(A/N: Lagi-lagi cerita pendek, di bawah 1500 words, haha. Omong-omong, cerita ini belum tentu sampai di sini. Bisa jadi saya lanjutkan, bagaimana menurut kalian?)

.

EXPERIMENT

SehunxLuhan, HunHan, SeLu

.

.

"Aku harus lekas pulang, maafkan aku. Lain kali kita pergi bersama, oke?", ujarku cepat sambil memasukan makanan ke dalam ranselku, "Sampai jumpa, Yifan!", ujarku lagi, meninggalkan Yifan dengan rahang hampir terjatuh, aku tebak pasti ia tidak bisa berkata apa-apa karena tingkah anehku beberapa bulan ini; aku menolak ajakan perginya.

Astaga, seandainya tidak ada 'dia', aku ingin sekali menerima ajakan Yifan untuk makan siang bersama, tetapi eksistensinya di apartemenku mengganggu pikiranku, bahkan dari tadi otakku tidak bisa menerima apa pun yang diajarkan dosen karena mengkhawatirkannya.

Sampai di apartemen aku langsung buru-buru membuka pintu dan mencari keberadaannya, dalam sekali pandang ku temukan ruang tamu berantakan, bantal sofa berserakan dimana-mana, kepingan CD berceceran, dan TV yang menayangkan acara kartun. Ulah dia, seperti biasa.

'Tch, selalu saja', pikirku dan mulai melangkahkan kaki untuk mencarinya.

"Sehun, kau dimana?!", aku berteriak memanggilnya sambil membuka pintu kamar pribadiku, dan tepat saat itu juga, mataku menemukan dia tertidur di atas kasur.

Dia Sehun, bocah husky—eh, maksudku, seekor anjing husky yang entah bagaimana ceritanya bisa menjadi seorang manusia, kalau dilihat dari psikologinya aku menebak ia berumur sekitar 7-8 tahun. Maka dari itu aku memanggilnya bocah husky.

Tiga bulan yang lalu, aku menemukan Sehun di ruang tamu apartemenku dalam wujud husky, entah bagaimana bisa sang pengirim masuk ke apartemenku yang aku tahu pengirimnya menitipkan bahwa anjing ini bernama Sehun. Kebetulan aku tinggal sendiri maka aku hendak merawatnya hingga ia -sang pengirim/pemilik- menghubungi atau apalah.

Dari awal aku merawatnya, sama sekali tidak ada tanda-tanda keanehan kalau dia itu anjing yang akan bertransformasi menjadi manusia. Ia makan makanan khusus hewan, menggigit sofa sembarangan, ketika mandi sangatlah merepotkan, juga suka jalan-jalan di taman seperti anjing peliharaan pada umumnya.

Namun, menjelang satu bulan pertama, anjing itu tiba-tiba saja berubah menjadi manusia.

Tidak tahu bagaimana bisa, saat itu, aku hendak berangkat ke kampus dan ia masih dalam bentuk anjing, mungkin ada sekitar 6-7 jam sampai aku kembali pulang, aku malah menemukan seorang bocah manusia tertidur lelap di ruang tamuku.

Lebih parahnya lagi ia memanggilku-

"Papa"

Seakan-akan aku adalah ayahnya.

Eh?

"Papa"

Oh, ya benar, itu suara Sehun, ternyata ia sudah bangun, ia terduduk sambil mengusap mata sipitnya pelan, kemudian membuka kedua tangannya meminta pelukan, "Papa sudah pulang?", katanya lagi.

"Y-ya..", jawabku seadanya dan memeluknya, ia membenamkan wajahnya di perutku.

Aneh ya, seekor anjing dapat berubah menjadi manusia. Mungkin kalian mengira aku sedang dikerjai atau ini adalah sebuah lelucon, tetapi tidak. Aku tahu anjing husky tersebut dan bocah ini adalah sama.

Tubuh Sehun memang tampak seperti manusia biasa pada umumnya, namun kalau diperhatikan lebih baik, kau akan menyadari bahwa rambut berantakannya itu bertekstur mirip bulu anjing, deretan giginya memiliki taring husky, kuku jemarinya pun panjang dan tipis, jangan lupakan telinga anjing yang berada di atas kepalanya seakan-akan tumbuh dari ubun-ubun tengkorak. Oh, ekornya, aku lupa menyebutkan ekor putih berbelang hitam yang muncul dari pantatnya, membuatku harus melubangi setiap celananya.

Pernah juga suatu hari, ada waktu aku memberikan Sehun coklat batangan, beberapa saat kemudian ia langsung mabuk dan pingsan. Aku panik sampai mau mati rasanya. Sungguh! Aku pun teringat; anjing tidak dapat makan coklat, untungnya Sehun hanya terkena demam. Tambahan, ia juga tidak bisa memakan sayur, ia hanya mau daging, daging, dan daging.

Sehun menggesekkan wajahnya ke perutku, benar-benar seperti seorang anak yang bermanja kepada orang tuanya, tapi, hei, Sehun bukan benar-benar anakku, ia mahluk aneh yang awalnya hanya seekor anjing dan kemudian menganggapku ayahnya.

Seperti seekor itik yang baru menetas dari telur.

Sudah cukup lama aku mengurus Sehun dan sesungguhnya ini benar-benar melelahkan. Aku kerap pulang kuliah cepat karena harus kerja sambilan, kegiatan kampus membuatku kurang tidur dan kali ini ditambah mengurus Sehun, membeli pakaian anak-anak hingga dicurigai tetangga apartemen, dan masih ada beberapa hal lainnya. Sampai kapan aku akan seperti ini? Tidak mungkin aku merawat Sehun sampai ia tumbuh dewasa. Heol.

"Papa, aku lapar", ujar Sehun sambil merenggangkan pelukan, ia menatapku mendangakkan kepalanya.

Aku mengusap kepalanya lembut, "Tunggu ya, aku sudah membawakanmu sesuatu dari cafeteria kampus"

Sehun mengangguk dan berjalan ke meja makan, aku berjalan keluar untuk segera mengeluarkan makanan yang aku beli tadi sebelum ke apartemen.

Seperti biasa, Sehun makan dengan tenang. Aku pikir karena ia -terlihat seperti- anak kecil, ia akan sangat merepotkan seperti anak kecil pada umumnya, ternyata tidak juga atau kalau boleh aku sebutkan Sehun adalah anak baik. Ia tidak pernah mengeluh, jarang menangis, tidak pernah mengangguku bekerja atau pun belajar, saat makan dan mandi ia sangat tenang. Bahkan beberapa kali Sehun menjadi teman bicaraku, walaupun ia hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman bagiku itu sudah cukup.

Jujur saja, setelah aku putus dengan Yifan, aku kerap menyendiri dan juga aku tidak punya seseorang yang bisa aku ajak berbagi untuk waktu yang cukup lama, hal itu membuatku terbiasa untuk menyembunyikan segalanya. Tetapi, dengan adanya Sehun mendengarkan ceritaku, aku sangatlah senang, aku punya pendengar setia.

"Papa tidak makan?", tanya Sehun saat ia menelan suapan terakhirnya.

Aku menggelengkan kepala dan berjalan ke wastafel untuk mencuci peralatan makan, aku terlalu lelah untuk sekedar memasukan makanan ke perut.

"Papa", panggil Sehun.

"Hmm?", aku mengeringkan tanganku dan menyiapkan pakaian baru untuk berganti Sehun, sudah saatnya ia mandi.

"Papa tadi bertemu dengan siapa?"

Aku menghentikan gerakanku dan menatapnya, namun Sehun malah menatapku balik dengan iris hitamnya, "Papa bertemu dengan banyak orang, Hun"

Sehun menghisap jari telunjuknya, tampak berpikir sesaat kemudian melemparkan lagi sebuah tatapan bertanya, "Pria.. Mengajak papa pergi, papa mau pergi kemana?", kali ini tatapannya menyendu.

Aku menganga melihat tingkahnya, kalau diingat-ingat hari ini ia tampak banyak bicara daripada biasanya, pernah suatu hari ia diam tidak mengeluarkan sepatah dua kata pun, aku pikir ia marah karena terlalu sering aku tinggal, ternyata ia memang tidak begitu suka berbicara.

Apa kira-kira hari ini bakal ada perubahan lagi?

"Hm.. Tidak, dia hanya mengajak papa pergi makan siang, lagi pula papa menolaknya", ku acak rambutnya gemas, ah, Sehun-a, kau ini mahluk apa sebenarnya?

"Apa papa akan terus menolak ajakannya?", tanya Sehun lagi yang sudah siap mandi.

"Kenapa bertanya seperti itu? Ditambah lagi, kau tahu darimana kalau ada yang mengajak papa pergi?"

Sehun tidak menjawab, membiarkan tubuhnya basah oleh air dari shower, rambutnya sekarang sudah penuh dengan busa shampoo.

Usai mandi dan mengeringkan rambutnya, Sehun masih belum mengeluarkan suaranya, kembali ke Sehun yang seperti biasa, padahal aku pikir hari ini bisa bicara banyak dengannya, masalahnya dia itu benar-benar bocah yang jarang bicara.

Malam pun tiba, aku baru saja selesai membuat laporan untuk dosenku. Aku melangkahkan kaki keluar kamar mencari Sehun untuk aku ajak menonton TV bersama atau sekedar mengobrol dan makan camilan malam, namun yang ku temukan malah sesosok Sehun berdiri di ambang pintu kamar mandi.

"Sehun?"

Sehun mendangakkan kepalanya, kemudian menatapku dan melemparkan senyuman kecil.

"Papa—Uh, maksudku, Tuan Lu..", panggilnya, ia memanggilku, ia memanggilku dengan panggilan 'Tuan Lu'! Ah, apa hari ini benar-benar akan ada perubahan lagi? "Seharusnya aku berubah di bulan ke-6, ini sih terlalu cepat..", katanya lagi.

Aduh, manusia-husky ini bicara apa sih?

Sehun menatapku, jemarinya memainkan ujung kausnya, "Tuan Lu, perkenalkan, aku Oh Sehun, kelinci percobaan baru untuk eskperimen profesor Kim, beberapa bulan yang lalu ia memasukan gen husky ke dalam tubuhku atau kau boleh menyebutku hybrid husky"

Profesor Kim…

Kim…

Paman Junmyun!

"Apa profesor Kim yang kau maksud adalah Paman Junmyun?!", tanpa sengaja aku berteriak kencang, membuat Sehun mundur beberapa langkah.

"Wow, perlahan-lahan, Tuan", ujar Sehun membuatku menstabilkan diriku kembali, "Iya, benar, aku eksperimennya. Eksperimen tersebut membuatku sedikit amnesia dan sekarang aku sudah ingat kembali", kata Sehun menjelaskan.

Oh, ya.. Aku tahu kemana arah pembicaraan ini. Gila. Paman Junmyun sudah semakin gila sepertinya.

"Tuan Lu, kau adalah salah satu tester untuk eksperimen hybrid milik paman gilamu itu", Sehun berbicara lagi sambil menampilkan eyesmile -nya, "Tolong urus aku dalam beberapa bulan ke depan ya"

Paman Junmyun dan percobaannya yang gila. Bisa dipastikan aku juga jadi gila selama mengurusnya

Satu hal yang baru aku sadari, bodohnya aku baru menyadarinya. Kenapa aku sama sekali tidak kaget kalau ada anjing yang berubah menjadi manusia?