Your Hands
Cast : NamSeok. BTS Namjoon x Hoseok :D
Summary :
Hoseok tak pernah tahu bahwa ia bisa begitu bergantung pada genggaman tangan seseorang./ Dan Namjoon tak pernah tahu bahwa ada tangan yang begitu pas berada dalam pelukan jemarinya.
Note : Perhatikan perubahan sudut pandangnya yaa :)
.
.
Yohoo readers ~
Pengen curhat dikit boleh kan yaa(?) :3
Aku lagi suka"nya sama salah satu lagu yang menurutku sooo romantic :'D
Dan ff ini terinspirasi dari potongan lirik lagu itu serta drama korea Tomorrow's Cantabile ~ xD
Coba deh denger lagunya Ed Sheeran yg Thinking Out Loud hoho :D /promosi *digiles
Oke, langsung aja...
Enjoy and happy reading ya ~ :)
Your Hands
.
.
.
'People fall in love in mysterious ways. Maybe just the touch of a hand'
.
.
.
.
Yaoi - BoysLove / NamSeok - Namjoon x Hoseok / Don't Like Don't Read :)
.
.
.
.
Hoseok's POV
"Jung Hoseok! Mainkan dengan benar! Apa hanya itu kemampuanmu?!"
Kipas itu lagi, menghantam jemari ku yang berada di atas tuts piano. Yoongi-saem tidak pernah mengerti perasaanku. Aku tidak suka bermain terikat dengan note-nya. Aku suka bermain dengan caraku sendiri. Aku diam, berusaha sekeras mungkin menahan airmata yang bersiap meluncur kapan saja.
Teman-temanku yang lain hanya bisa menatapku dengan tatapan iba tanpa bisa melakukan apapun.
"Apa kau tidak mendengarku, bodoh ?! Ulang terus, hingga kau bisa memainkannya dengan benar!"
PLAK
Yoongi-saem memukul tanganku lagi.
"H-hiks.. Ss-sakit." Lirih ku yang hampir tidak terdengar.
Cukup. Aku tidak ingin diperlakukan seperti ini lagi. Airmata yang ku tahan sedari tadi akhirnya mengalir juga. Sakit hati yang kurasakan terasa jauh lebih sakit dari tamparan telak di jemariku. Aku tidak pernah suka diperlakukan kasar seperti ini.
"HIKS.. S-SUDAH KUBILANG! A-AKU TIDAK MAU! HIKS.. JANGAN MEMAKSAKU LAGI!"
Segera ku tarik tanganku dan menggigit pergelangan tangan Yoongi-saem lalu berlari keluar dari ruangan itu. Tidak memperdulikan segala umpatan dan teriakan yang di berikan oleh Yoongi-saem untukku. Aku sudah terbiasa mendengarkan semua cemoohan pedas darinya.
.
.
Kulangkahkan kaki ku berlari di sepanjang koridor sekolah. Sial, tapi air mata ku tetap saja mengalir. Kedua tanganku kugunakan untuk mengusap bulir-bulir air yang kini membentuk anak sungai kecil membasahi pipiku.
Aku menyukai bermain piano, piano adalah hidupku. Tetapi hal seperti inilah yang terkadang menghancurkan hatiku untuk memainkannya. Aku tidak suka dipaksa. Aku memiliki dunia sendiri dengan pianoku.
"Hiks.. Hiks.." Aku terus berlari tanpa melihat arah kemana kakiku ini membawaku. Hingga tanpa sadar aku sudah sampai di tingkat teratas bagunan sekolahku. Rooftop.
.
.
Mungkin lebih baik aku bersembunyi di sini saja, pikirku. Tidak akan ada yang melihatku menangis.
Aku pun meraih gagang pintu di hadapanku lalu membukanya dengan tergesa.
BRAKK
Dan langsung mendudukkan tubuh ku di tempat yang tidak terlalu jauh di depan loker-loker rusak yang berjejer dari pintu rooftop itu.
.
Aku menangis. Mengeluarkan semua rasa sesak yang mengganjal di dalam rongga dadaku. Aku tahu, aku seorang lelaki yang tidak sepatutnya menangis cengeng seperti seorang anak perempuan. Tapi aku memang tidak terbiasa diperlakukan kasar sejak kecil. Itulah yang membuatku seperti ini sampai sekarang.
"Hiks..hiks..".
Aku menekuk kedua kakiku dan menyembunyikan wajahku yang pasti terlihat memalukan di balik kedua lenganku yang terlipat. Menangis sesenggukan sendirian tanpa seseorang yang menemaniku. Tanpa noonaku yang biasa menenangkanku.
.
.
Author's POV
BRAKK
Seseorang, atau lebih jelasnya seorang namja bersurai putih yang sedang menikmati waktu tenangnya di rooftop itu terkejut saat mendengar pintu puncak tertinggi di sekolah itu terbuka. Dan membuatnya langsung terbangun dari tidur siangnya yang nyaman.
'Oh, damn! Aku lupa mengunci pintunya.'. Rutuknya dalam hati.
"Tch." Hanya decakan tidak suka yang keluar dari celah bibirnya. Jujur memang ia sangat tidak suka jika ketenangannya di ganggu di tempat pribadinya -sebut saja begitu-. Dan jangan tanyakan mengapa ia memiliki kunci tempat itu.
Namja itu kembali menyamankan posisinya di satu-satunya sofa tua yang ada di situ. Ia menutupi wajah tampannya dengan kedua lengan yang saling menumpu, mencoba untuk kembali tidur dan mengabaikan siapapun orang yang datang itu. Lagi pula ia tidak akan terlihat karena ada beberapa loker rusak yang belum diangkut di jejerkan dari pintu rooftop sebagai pembatasnya.
Namun belum tiga detik ia menutup mata,
"Hiks..hiks.."
suara seseorang kembali mengganggunya. Suara seseorang yang sedang menangis lebih tepatnya. Membuat kedua matanya terpaksa tak jadi menutup.
.
Namja itu akhirnya memutuskan untuk bangkit dari posisi berbaringnya dan mendekat ke arah suara itu berasal, dan hal pertama yang ia temukan adalah seorang lelaki yang sedang menangis. Ia dapat memastikannya dari seragam yang lelaki itu kenakan.
Ia lalu berjalan mendekat perlahan pada seseorang yang sedang menangis itu. Tapi sepertinya lelaki itu belum menyadari akan keberadaannya di sana.
Saat ia sudah berada tepat di hadapan lelaki itu, ia berhenti. Mendengarkan setiap isakan pilu yang keluar dari bibir lelaki di depannya.
Dan entah mengapa ia merasakan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan olehnya sendiri untuk pertama kali. Mendengarkan tangisan lelaki itu membuatnya... jujur ia sendiri bingung bagaimana mengutarakannya.
Ia hanya tidak mampu mendengar lelaki itu menangis lagi. Seolah ia dapat merasakan apa yang dirasakan oleh lelaki itu.
.
Dan, lagi-lagi entah keberanian dari mana,
GREP
Namja tampan bersurai putih dengan name tag yang terpahat 'Kim Namjoon' itu tiba-tiba meraih tangan kanan lelaki dihadapannya yang tidak tersembunyi di balik wajahnya yang menangis menunduk.
.
.
Hoseok's POV
GREP
Kurasakan seseorang menggenggam tangan kananku. Aku sedikit terkejut. Pasalnya aku bahkan sama sekali tidak menyadari bahwa ada seseorang di sini selain diriku. Aku masih dengan posisi yang sama tidak ingin mengangkat kepalaku sedikitpun.
Genggaman tangan itu terasa hangat di telapak tanganku. Menyalurkan rasa nyaman yang menjalar hingga ke hatiku dan entah bagaimana biasa sedikit menenangkan sakit hati yang kurasakan.
Aku tidak mengatahui siapa yang menggenggam tanganku saat ini. Yang jelas aku merasa nyaman dengan kehadirannya saat ini yang memegang tanganku.
Aku mencoba memberanikan diri dan mengeratkan genggamanku pada tangan besarnya. Dan yang membuatku terkejut lagi adalah... Ia membalas mengeratkan genggamannya padaku.
.
.
Namjoon's POV
Aku tidak tahu, mengapa aku menggenggam tangan seorang lelaki yang bahkan tidak ku ketahui siapa.
Namun, rasanya aku sangat berat untuk pergi dan meninggalkan lelaki ini sendirian. Walaupun otakku mati-matian memerintahkan tubuhku untuk mengusir atau meninggalkannya. Tetap saja, hatiku yang memenangkannya. Jadilah sekarang aku masih di sini dan bahkan sedang menggenggam tangan lelaki itu.
Yang kulihat dia sama sekali tidak bergerak setelah kedatanganku. Dia masih menunduk dan menangis. Sama sekali tak ada tanda-tanda dia akan merespon.
Awalnya ku kira dia akan menghempaskan tanganku, tapi yang terjadi adalah beberapa detik setelah itu kurasakan ia balas menggenggam tanganku sedikit lebih erat.
.
Niatku yang sejak awal sebenarnya ingin mengusir orang yang telah menggangguku ini.
Namun entah kenapa semua itu lenyap sudah sekarang. Rasanya aku ingin segera pergi dari tempat ini tapi genggaman tangan ini menghalangiku. Bahkan saat inipun aku refleks memegang tangannya lebih erat saat tadi ia membalas genggamanku.
'Sial! Ada apa denganku sebenarnya. Aaaaarghh!' Teriaknya dalam hati.
Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan untuk menjelaskan perasaan yang tiba-tiba menyergapku begitu saja saat ia mengeratkan tangannya padaku pun aku tidak bisa.
Tangan lelaki itu, entah bagaimana hanya terasa begitu pas bertautan dengan tanganku dan memberiku sebuah perasaan yang lain.
.
.
Author's POV
Kedua namja di rooftop itu tetap terdiam dengan tangan yang masih bertautan satu sama lain selama beberapa saat.
Hingga Namjoon akhirnya memecah keheningan dengan membuka suara lebih dulu.
"Apa yang kau lakukan di sini ? Kalau ingin menangis carilah tempat lain. Kau menggangguku." Ucap Namjoon tanpa menatap lawan bicaranya itu, ia mengangkat dan mengarahkan kepalanya ke arah lain. Bahkan ia tetap berdiri, merasa tidak perlu untuk berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya.
Sementara Hoseok yang masih sedikit terisak hanya bisa meminta maaf. Merasa bersalah karena telah mengganggu orang lain. "H-hiks.. Maafkan aku."
"Baiklah. Sekarang pergilah dari sini. Aku ingin tidur." Lanjut Namja tampan itu lagi.
"Tidak mau. Nanti kau melihat wajahku yang memalukan." Hoseok masih bersikeras dengan posisinya menyembunyikan wajah di balik lutut dan lengannya. Tidak menunjukkan tanda apapun bahwa ia akan beranjak dari tempat itu.
"Tidak masalah 'kan ? Lagi pula aku juga tidak mengenalmu."
"Tidak mau. Aku juga tidak mengenalmu, tapi aku tetap tidak ingin wajahku yang habis menangis dilihat olehmu."
"Tch. Baiklah, aku yang akan pergi duluan. Dasar keras kepala!"
Dan begitulah akhirnya. Perdebatan mereka diakhiri dengan Namjoon yang mengalah pada Hoseok. Ia hanya merasa tidak tega pada namja itu.
.
Hoseok yang masih menyembunyikan wajahnya tersenyum. Ia tahu namja di hadapannya ini sebenarnya orang baik, hanya saja ia sedikit ketus. Ia yakin akan hal itu. Entah mengapa, padahal mengenalnya saja pun tidak.
"Terima kasih.." Cicit Hoseok dengan suara seperti anak kecil yang baru saja menangis.
Walaupun kecil, tapi Namjoon masih dapat mendengarnya. Namja tampan itu mengangguk dan mengarahkan matanya menatap Hoseok yang hanya terlihat bagian rambutnya saja. Warnanya hitam dan sepertinya terlihat sangat halus di mata Namjoon. Ia tersenyum kemudian berniat untuk meninggalkan tempat itu lebih dulu.
"Aku pergi." Namjoon meregangkan genggamannya pada tangan Hoseok setelah mengucapkan dua kata itu.
.
.
Tautan tangan keduanya pun terlepas.
Namjoon melangkahkan kaki jenjangnya meninggalkan rooftop dan seorang lelaki yang baru saja ditemuinya.
Sementara Hoseok -lelaki yang ditinggalkan itu- masih tetap di posisinya dengan menenggelamkan kepalanya di balik lutut yang tertekuk dan lengannya yang terlipat.
.
.
Mereka berpisah.
.
.
Tanpa megetahui siapa. Tanpa mengetahui nama. Tanpa mengetahui rupa. Dan...
Tanpa mengetahui bahwa mereka merasakan perasaan berat yang sama untuk saling melepaskan genggaman tangan masing-masing.
.
.
.
Bersambung(?) Atau Berakhir(?)
.
.
.
Nantilah dilihat ._.v #digiles
Aku lagi gemes" nya ama couple 94 liner nya BTS dan jadilah mereka jadi korban imajinasi liar ini duhh (?) ;_; #digeplak eomma Jin
Oke, semoga ff ini cukup menarik untuk readernim sekalian yaa ~ :D
Jika ada masukan saran atau apapun aku harapkan di review sekalian atau di PM aja langsung.. Aku terbuka/? kok :3
Thankies buat yg sudah menyempatkan membaca dan menyukai ff ff ku yaa :3
I love you guys ~
