.
.
Hosh...
Hosh..
Seorang pemuda berlari melewati gang-gang sempit dan begitu kumuh. Nafasnya terengah-engah dan bulir-bulir keringatnya nampak berjatuhan. Sesekali ia mengusap wajahnya yang telah basah oleh keringatnya sendiri. Ia berhenti di sebuah bangunan usang dan penuh dengan retakan di setiap sisi temboknya.
"Hhhhhhh.. apa mereka masih mengejarku? hhhhhh.." ia duduk di sebuah meja untuk melepaskan rasa lelahnya akibat berlarian.
"Dimana Gray dan Jellal saat mereka ku butuhkan !" cercanya.
Ia mengeruntuki kedua temannya yang sebelumnya bersamanya, namun sekejap mata mereka menghilang tak meninggalkan jejak.
"Woy Flame-head ! seenaknya saja kau berlari meninggalkan kami.." ucap seorang pemuda berambut raven.
"Kau ini ! kami hampir saja tertangkap mereka.." sahut pemuda berambut biru dengan tato khasnya.
Pemuda itu menoleh kearah kedua temannya yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Kalian itu yang bodoh ! besok-besok berlatihlah berlari.." mereka mendecih.
"Bagaimana? kau berhasil mengambil berliannya Natsu ?!" tanya pemuda raven tersebut.
"Yap ! ini hal yang mudah bagiku.. haha" ia memperlihatkan sebuah kantung berwarna hitam.
"Hahaha.. kalau kau yang turun tangan, pekerjaan ini takkan membutuhkan waktu yang lama.." ucap pemuda berambut biru.
"Tapi aku ini bos kalian..lain kali akan ku pertimbangakan untuk ikut jika barang yang akan kita curi sebesar ini." ia menyeringai sambil memperlihatkan berlian sebesar buah rambutan.
"Baiklah tuan Dragneel.."
XXX
Di sebuah aparteman sempit berukuran 4x4m seorang berambut pinkish sedang bermalas-malasan menikmati waktu luangnya. Sesekali ia memainkan playstation atau sekedar mengambil snack dari dalam almari. Ia melirik jam wekernya yang berada tepat disampingnya.
Pukul 12.00 siang.
Terik matahari dan udara yang begitu panas membuatnya semakin malas untuk melakukan sesuatu hal. Ia merasakan bahwa kehidupannya sangatlah monoton dan biasa saja. Cukup membuat pemuda itu bosan setengah sadar.
Ya pemuda ini Natsu Dragneel. Pemuda yang mempunyai rambut yang begitu unik dan langka. Ia adalah bos sebuah geng perampokan yang sangat terkenal. Walaupun ia memiliki sebuah jabatan tertinggi di geng tersebut, tak membuatnya merasa bahagia dengan apa yang telah ia dapat dari hasil merampok. Kehidupannya hanya itu-itu saja, kadang ia merasa jenuh tiap kali bersantai.
"Aaarrggghh.. aku bosan !" teriaknya.
Kemudian ia bangkit dan menuju kamar mandinya. Mungkin setelah berendam ia bisa sedikit segar.
Tak butuh waktu lama untuknya berendam di dalam bathup berukuran sedang. Namun ternyata dengan berendam tak juga membuat rasa bosan dan jenuhnya hilang. Setelah selesai berendam, ia memilah-milah beberapa pakaian dan lantas memakainya. Ia putuskan untuk pergi ke suatu tempat yang mungkin bisa membuatnya tenang. Dilangkahkan kakinya meninggalkan apartemen kecil tersebut. Setelah ia mengunci pintu apartemen tersebut dengan segera ia melangkah menuju suatu tempat. Sesekali kakinya menendang kerikil-kerikil kecil yang berada di sepanjang trotoar. Kepalanya menunduk menatap jalanan. Jaket hoodie nya menutupi seluruh tubuh bagian atasnya. Tak lupa ia memakai sebuah kupluk untuk menyembunyikan rambut pinknya dan sebuah kaca mata.
Natsu memang sengaja memakai nya agar identitasnya tak di ketahui oleh banyak orang. Setelah berjalan cukup lama akhirnya ia telah sampai di sebuah padang savana yang luas dan berada di sudut kota. Tak banyak yang mengetahui tempat ini. Beberapa orang diantaranya lebih menyukai berada di pusat taman kota daripada berada di sebuah padang yang tenang.
"Hahhh.. " desahnya.
Matanya menatap tajam dan kedua tangannya ia masukkan kedalam kantung jaket hoodie.
"Membosankan !"
Dugaannya salah. Awalnya ia berpikir jika datang ke tempat ini membuat rasa bosan dan jenuhnya menghilang. Namun malah bertambah bosan. Ia membalikkan badannya dan kemudian meninggalkan padang savana tersebut. Dengan langkah gontainya ia terus berjalan. Jalan setapak dan gang sempit ia lewati begitu saja tanpa menoleh sedikitpun. Sorot matanya masih tajam memandangi jalan.
Ia merasakan ponsel yang berada di kantung celananya bergetar hebat. Pertanda seseorang tengah meneleponnya.
Dengan malas ia merogoh kantung celanannya dan mengambil ponsel tersebut.
Nama salah satu temannya terpampang besar dan jelas pada layar ponsel bergaya touchscreen.
"Ada apa Gray ?" tanya Natsu.
"Apa kau bisa ke basecamp sebentar? ada yang akan kami beritahukan padamu flamehead !"
"Cih.. baiklah !"
Ia menutup telepon itu dan kembali mengantunginnya.
Ada urusan apa mereka? bukankah sebelumnya aku sudah bilang untuk tidak menggangguku hari ini? gerutu Natsu dalam hatinya.
Dengan terpaksa ia melangkah menuju basecamp yang menjadi tempat berkumpul para anggota gengnya. Gang demi gang ia lalui dengan sesekali menoleh kearah orang-orang yang tidak mencurigainya. Natsu sudah sangat mahir dalam hal menyamar. Berkali-kali ia sukses mengelabui orang-orang di sekitarnya tanpa curiga sedikitpun.
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya ia sampai pada sebuah bangunan usang dengan cat yang telah berubah menjadi kusam. Sekilas pemandangan rumah tersebut tamoak tak terurus dan telah ditinggal oleh penghuni sebelumnya. Ia meraih knop pintu depan dan lantas membukanya.
"Oah Natsu ! darimana saja kau?" ucap seorang gadis berambut merah scarlet sedang berkumpul bersama beberapa teman-temannya.
"Mencari vitamin otak.." ucapnya datar.
"Vitamin otak?" beberapa dari mereka menaikkan satu alisnya dan menatap bosnya itu dengan bingung.
"Aku bosan !" ucapnya lagi.
"Apa aku perlu mencarikan wanita untukmu flame-head ?!" tanya Gray.
Natsu duduk di sebuah sofa yang memang menjadi tempat duduk pribadinya. Sofa berukuran besar dengan warna merah yang mulai memudar.
"Apa hubungannya aku dengan wanita?" tanya Natsu.
"Hey ! ayolah... kau hanya butuh belaian wanita saja maka hidupmu takkan membosankan.." rayu Gray.
Natsu mendecih dan memejamkan matanya.
"Ada apa kau memanggilku kemari?"
Erza menyikut perut pemuda berambut biru yang juga adalah kekasihnya. "Kita punya target hari ini.. apa kau berminat?" ucap Jellal sambil memperlihatkan sebuah poster yang cukup besar yang memperlihatkan gambar sebuah liontin emas berbentuj hati dengan hiasan berlian di seluruh bagian penutup liontin. Tali liontin tersebut juga terbuat dari emas yang cukup bernilai tinggi.
"Aku dengar ini sangatlah mahal.. dan juga sangat berarti bagi si pemiliknya.. bagaimana?" pemuda berambut hitam panjang dengan berbagai tindik di wajahnya.
Natsu melirik. Lantas ia hanya menghela nafas panjang.
"Apa kau yakin itu barang yang sangat mahal? aku pikir jika kita mendapatkannya, harga liontin tersebut tak sefantastis berlian yang kita curi kemarin.." ujarnya.
"Ayolah Natsu ! tanpa kau rencana ini tak berjalan lancar !" ucap gadis berambut biru dengan bandana khasnya.
"Cih ! seharusnya seorang bos hanya akan duduk manis di sofa ini dan para bawahannya yang menjalankan tugas.." nada suaranya masih terdengar datar.
"NATSU !" geraman gadis berambut scarlet membuat Natsu sedikit bergidik ngeri. Walaupun ia adalah bos di gengnya, ia masihlah manusia biasa yang masih mempunyai kelemahan.
"Baiklah baiklah.." ujarnya pasrah.
Para anggota lainnya bersorak-sorak gembira.
"Baiklah.. tepat pukul 12 malam kita akan menyerbu sebuah rumah mewah di ujung kota.. di kediaman Heartfilia.."
XXX
Tap..
Tap..
Tap..
"Bagaimana Jellal? apa situasinya aman?" tanyanya sambil memasang sebuah headphone di telinga kanannya.
"Aman Natsu ! para petugas satpam terlihat tidak waspada.. mereka sepertinya hanya bersantai saja.."
"Baiklah.. jika ada pergerakan, segeralah menghubungiku.."
Ia mengakhiri pembicaraan. Ya pemuda itu Natsu Dragneel tengah bersembunyi bersama kedua rekannya di balik semak-semak samping pagar belakang sebuah rumah mewah. Ia memakai jaket kulit yang tidak terlalu longgar dan celana jeans agar ia bisa lebih leluasa bergerak. Tak lupa ia memakai penutup kepala dan wajah. Inilah profesi seorang Natsu Dragneel. Menjadi seorang perampok, dan merampok barang-barang berharga yang tentunya nilai jualnya tinggi.
"Natsu ! apa kau sudah siap?" tanya seorang rekannya disampingnya. Natsu mengangguk. Ia masih mengawasi keadaan di sekitar rumah tersebut.
"Ini adalah peta rumah ini, ku dengar liontinnya tersebut berada di bangunan ini.. tepat di sebuah kotak kaca anti peluru." Ucap Gajeel sambil menunjuk sebuah gambar bangunan yang berada di puncak bangunan. Natsu mengangguk-angguk mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh Gajeel.
"Dan di sebelah samping kotak tersebut ada sebuah layar untuk membuka kunci tersebut dengan sidik jari.." ujarnya Lagi.
"Hey Gray, apa kau membawa sampel sidik jari tuan Heartfilia?"
Gray mengangguk pelan dan mengambil sebuah kartu dengan sampel sidik jari yang sudah mereka pindahkan sebelumnya. "Ini.. jangan pegang bagian yang berwarna hitam.. disitulah sampel sidik jarinya.." ia menyodorkan kartu tersebut kepada Natsu.
"Baiklah.." Natsu kembali mengawasi keadaan sekitar. Ia kembali menghubungi Jellal yang sedang stand by bersama Erza di belakang pohon pintu masuk.
"Bagaimana? Amankah Jellal.." tanya Natsu setengah berbisik.
"Ya.. kau bisa memulainya"
"Baiklah.. semoga Kami-sama memberkati.." ujar Natsu.
Gray dan Gajeel saling berpandangan. Tak biasanya Natsu berdoa jika bosnya itu akan merampok. Tapi mereka tak menghiraukannya, yang terpenting adalah mendapatkan liontin itu dan bergegas pergi dengan selamat.
Natsu berjalan mengendap-endap layaknya seorang perampok yang profesional. Dengan hati-hati ia memanjat pagar pembatas tersebut. Akhirnya ia berhasil melewati pagar, begitu pula denga dua orang rekannya yang sedang mengikutinya. Natsu mendongakkan kepalanya melihat tinggi bangunan tersebut. Mungkin sekitar tiga lantai. Dan Liontinnya berada pada bangunan paling atas.
Ia mencari celah-celah untuk memanjat dinding bangunan tersebut. Setelah ia mendapatkannya, dengan hati-hati ia memanjat bagian rumah itu. Mudah untuknya memanjat, karena memang itu salah satu keahliannya. Sementara Gray dan Gajeel sedang berusaha untuk mengikutinya memanjat.
Dengan lihanya ia menapaki setiap bagian rumah itu, dengan cekatan pula ia memanjat yang memang firasa bisa untuk timpuan kaki atau tangannya. Bagi Natsu hal ini tidaklah sulit. Hanya perlu waktu beberapa menit untuknya sampai pada lantai ketiga rumah meraw milik bangsawan Heartfilia tersebut. Sampailah ia pada balkon sebuah ruangan yang cukup besar. Ia mencoba membobol kunci jendela balkon tersebut.
Yap Sukses !
Natsu menyeringai, ia menolehkan kepalanya dan mendapati Gray dan Gajeel tengah terengah-engah akibat memanjat dinding tersebut. Pada akhirnya mereka kalah cepat dengan Natsu yang telah terlebih dulu sampai di balkon.
"Lain kali kalian harus berlatih lagi..." Natsu mendecih. Gray dan Gajeel hanya menatapnya tajam.
"Ayo masuk.." ajak Natsu.
Mereka memasuki ruangan besar berukuran 8x8 m dengan beberapa almari kaca dan perabotan yang pastinya memiliki harga yang tinggi. Mata onyx Natsu tertuju pada sebuah Lukisan besar yang tertutup oleh sebuah kain hitam. Karena rasa penasarannya yang cukup besar pada benda tersebut, ia berinisiatif membuka kain tersebut. Tangan kekarnya yang tertutup sarung tangan ia arahkan meraih kain yang menutupi lukisan. Ia menarik pelan kain itu.
Matanya terpana melihat sebuah papan lukisan yang berada tepat di hadapannya. Mulutnya melongo seiring dengan manik matanya yang juga membesar. Ia terpaku menatap lukisan tersebut. Bak melihat sebuah pemandangan yang cukup menakjubkan yang membuat semua organ dan syarafnya berhenti sesaat.
Ya !
Lukisan itu adalah lukisan seorang puteri penerus Marga Heartfilia. Gadis dalam lukisan itu mengenakan gaun yang sangat mewah berwarna pink muda dengan hiasan yang begitu serasi. Rambut pirang gadis itu di gelung kearas dan menyisakan beberapa poninya. Sebuah mahkota indah bertengger diatas kepala pirang nya. Dan juga yang membuat Natsu sangat takjub adalah betapa cantik dan anggunnya gadis itu dimatanya.
"Perfecto Beautiful.." gumam Natsu.
Gray Dan Gajeel menoleh kearah bosnya dengan tatapan bingung. Pandangan mereka diarahkan ke sebuah Lukisan cantik tersebut.
"Apa aku menyukai gadis itu Dragneel?" Nada suara Gray menggoda sang empu nama. Natsu tetap tak bergeming.
"Mustahil saja aku bisa mendapatkannya.. lihatlah dirimu ! seorang perampok berkelas tidak mungkin mendapatkan seorang puteri keturunan bangsawan ternama di kota ini.." ujar Gray lagi.
"Dan yang paling mustahil dari semua hal yang sangat mustahil.. adalah kau tak bisa memilikinya.." Jelas Gajeel.
"Memangnya kenapa?" tanya Natsu datar.
"Dia menghilang 5 tahun yang lalu.. dan tak seorangpun dapat menemukannya.." Gray memandangi Lukisan tersebut.
Natsu yang sangat terkejut dengan penjelasan Gajeel dan Gray. Ia tak habis pikir bagaimana gadis secantik bidadari tersebut bisa menghilang.
"Ja baiklah.. kita harus segera menyelesaikan rencana kita.. sebelum mereka mengetahui kita berada disini.." Gray dan Gajeel berlalu dan meninggalkan Natsu yang masih mematung. Ia melirik lukisan tersebut. Manik obsidiannya bergerak ke kanan dan kekiri yang menandakan ia tengah berpikir keras.
"Natsu !" panggil Gray.
"Kami menemukannya !" Gajeel menyahut.
Natsu menoleh kearah mereka. Lantas ia kembali menoleh kearah lukisan tersebut. Pandangan matanya sulit diartikan. Beberapa detik kemudian akhirnya ia beranjak meninggalkan lukisan tersebut dan mendekat kearah kedua rekannya.
"Hey Natsu ! keluarkan kartu yang sebelumnya kuberikan padamu.." Ujar Gray.
Natsu merogoh kantung jaketnya dan memberikan sebuah kartu kepada pemuda raven tersebut. Dilihatnya sebuah kotak kaca mungkin berukuran 30x30 cm yang didalamnya terdapat sebuah liontin berbentuk hati yang sangatlah indah. Natsu tak berkedip sedikitpun melihat benda itu yang berada di dalam kotak kaca.
Tiit.. klek..
Suara kunci kotak tersebut berhasil di buka. Bagian atas kotak tersebut sedikit demi sedikit terbuka, dan akhirnya terlihatlah sebuah liontin emas yang sangat indah. Saat Gray hendak mengambil liontin tersebut, dengan cepat kilat Natsu telah mendahului Gray.
"Aku yang akan membawanya."
Perkataan Natsu suksess membuat kedua rekannya itu saling berpandangan.
"Baiklah flame-head.. cepat kita pergi dari sini.."
Mereka mengangguk dan segera bergegas meninggalkan tempat tersebut. Sebelum Natsu meninggalkan ruangan itu, ia menoleh kearah lukisan gadis itu. Lantas ia tersenyum tipis.
Natsu melompat dari balkon kamar tersebut. Beberapa menit kemudian ia dan kedua rekannya telah berada di luar pagar dan mendarat dengan sempurnya. Mereka menghampiri Erza dan Jellal yang sudah menunggunya dibalik sebuah pohon besar.
"Kerja bagus !" ucap Erza.
"Sebelum kita jual, aku akan membawanya.." Natsu melangkah meninggalkan mereka yang menatap kepergiannya dengan banyak tanda tanya.
"Ada apa dengannya?" Erza menyikut Gray.
"Mungkin gara-gara Lukisan tadi.."
"Lukisan?" ucap Erza dan Jellal serempak.
XXX
Natsu berjalan menuju apartemennya. Kepalanya menunduk dan rambutnya tertutupi sebuah kuplik rajut berwarna hitam. Sampailah ia di depan pintu apartemen miliknya. Tangannya mencari-cari sebuah benda di kantong celananya.
Ya kunci apartemennya.
Setelah ia mendapatkan benda yang ia maksud, sesegera mungkin ia membuka pintu itu. Ia memasuki rumahnya dengan lunglai.
"Mengapa aku merasa lelah sekali? padahal sebelumnya biasa saja.." ucapnya.
Ia merebahkan tubuhnya diatas sofa berwarna merah tua. Memang benar sebelumnya ia tak merasa selelah ini. Setelah sampai apartemennya, barulah rasa lelahnya sangat terasa. Ia mengambil nafas panjang dan kemudian menghembuskannya melalui mulutnya. Tangan kanannya merogoh kantong jaket dan mengambil suatu benda.
Benda yang baru saja ia rampok bersama rekannya. Liontin emas berbentuk hati dengan besar seperti buah rambutan dan sisi depannya bertabur puluhan benda yang dinamakan berlian. Natsu membolak-balikkan liontin yang menurutnya sangat unik, sampai ia menemukan sebuah tombol kecil di sisi bawah liontin tersebut. Ia penasaran dengan tombol itu dan kemudian menekannya.
Cklek.
Liontin tersebut terbuka membuat sang pemuda berambut pinkish itu sedikit terkejut.
"Apa ini?"
Ia bangkit dan memposisikan dirinya duduk diatas sofa. Perlahan tangan kirinya membuka liontin itu. Manik matanya menyipit dan menajamkan pandangannya. Sebuah nama tertulis dengan ukiran tinta emas asli dan ditulis dengan huruf latin.
Lucy Heartfilia.
Itulah nama yang tertera di salah satu bingkai dalam liontin tersebut. Ia mengalihkan pandangan matanya pada bingkai yang lainnya. Sebuah foto seorang gadis yang mungkin berusia 18 tahun tengah tersenyum sangat manis kearahnya. Jantungnya berdetak kencang, matanya lagi-lagi terpana hanya dengan sebuah foto di dalam liontin tersebut.
"Ada apa denganku?"
Natsu menyentuh dadanya. Ia merasakan detakan jantungnya sangat tak beraturan. Perasaan nya juga menjadi tak karuan. Semangatnya pun seketika muncul mengusir rasa bosan dan jenuhnya. Dipandanginya foto tersebut dengan seksama. Tanpa sadar jari tangannya mengelus wajah gadis dalam foto tersebut.
"Aneh kan? ada apa dengan diriku sebenarnya? padahal sebelumnya aku tak tau siapa gadis ini.."
Ia menghela nafas.
"Entahlah.. mungkin hanya perasaanku saja.." gumamnya.
Ya hanya perasaan. Karena perasaan tidak pernah salah.
XXX
"Maafkan saya Tuan Jude.. sungguh maafkan saya tuan. " seorang pria berpakaian satpam terlihat setengah membungkuk dengan raut wajah yang menandakan ia amat menyesal.
"Hhhhnn.. sudahlah, tidak apa-apa.. kembalilah bekerja."
"Baiklah tuan.. tapi sekali lagi saya meminta maaf yang amat sangat, saya menyesal.."
Pria paruh baya berambut pirang tua menundukkan kepalanya. Seorang berpakaian satpam itu segera undur diri dari ruangan kerja milik bangsawan Heartfilia itu.
Sekarang apa lagi? setelah Lucy menghilang, benda berharganya pun juga dicuri orang..
Ya memang bagi bangsawan sepertinya itu bukanlah hal besar. Mengingat kekayaannya yang sangat melimpah.
tookk.. tok..tok..
Seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.
"Masuklah.." ucapnya.
Perlahan pintu dibuka, terlihatlah seorang pemuda spike pirang masuk kedalam ruangan.
"Bagaimana harimu Tuan Jude?" tanya pemuda itu.
Pria itu mendongak untuk melihat siapa yang tengah menyapanya. "Oh Sting.. sungguh buruk.."
"Buruk? aku mendengarnya hampir setiap hari tuan mengatakannya.."
Pemuda itu Sting Eucliffe, seorang detektif muda yang sangat berbakat dalam menyelidiki kasus-kasus berbahaya dan rumit. Kini ia sedang menangani kasus hilangnya putri tunggal pewaris Bangsawan Heartfilia tersebut. Namun usahanya belum sedikitpun menemui titik terang dan membuahkan hasil dalam 5 tahun belakangan ini.
"Aku hampir putus asa Sting.. sepertinya memang Lucy sudah tidak bisa ditemukan lagi.." pria itu menyandarkan dahinya pada lipatan kedua tangannya diatas meja.
"Aku masih akan terus berusaha sebaik mungkin tuan.. beberapa anak buahku masih menyamar dan mencari informasi ke semua penjuru kota.." ujar Sting.
"Terimakasih Sting.. kau memang pemuda yang sangat baik, mungkin jika pitriku telah ditemukan, aku akan menjodohkannya denganmu.."
Sting menyeringai. "Benarkah itu tuan? saya semakin bersemangat untuk menemukan Putri.."
"Tetaplah mencarinya Sting.. aku mengandalkanmu.." Pria itu menatap Sting dengan pandangan memohon.
"Dengan senang hati tuan.." sebuah senyuman aneh muncul di bibir tipis pemuda itu. Senyuman yang mengandung makna lain dan sangat sulit diartikan.
.
TBC..
.
Sebuah ide aneh muncul begitu saja di kepala saya., sepertinya ide yang sangat-sangat aneh dan sangat gaje.. haha..
