Naruto by Masashi kishimoto

.

.

Pair : U. Sasuke x Sakura H

.

.

.

Rated : T

.

.

Genre : Horor

.

.

Author : Emerlady

.

.

.

.

Warning : Banyak typo, alur kecepatan, maklum masih newbe...

.

.

.

.

Chapter : 02

.

.

.

The Inner Eye

.

.

.

.

Jepang, merupakan negera tersibuk di dunia.

Bunga Sakura termasuk ciri khasnya.

Konohagakure adalah salah satu desa yang dikelilingi hutan dan sungai.

Desa tersebut dijuluki desa daun tersembunyi, yang mana akan jadi tempat tinggal Sakura and family.

Pesawat telah mengantarkan Sakura dan keluarganya tiga jam yang lalu. Dan kini mereka dalam perjalanan menuju Konohagakure.

Sang ayah, Kizashi melirik dua anak perempuannya yang ada dibelakang dan ia bertanya,

"Apa ada sesuatu yang ingin dibeli?"

"Aku hanya ingin cepat sampai," Sakira menjawab.

"Bagaimana denganmu Sakura?" Mebuki bertanya.

"Tidak ada." kata Sakura.

"Baiklah, besok ayah mengajak kalian keliling desa supaya cepat akrab dengan warga disana," ucap Kizashi.

Sakira dan Sakura hanya mengangguk sebagai jawaban.

Saat ini mereka mengendarai taxi online.

Onxy yang dimiliki Sakira melihat pemandangan dari jendela, pikirannya jauh melayang ke lukisan yang ia dapat dari gallery. Sakira akui lukisan berupa rumah itu memang menyimpan sebuah teka teki dan sangat aneh.

Kejadian anehnya berawal kemarin malam, saat dimana setelah ibunya keluar dari kamarnya, ia dikagetkan dengan lukisan itu sedikit bergoyang. Padahal tidak ada angin atau apapun, tetapi lukisan itu seakan hidup, dengan memperlihatkan terbukanya pintu rumah lukisan itu dan muncul sesosok wanita misterius. Sosok itu tidak keluar dari lukisan tapi lukisan itu sendiri yang hidup.

Sakira ketakutan dalam satu malam, ia susah tidur. Dengan beribu cara ia untuk tidur tapi mata tak kunjung menutup. Begitu ia melihat lagi lukisan itu, anehnya lukisan itu kembali normal layaknya lukisan biasa.

Mungkinkah itu hanya halusinasi semata?

Sakira tidak yakin jika itu halu!

'Kalau aku cerita kakak akan percaya tidak ya,'

Sakira membatin. Ia bimbang, baru kali ini ia mengalami hal seperti ini, auranya saja sudah negative.

.

.

.

.

~Happy reading~

.

.

.

.

Taxi online itu telah sampai ketempat tujuan. Disana terpampang jelas sebuah rumah yang cukup besar, rumah yang akan ditinggali oleh keluarga Haruno.

Setelah Taxi itu pergi, Kizashi menuntun istrinya dan dua anaknya untuk masuk.

.

.

Deg~

.

.

.

Melangkah demi langkah Sakira baru sadar kalau rumah ini sangat mirip dengan rumah yang ada dilukisan.

Yup! cuma Sakira yang pertama menyadari hal ini.

'Ini tidak mungkin! Bagaimana bisa ini terjadi, ini bukan mirip lagi tapi ini memang rumah yang ada dilukisan'

Seketika hati Sakira bergetar.

"Sakira kau kenapa?" Sakura bertanya karena langkah adiknya tiba-tiba berhenti.

"Kak, tahu tidak rumah ini sangat mirip dengan rumah yang ada dilukisan?" ucap Sakira.

"Masa sih, cuma kebetulan kali!" kata Sakura.

Ia kembali berkata, "jangan terlalu dipikirkan, ayo masuk dan bantu bawa barangnya!"

"Iya kak." balas Sakira.

Mungkin benar, ini hanya kebetulan.

Akhirnya Sakira menyingkirkan hal itu barang sebentar demi membantu untuk mengangkat barang-barang kedalam rumah barunya.

.

.

.

Minka, salah satu rumah tradisional Jepang, yang mana lebih terasa nyaman dan asri. Kizashi sengaja mencari rumah sederhana tapi nyaman untuk ditinggali bersama keluarganya. Terlebih didalamnya juga dilengkapi Tsuboniwa (taman halaman kecil) dan Nakaniwa ( taman didalam rumah).

Ditambah ada Genkan, Washitu, Washiki dan Daidokoro serta Roka. Semuanya benar-benar ciri khas tradisional Jepang. Rumah yang ia idamkan.

.

.

.

.

Setelah selesai mengangkat barang lalu, Sakura duduk barang sebentar di Nakaniwa, taman yang berada ditengah rumah. Ia bersandar sembari melihat layar ponselnya.

"Kenapa Sasuke tidak balas smsku? Masa, iya sih, dia marah!"

Sakura menghela nafas, baru kali ini smsnya tidak dibalas. Rasanya tidak enak.

Ia kembali mengirim pesan lagi pada Sasuke dengan harap rasa cemasnya berubah jadi lega.

"Kakak lagi apa?" Sakira datang lalu bertanya.

"Tidak ada apa-apa. Kakak mandi dulu ya," kata Sakura, ia pergi meninggalkan adiknya di Nakaniwa.

Hari mulai gelap membuat Sakira kembali kekamarnya, ia akan mencari universitas terbaik di Jepang melalui internet.

Setelah Sakira menata barangnya dikamar, ia duduk ditengah ranjang sambil membuka laptopnya sembari men-search universitas yang akan ia masuki nanti.

.

.

.

.

Pukul 08.25 malam diluar mulai dingin. Serasa masuk kejendela kamar Sakura.

Ini pertama kalinya aura dingin menyapu tengkuknya. Dilihat tirai itu berkibar tersapu angin, dan membuat Sakura bergidik.

"Aduh, kenapa jadi dingin begini?"

Sakura mengusap tengkuknya berulang.

Sakura bangkit dari kegiatannya yang tengah membereskan pakaian kedalam lemarinya, melihat tirai itu berkibar ia memutuskan untuk mengunci jendelanya. Padahal ia sempat mengira kalau disini cuaca malam akan terasa sejuk, seperti saat di Kanada, tahunya disini malah dingin kalau malam hari.

Sakura menengok sejenak keluar jendela dan memeriksa sekitar tapi tidak ada apa-apa, hanya hawa dingin yang menusuk kulitnya.

"Ya ampun, hawanya...seperti inikah Jepang setelah kutinggal 3 tahun," ia berujar.

Selepas ditutup jendelanya ia kembali melanjutkan kegiatannya.

.

.

.

.

.

.

Tok...Tok...Tok...

.

.

.

.

Mendengar suara ketukan pintu tiga kali tanpa suara pula membuat Sakura teralihkan, ia menatap pintu kamarnya sejenak.

"Siapa?"

Tidak ada sahutan apalagi suara_sunyi.

"Siapa sih?"

Sakura sedikit jengkel saat tak ada suara yang menyahut kecuali suara ketukan pintu. Biasanya kalau adik dan ibunya atau ayahnya pasti menyahut, paling tidak 'Sakura kau didalam?' kalimat seperti itu.

Karena merasa agak geram Sakura melangkah kearah pintu.

Begitu ia membuka, kosong.

Kecuali Roka, yang mana lorong itu terhubung dengan kamar adiknya.

"Tidak ada siapapun!" ujar Sakura, ia kembali menutup pintunya.

Kemudian ia duduk ditepi ranjangnya dan hendak mengambil ponsel, namun kembali terdengar ketukan pintu.

"Astaga! siapa sih,"

Sakura kembali membuka pintu kamarnya dan alhasil kosong_lagi.

Tidak ada apa-apa dan tidak ada siapa-siapa.

Kembali, Sakura menutup pintu. Baru dua langkah ketukan pintu kembali terdengar, rasa kesal Sakura sudah sampai ubun-ubun.

'Brak!

Sakura menendang pintu kamarnya, terasa kesal, terasa dimainkan.

"Jangan main-main denganku!" kata Sakura dengan emosi yang meluap.

"Kakak kenapa? ini aku..." suara dari balik pintu menyahut.

"Sakira?" alis Sakura mengerut.

Ia segera membuka pintunya dan nampak sang adik sambil bawa laptop, ia juga menguyah permen karet kesukaannya.

"Kakak panik kenapa?" tanya Sakira.

"Kau sengaja memainkan pintu?" selidik Sakura.

"Lah! aku saja baru datang," kata Sakira bingung dengan tuduhan kakanya itu.

"Lalu, tadi yang...sudahlah masuk!" Sakura tak mau ambil pusing akan kejadian anehnya, toh ini mungkin efek kecapean aja.

Sakira masuk dan langsung duduk ditengah kasur kakaknya lalu melihat sang kakak tengah menutup pintu.

"Kalau kamu kesini pasti ada sesuatu, apa itu?"

Sakura langsung to the point.

"Hehe...tahu aja kak, aku sudah menemukan universitas yang akan aku masuk nanti, dan aku ingin minta pendapat kakak," kata Sakira.

"Ohya, coba kakak lihat,"

Sakura ikut naik ke kasur dan diperlihatkan beragam foto-foto dan nama-nama universitas.

"Lusa, aku harus sudah masuk kesana!" seru Sakira.

"Sudah konsultan sama ayah dan ibu?" tanya Sakura.

"Rencananya besok, hari ini biarkan mereka istirahat." ujar Sakira.

"Emm...yang ini bagus dan biaya masuknya juga tidak mahal, tapi fasilitasnya lengkap, cuma ada tiga jurusan saja, tidak apa-apa'kan?" ucap Sakura.

"Universitas Konosaki gakuen?"

"Ya." Sakura sambil mengangguk.

"Boleh juga sih, aku juga berpikir untuk masuk kesana!" ujar Sakira.

"Sudah malam, sana istirahat!" suruh Sakura--ralat--tak bisa ingkar kalau sebenarnya ia mengusir.

"Ya ya!" Sakira cemberut kesal, dengan berat hati ia keluar dari kamar kakaknya. Padahal mau berbincang sebentar, sepertinya ini bukan saatnya.

Sakira berjalan di lorong, disampingnya terdapat taman yang strategis dan minimalis.

Onyx Sakira bergulir saat merasakan ada seseorang berdiri di Taman membelakangi kolam ikan.

Sakira tahu kalau sosok itu bukanlah manusia. Secara rumah ini hanya dihuni empat Orang. Ayah dan ibunya jam segini pasti sudah dikamar, dan kakaknya...baru saja ia menemui kakaknya.

Di lihat dari belakang sosok itu seorang perempuan, Sakira enggan tuk menghampiri tatkala auranya saja berbeda.

"Jika engkau penghuni rumah ini sebelum kami, saya mohon jangan ganggu kami!" ucap Sakira pada makhluk tak kasat mata tersebut.

Makhluk itu memiliki surai panjang dan mengenakan kimono hitam dengan corak bunga sepatu warna putih.

Sosok ini terdiam seperti patung dan terlihat kaku.

Sakira tak mau ambil langkah jauh lagi untuk berkomunikasi dengan makhluk gaib. Ia agak jenuh.

Sakira tak menghiraukan lagi dan ia kembali kekamarnya.

Selepas Sakira masuk ke kamar, sosok perempuan ini berbalik dan memperlihatkan muka yang pucat pasi, di keningnya retak dan kedua bola matanya hitam binti tidak ada bin bolong.

Siapapun yang melihat pasti akan lari terbirit-birit atau pingsan ditempat.

.

.

.

.

.

.

.

Pagi buta Mebuki sudah terbangun, ia melihat sang suami yang tertidur pulas dengan telanjang dada lantaran semalam suaminya itu minta di kerok-in, badannya katanya merasa kembung dan tubuh terasa capek. Ia berharap saat suaminya bangun nanti tubuhnya kembali vit.

05.15 pagi. Selesai mandi dan rapi, Mebuki segera terjun ke dapur untuk menyiapkan menu sarapan pagi buat ketiga orang yang disayanginya.

Ia membuka sedikit jendela dapur supaya asapnya nanti tidak memenuhi ruangan.

"Hari ini aku buat nasi goreng sama lalap saja, kemarin tidak sempat belanja," ujar Mebuki.

Dengan asik ia memotong cabai, sosis lalu mengupas bawang merah, batinnya merasa ada sesuatu diluar jendela.

Mebuki memastikan, dan ternyata benar disana ada seorang perempuan berpakaian khas Jepang, kimono hitam bercorak bunga sepatu warna putih, dan Mebuki hanya melihatnya dari samping.

"Pagi buta begini ada orang, tapi kok dihalaman rumahku?" ucap Mebuki.

"Aduh, perih..."

Mebuki mengaduh kesakitan dikedua matanya yang kena cairan bawang. Wanita parubaya ini mengesek kedua matanya menggunakan punggung tangannya sambil mengintip pada sosok wanta asing, tetapi sosok itu sudah tidak ada. Ia merasa aneh dan bingung, secepat itukah sosok itu pergi?

Tak kuat menahan perih dimatanya Mebuki segera saja ia mencuci tangan dengan sabun lalu membasuh mukanya.

Ia pun menganggap hal itu hanya efek rasa ngantuknya yang masih terasa dan ia kembali melanjutkan kegiatan masaknya.

Setengah enam Sakira terbangun, ia merasa keinginan untuk buang ar kecil. Ia bangkit lalu masuk ke kamar mandi. Nyalakan kran untuk basuh muka sejenak, kemudian ia melihat dirinya di cermin dan,

Deg~

"Aaaaaaaa...!" Sakira berteriak ketika melihat bayangan sosok perempuan yang semalam, dan ini sangat jelas.

Sakira buru-buru keluar dari kamar mandi dan menimbulkan suara gaduh di kamar.

Sosok wanita misterius ini mengikuti langkah Sakira,

"Mau apa kamu? cepat katakan!" tanya Sakira dengan nada bergetar.

Makhluk ini tetap diam.

"PERGIII...SANA PERGI! JANGAN GANGGU KAMI!" teriak Sakira.

Makhluk misterius itu tiba-tiba menghilang.

Dan secara bersamaan ketukan pintu dan suara khas kakaknya memanggil dengan nada cemas.

"Sakira, kamu kenapa teriak?"

Kening Sakira dibanjiri peluh, tubuhnya agak gemetar. Kali ini apa yang harus ia jawab? Haruskah berbohong lagi?

Sakira dilanda cemas, sementara kakaknya terus memanggilnya.

"Tidak ada apa-apa kak, tadi ada tikus!" Sakira menyahut dengan terpaksa berbohong.

"Yakin tidak apa-apa?"

"Iya kak,"

"Kakak tunggu diruang makan,"

"Iya kak."

'Baru hari pertama saja sudah di ganggu, bagaimana di hari selanjutnya?'

Sakira membatin.

Segera ia mandi dan bersiap diri, dengan was-was Sakira melakukan kegiatannya, takutnya tiba-tiba muncul didepan muka, itu sangat tidak lucu!

Sakira ingat betul seperti apa muka hantu itu, yang jelas menyeramkan.

TBC

Saya Author baru di sini , mohon bimbingannya. Saran dan masukan dengan senang hati saya terima.

Terimakasih bagi yang mau review

@Emerlady