Solero

[Jika kamu tidak bisa membeli kebahagiaan dan pizza, belilah solero.]

Mark x Donghyuck

AU! DLDR! Drabble! Twoshot! Typo!

Inspired by MarkHyuck au! di tumblr, twitter, ig, dan convo bejat /gading XD


.

.


Matahari


Dia tak pernah bermimpi untuk bertemu matahari yang sesungguhnya. Memang sedari kecil ia selalu menyukai ilmu alam terlebih mengenai kehidupan di luar sana yang masih penuh misteri untuk dipecahkan. Dia pernah bermimpi untuk menuliskan semua itu dalam bentuk fiksi yang menakjubkan. Menegangkan. Penuh riset tanpa bualan semata.

Namun, mimpinya itu sempat akan hilang ketika ayahnya memutuskan untuk kembali ke negara asalnya.

Hari itu, Mark Lee yang baru berusia tujuh tahun dengan mimpi besarnya, kembali menangis setelah beberapa tahun matanya mengering karena tawa yang selalu hadir. Katakanlah ia takut. Lagipula bocah mana yang ingin meninggalkan tempat yang selalu membuatnya nyaman? Menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan berkenalan dengan orang asing dengan bahasa yang tidak begitu familiar di telinganya. Terlebih lagi bocah itu takut meninggalkan kota asalnya dimana dia dapat melihat langit malam dengan begitu jelas di pantai dekat rumah. Meninggalkan matahari yang selalu ia nantikan kemunculan dan saat tenggelam.

Nyatanya, semua benak penuh bayangan menyeramkan milik bocah dengan Bahasa Korea yang masih terbata itu, tak benar-benar terjadi. Buktinya, hari kedua saja ia sudah berlari di taman terdekat dan pulang menjelang petang dengan baju yang tidak bisa dikategorikan bersih oleh Sang Ibu. Wajahnya penuh debu dan pasir, namun mata bulat yang berbinar itu membuat wanita di hadapannya hanya tersenyum dan mengusak kepala anak bungsunya itu.

Saat ibunya bertanya dengan siapa dia bermain, Mark mengerutkan dahinya. Sedikit menyesal karena lupa menanyakan nama bocah dengan kulit tan yang mengajaknya bermain sampai mungkin satu kota sudah ia putari.

"Sun...nie" Bocah itu berkata ragu.

"Sunnie?"

"Um! Sunnie!" Mengangguk mantap. "Dia bersinar seperti matahari, Bu." Katanya dengan bahasa baru yang belepotan lalu tersenyum lebar sampai pangkal hidungnya berkerut.

Satu hal yang Mark Lee tak pernah sesali karena datang ke Korea, dia merasa lebih dekat dengan angkasa luar yang dicintainya, karena Sang Matahari bisa ia miliki sepanjang hari.


Ajaib


Mark tidak melihat Donghyuck akhir-akhir ini. Setelah ujian selesai dan liburan datang, bocah itu tidak pernah menampakkan batang hidungnya. Kalaupun Mark melewati rumahnya, dia hanya akan melihat adik bocah itu yang bermain di halaman depan atau ibunya yang tengah menyiram tanaman. Mark hendak menanyakannnya, tapi entah kenapa dia takut dikira bahwa keduanya bertengkar, padahal bicarapun tidak.

Malam itu adalah malam ulang tahun yang ke 18 untuk bocah Kanada itu. Teman satu gengnya yang mereka namai Dream itu mengundang Mark untuk datang ke rumah Chenle dan merayakan ulang tahun Mark yang digabung dengan ulang tahun Jaemin. Penghematan, kalau kata Renjun. Mark pikir mungkin ini bukan hal buruk dan dia pasti punya kesempatan untuk melihat wajah sahabatnya yang sempat menghilang dua minggu belakangan.

– dan benar saja, Donghyuck ada di sana. Lagipula siapa lagi yang akan membantu Jaemin memasakkan semua makanan yang tersaji, jika bukan Donghyuck yang kali itu mewarnai rambutnya dengan sedikit warna coklat, yang sialnya membuat Mark berpikir bahwa bocah itu semakin manis saja.

Mereka memang tak berinteraksi secara private berdua karena yang lain juga menyela untuk masuk ke percakapan atau memang Donghyuck yang sedikit menghindarinya. Sampai larut malam menjelang dan semuanya sudah tertidur setelah maraton beberapa film Marvel dan Star Wars yang masih terlihat menarik meski mereka sudah menontonnya berulang-ulang. Tapi Mark tak bisa tertidur, begitu pula Donghyuck yang masih membuka matanya lebar-lebar dengan film yang sudah berjalan separoh tersebut.

Mark menghela nafasnya panjang. Memutuskan untuk menyuruh bocah-bocah yang tertidur dengan tidak nyamannya untuk masuk ke kamar yang biasa mereka gunakan untuk menginap di rumah Chenle, sehingga hanya tersisa dirinya dan Donghyuck.

Mark mendekat ke bocah itu, yang tadinya mereka dipisahkan oleh Jeno dan Jisung, meraih kepala Donghyuck dan menyandarkannya ke bahu lebar Si Birthday Boy.

"Kau tak mengantuk?"

Donghyuck menggeleng, "Tidak. Aku baru pertama kali menonton film ini. Tanggung."

"Okay."

Tangan keduanya saling bertautan pada pinggang masing-masing. Mengeratkan seolah tak ingin ada sela di antara mereka. Layaknya berkata rindu namun tak ada kalimat yang terucap.

"Hyung." Pada sepuluh menit terakhir film, Donghyuck akhirnya bersuara. Kepalanya tertoleh dan mendongak. Melihat wajah yang sudah 11tahun menjadi makanan sehari-hari.

"Kau tak penasaran kenapa aku seakan menghindarimu akhir-akhir ini?"

Mark ikut menoleh. Membuat wajah mereka kini hanya berjarak beberapa senti saja. Menyesali betapa halus wajah milik pemuda yang lebih muda satu tahun itu. Kulitnya cantik, seolah bersinar dalam kegelapan. Bulu matanya pun terlihat lebih panjang dan lentik dari biasnaya meskipun kini mereka tengah berada dalam temaram dengan hanya dua bola lampu yang berpijar dan paparan sinar televisi.

"Tentu saja aku penasaran. Jika aku kelinci, pasti aku sudah mati." Candanya. Membuat yang muda tertawa dengan suara sirennya. Membuat Mark semakin jatuh terpesona.

"Aku sedang mempersiapkan diri untuk menyatakan perasaanku pada seseorang."

"Sia – "

"Menurutmu dia akan berkata apa jika aku berkata 'Aku mencintaimu.'?"

Mark terdiam sebentar. Hatinya sedikit nyeri sebenarnya, tapi mata sayu di depnnya berbinar seperti kala mereka melihat matahari terbit bersama untuk pertama kalinya.

"Jika aku menjadi orang itu, aku akan berkata 'Aku mencintaimu juga' pastinya." Mark tersenyum, walau hatinya perih dan tengah memainkan lagu ballad kesukaan Taeil-hyung, teman kakaknya.

"Baguslah kalau begitu." Donghyuck tersenyum semakin lebar. Lalu mengeratkan rangkulan di pinggang Mark, tak ingin yang lebih tua jauh-jauh darinya, meski wajah yang memerah sempurna itu kini hanya melihat ke lantai dengan karpet beludru.

"Memang kapan kau akan mengungkapkannya?"

Donghyuck kembali mendongak. Memfokuskan matanya pada kelereng bulat yang terlihat begitu penasaran. Bocah itu lalu tertawa.

"Aku sudah mengatakannya."

"Kapan? Lalu apa jawabannya?"

Donghyuck tertawa kecil. Menghadapkan badannya secara keseluruhan pada Mark, lalu mengalungkan kedua tangan pada leher lawan bicara.

"Beberapa detik yang lalu, dan dia menjawab kalau dia juga mencintaiku."

Mark sempat melongo. Memproses segala ucapan Donghyuck yang diikuti kedipan mata menggoda khas bocah tan tersebut sebelum bibir mereka bertemu. Singkat. Tak sempat sampai Mark sadar dan Donghyuck sudah berjalan menjauhi sofa tempat mereka menonton dengan kikikannya.

"Selamat malam, Hyung. Jangan lupa matikan tv-nya, okay?"

Meninggalkan Mark yang menggeram.

"Sial. Donghyuck memang ajaib."


Random


Ujian masuk ke perguruan tinggi hanya tinggal beberapa bulan. Tapi seorang Mark Lee tampak tak peduli dan kini tengah duduk di bangku penonton lapangan bola dekat rumahnya, meninggalkan kelas tambahan sorenya hari itu.

Pertandingan yang ia tonton bukanlah pertandingan penting seperti pertandingan antar negara saat FIFA atau pertandingan antar provinsi, atau setidaknya pertandingan antar sekolah. Namun, yang ia tonton hanyalah sekumpulan bocah kelas dua dan kelas satu yang tidak ada kegiatan karena guru mereka fokus mengajar sang senior,

– dan enam diantara bocah-bocah itu adalah teman satu gengnya. Satu diantaranya adalah sang kekasih yang paling bersinar sejagad raya.

Lucas yang hari itu juga ikut membolos dan menemani rekan karibnya itu tak henti bertepuk tangan dan berteriak. Terlebih kekasih kawannya tersebut tak berhenti mencetak gol yang entah keberapakali dan seolah kesetanan tanpa lelah. Kadang Lucas heran, apa yang dimakan adik kelasnya sehingga penuh energi dan terbakar setiap saat.

"Kekasihmu hebat, Mark."

"Tentu saja. Penggabungan inti hidrogen menjadi inti helium melalui proses fusi selalu memunculkan produk yang tidak pernah tidak luar biasa." Jawab Mark dengan mata yang masih lurus memperhatikan gerak-gerik seorang Lee Donghyuck. Membiarkan Lucas yang sudah geleng-geleng karena merasa kepala teman satu kelasnya itu sedikit bergeser karena terkena lemparan buku Tipler guru fisika mereka tadi pagi.


Konyol


Katakanlah bahwa gabungan Mark dan Donghyuck akan menghasilkan pasangan yang begitu konyol. Bagaimana tidak? Renjun yang bahkan setiap hari bersama dengan Donghyuck saja tak habis pikir bagaimana mereka dengan beraninya melempar batu ke arah induk angsa yang lewat di pinggiran sungai dekat komplek perumahan mereka, yang membuat mereka berdua lari terbirit-birit karena induk angsa tersebut mengejar keduanya. Meninggalkan lima lainnya dengan wajah penuh ketidakpercayaan pada kedua bocah yang berteriak gila namun tangan mereka masih bergandengan satu sama lain.

Sampai sore hari sata ketujuh bocah itu menikmati jus buatan ibu Donghyuck di belakang rumah sang empu, mereka berdua masih kegirangan mengingat kejadian bodoh itu.

"Kalian berdua begitu konyol." Komentar Renjun, namun tak membuat tawa Donghyuck luntur.

"Ada yang lebih super duper konyol daripada aku." Donghyuck berdiri. Tangan kanannya ia silangkan dan telapak tangan yang tergenggam itu diletakkan di depan dada kirinya yang membusung seolah dia kesatria yang hendak menuju medan perang.

"Siapa?"

"Orang yang menyukaiku." Donghyuck berjalan perlahan menuju pintu belakang rumahnya sebelum Mark menyadari sesuatu,

"Ya, Bocah Nakal! Aku tidak sekonyol dirimu!"

Membuat keduanya kembali berlarian tak jelas meninggalkan lainnya yang mencoba tak peduli dan menikmati jus mereka di tangah terik matahari yang menjemur mereka.


TBC


a/n: Hai~ Ku balik lagi dengan fic ga mutu dan less riset karena ku kangen nulis dan kena webe dan ku kangen kalian meski kalian ga kangen saya wwwww

Jadi ini twoshot dengan tiap huruf MARKHYUCK dan HYUCK pada chap kedua. Daaaan~ ini fic ke-68 saya jadi saya cuma punya slot 1 lagi sebelum hiatus buat fokus ke fanbook ;w; karena saya gila dengan semua plot di kepala saya wwwww

tipler itu buku wajib anak fisika yang dibuat sebagai bantal tidur btw /gapenting

babay~ selamat menikmati dan menunggu chap 2~

#KibarbenderaMarkHyuck

btw solero selalu enak /gapentingwoi XDD