadisnya agar bisa menikah dengan Yunho, namun beberapa kali juga mereka harus kecewa karena Yunho selalu menolak dengan alasan belum siap menikah dan ingin ber-konsentrasi mengurus perusahaan.

Yunho dan Jesica sang adik tidak memiliki ibu, karena ibunya meninggal saat melahirkan adiknya Jung Jessica. Sejak kecil ia sudah di didik keras oleh Appanya agar suatu hari ia mampu mengurus 'perusahaan'. Jessica sang adik saat ini berkuliah di London, berbeda dengan Yunho yang tertarik dengan dunia kelam, Jessica lebih memilih jalur 'terang' ia ingin menjadi pengacara, sangat bertolak belakang aniya?

"Sajangnim, polisi melindungi saksi itu dengan sangat ketat, kami bahkan tidak bisa menemukan celah untuk menyerangnya"

Namja tampan itu terlihat sibuk berlatih ilmu Hapkido-nya

"Sajangnim, kalau saksi itu tidak ditemukan, maka mereka bisa menemukan bukti yang membahayakan kita sajangnim"

BRAK!

Tangan kekarnya mematahkan sebilah kayu tebal yang ada berada tidak jauh darisana, membuat kedua orang yang sedang melapor itu tertunduk takut. Pemimpin mafia berparas sempurna itu menghela napasnya, dia berjalan kesisi ruangan untuk mengambil handuk, menyeka keringat yang jatuh dari pelipisnya, sungguh dia terlihat sangat seksi.

"Siapa namanya?"

"Kim Jaejoong sajangnim"

"Kim Jaejoong?"

Kedua orang itu menyodorkan sebuah map merah kepada pemimpin mereka, keadaan map yang terbuka menampakan sebuah foto dari namja cantik yang sedang tersenyum.

"Cantik, benarkah dia seorang pria? Kenapa bisa sangat cantik?"

"Ne sajangnim, menurut informasi yang kami terima Kim Jaejoong benar seorang namja, dia putera tunggal pengusaha Kim Hankyung"

Leader tampan berbibir seksi itu terlihat berfikir, tak lama kemudian ia menyunggingkan senyum manisnya kearah dua pegawai setianya itu.

"Biar aku yang mengurusnya, kalian tetap fokus pada Siwon dan Ahra dan segera tingkatkan keamanan pabrik di Mokpo, Gwangju, Chungnam dan Incheon, arraso?"

"Ne sajangnim!" kedua pegawai itu segera pergi untuk segera menyusun rencana, sedangkan si pemimpin Jung yang tampan terlihat masih asik memandangi 'korbannya'. Terpesonakah?

_BETWEEN HEAVEN AND HELL_

*KAYWON HIGH SCHOOL OF ARTS*

"Yosh, Kim Jaejoong apa yang sedang kau kerjakan eoh?" sapa Yuchun menghampiri Jaejoong yang sedang berada di perpustakaan.

"Aku sedang mencari bahan untuk lomba nanti, kau sendiri belum pulang?"

"Aku baru mau pulang, habis menemui Yoona dulu di taman belakang tadi"

"Dibelakang? Apa yang kalian lakukan disana" tanya Jaejoong dengan tatapan curiga.

PLETAK!

"YAH! Kenapa kau memukul kepalaku?"

"Jangan manyun seperti itu kau semakin mirip yeoja"

"PARK YUCHUUUUUUUUUUUUUUUNNNN"

"Aish Joongie berhentilah berteriak! Tadi aku berencana ingin memutuskan Yoona tapi dia tidak mau, ck membuat kepalaku pusing"

"Cih dasar playboy, suruh siapa kau punya banyak yeoja hum? Suzy, Kahi, Yoona, Sunny, omo siapa lagi yeojamu yang tidak aku ketahui huh? Akan ku-laporkan Park ahjussi!"

"Eoh? Yah! yeoja-yeoja itu yang mengejar dan memintaku menjadi kekasih mereka, kalau ku tolak mereka akan terus memburuku seperti binatang buruan, keunde memang sudah resiko memiliki wajah tampan"

"Pabo!"

"Karena itu, kau cepatlah cari pacar tidak peduli namja atau yeoja yang penting kau sibukan dirimu jangan hanya dengan piano saja kau bermesraan"

Jaejoong diam, ia lebih memilih membuka buku musik yang baru saja ia dapatkan di rak buku.

"Kau mendadak tuli huh? Ya sudah aku mau pulang, btw kemana para polisi itu?"

Yuchun yang notabene sahabat dan saudara Jaejoong tentu sudah mengetahui perihal kejadian yang dialami sepupu cantiknya itu.

"Mereka aku suruh tunggu diluar, aku sedang ingin berkonsentrasi demi perlombaan ini"

"Begitu? Arra, tapi kau harus cepat pulang aku tidak mau sesuatu terjadi padamu"

"Omo, uri Yuchunie perhatian sekali padaku, Yah apa kau jatuh hati padaku hum?" goda Jaejoong.

"Jangan berpikiran macam-macam, biarpun kau secantik putri salju aku tetap tidak berminat memacari saudara sendiri, Kka aku pulang dulu kau hati-hati jangan terlalu lama disini"

"Hehehe arraso"

"Hm, aku pulang dulu ya?"

"Neeeee bye"

"Bye baby J"

Yoochun meninggalkan Jaejoong yang masih sibuk sendiri dengan bukunya, seluruh siswa dan penjaga perpustakaan sudah pulang, Jaejoong memang terbiasa membaca di perpustakaan seusai pulang sekolah pihak sekolah tidak keberatan karena Kim Jaejoong adalah siswa kesayangan dan kebanggaan sekolah mereka jadi ia berhak melakukan apapun yang ia suka disana.

Namja cantik itu mencatat beberapa materi yang ia salin di buku bersampul gajahnya, tanpa ia sadari seseorang sedang berjalan kearahnya.

"Kim Jaejoong?"

"Ne nuguseo?"

Namja dengan tubuh tinggi dan tegap itu membuka topinya dan mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Jaejoong yang sedang duduk, ia tersenyum membuat pemilik mata kucing itu sedikit terpesona.

"Hi, perkenalkan namaku Jung Yunho"

Mata doe itu melebar mendadak seluruh sistem tubuhnya kaku seketika. Yunho? Jung Yunho? Tentu saja ia sudah mendengar nama itu berkali-kali, nama yang sangat berminat untuk membunuhnya karena keberadaannya sebagai saksi kunci.

"K-kau mau apa?! P-Polisi ada diluar, kau kau jangan macam-macam!"

"Polisi? Polisi yang ada sejak tadi berdiri di depan pintu perpustakaan ini maksudmu? Hummm sayangnya mereka tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan memilih tidur siang di mobil"

"M-Mwo? T-tidur?"

"Hum tidur, kebetulan obat tidur yang aku beri berdosis tinggi jadi mereka akan tertidur cukup lama, kajja kau harus ikut denganku" Yunho menarik tangan Jaejoong.

"SHIRUH! A-Aku tidak mau ikut denganmu! A-aku akan berteriak!" ia melepaskan tangan kekar Yunho yang menariknya paksa.

"Ahahaha kau mau berteriak? Silahkan"

"T-TOLONG T-TOLOOONNNGG!"

"Aish kau ini benar-benar berisik sekali, kajja ikut saja"

"Kyaaaaaaaa menjauh dariku! Ku mohon jangan sakiti aku Yunho~shi jebbal, a-aku tidak akan melaporkan apapun lagi tapi kumohon lepaskan aku hiksss"

Jaejoong tersudut tubuhnya melemas jatuh kebawah, air matanya mulai menetes, ia menyembunyikan wajahnya sambil memeluk lutut. Yunho yang melihat Jaejoong begitu ketakutan entah kenapa jadi merasa tidak tega, ia berjongkok dan menatap sendu Jaejoong yang menangis.

"Aku tidak akan menyakitimu, percayalah"

Jaejoong mengangkat wajahnya perlahan, dengan kedua mata yang basah ia menatap Yunho. Ada rasa hangat di dalam tubuh Jaejoong saat menatap si pemilik mata musang itu, tatapannya tajam namun ia tidak merasa terintimidasi sama sekali, seakan ia percaya dengan apa yang namja tampan itu katakan.

"J-Jeongmal? K-kau tidak akan menyakitiku?"

"Tidak akan"

"L-Lalu apa yang kau inginkan dariku? A-Apa untuk me-me-membunuhku?" kalimat terakhir ia ucapkan terbata dengan sekujur tubuh yang merinding.

"Hum? Siapa yang bilang kalau aku ingin membunuhmu? Sayang kalau wajah seindah ini terlalu cepat mati" Yunho mengelus pipi lembut Jaejoong yang seperti kapas, dan si cantik itu hanya bisa menunduk takut meski kedua pipinya merona. Wait, bagaimana ia bisa merona di moment seperti ini?

"K-kalau begitu kau mau melepaskan aku?"

"Aniya, aku hanya ingin mengundangmu kerumahku, bagaimana?"

"M-mwo? Me-mengundangku?"

GREP~

Yunho dengan cepat menutup mulut si cantik Kim dengan sapu tangan yang sudah dicampur klorofom, tubuh Jaejoong sempat meronta tapi beberapa detik kemudian badannya melemas terjatuh dalam tubuh kekar Yunho. Dan si tampan Jung berhasil membawa si cantik Kim yang tertidur bagai puteri tidur.

"Cantik sekali"

TBC