Tittle : Operation Wedding
Length : twoshoot or ?
Genre : 404 error not found
Main Cast : Huang Zi Tao, Wu Yi Fan.
Other Cast : EXO, Choi Siwon, Jung Yunho, Kim Jaejoong.
WARNING!
Ini disadur dari film dengan judul yang sama yang dibintangi Yuki kato
dan Adipati Dolcen, ada yang udah pernah nonton? Udah dong kan ya.
Cerita ini saya berikan sedikit pengurangan dan tambahan sana-sini.
Jadi bukan copas atau mem-plagiat ya.
Tidak ada keuntungan selain anda bisa turut berpartisipasi,
jangan nge-bash ya, kritik dan saran yang baik, oke dear
.
Selamat membaca.
:
:
:
..O..
.
"Ayah, kenapa ibu tidak mau menemani Zitao?"
Gadis kecil dengan rambut yang terkepang dua itu duduk dengan manis dalam pangkuan sang Ayah yang sedang asik menyaksikan sebuah pertandingan bola di televisi, sang Ayah yang mendengar ucapan polos dari belah bibir putri kecilnya mengalihkan pandangan matanya kearah sang putri,
Mata itu berpendar manis, sesekali mengerjap dan menimbulkan efek berbinar yang cantik. Sang ayah tersenyum, menimbulkan bentuk mata yang berlekuk bak bulan sabit, "Bukan tidak mau menemani—, tapi ibu tidak bisa sayang." Sang Ayah berkata dengan nada lembut menenangkan, tangan besarnya mengusap rambut sang putri yang halus.
Putrinya mengerjap polos, ia memberi ekspresi bingung mendengar ucapan sang ayah barusan, "Kenapa tidak mau—?" tanyanya sarat dengan nada bingung, alismata hitamnya terangkat keatas, "—ibu juga tidak mau menemani Ayah." Lanjutnya lagi.
Sang ayah kembali tersenyum bijak, wajah pria dengan usia tiga puluh lima tahun itu terlihat masih sangat tampan dan muda, ia kembali memberi senyum yang menawan kepada putri bungsunya ini, "Kalau Zitao sudah besar dan menikah Zitao pasti tahu alasan yang sesungguhnya,"
Zitao kecil bergerak turun dari pangkuan sang Ayah, ia lebih memilih duduk tepat disamping sang Ayah duduk sekarang, "kalau begitu Zitao tidak mau menikah saja, jadi tidak akan meninggalkan Ayah,"
Sang ayah tersentak, matanya menatap sang anak dengan takjim mendengar ucapan putri kecilnya yang cantik.
Siwon kembali tersenyum dan memeluk putri kecilnya dengan erat, "Putri ayah ini, benar-benar yah.."
Lalu tawa menutupi perasaan Siwon yang tak terbaca itu.
:
:
:
:
..O..
'Tok! tok! tok!'
Gadis itu masih dengan manis terlena dalam alam bawah sadarnya, selimut biru langit dengan gambar doraemon nya masih setia menemani tubuh tinggi semampainya yang tidak juga menunjukan tanda-tanda kesadaran.
Tidak perduli pada ketukan pintu kamar tidurnya yang terus menggema sedari tadi, gadis itu masih belum juga menunjukan jika ia akan bangun dari tidurnya.
.
'tok! tok! tok!'
Sekali lagi suara ketukan pintu terdengar menggema, kali ini lebih kencang dari yang pertama. Tak ada hasil signifikan, gadis itu hanya menggeliat tanpa membuka mata panda dengan aksen runcingnya,
"Zitao! Wake up!"
Bukan hanya ketukan yang memekakan, kini juga jeritan manis yang menyusul dan masuk keindera pendengaran gadis yang dipanggil Zitao tersebut,
"Zitao! Kau bisa terlambat kalau kau tidak bangun-bangun,"
.
Gotcha!
Zitao membuka matanya yang sayu dengan mendadak, ia melihat jam weker berbentuk kepala panda yang lucu di atas meja nakas samping tempat tidurnya, seketika matanya membelalak disusul dengan bibir curvynya yang membulat sempurna.
"Ach—!" pekiknya tertahan, ia terlonjak cepat dan beranjak dari tempat tidur hangat dengan seprei baby blue bergambar kartun jepang doraemon miliknya, ia bergegas meraih handuk dan setelan pakaian yang akan ia gunakan untuk kuliah pagi ini,
.
"HAAA‼ Kakak, aku terlambat—!"
Ia bergegas membuka pintu dan mendapati kakak ketiganya yang sudah bersiap untuk mengomel seblum akhirnya Zitao menjerit tertahan dengan wajah horror yang menyeramkan.
"eits—!"
Langkah kaki Zitao yang ingin segera masuk kedalam kamar mandi tertahan, ia merasa ada cengkraman lembut sarat akan ancaman dari arah belakang tubuhnya. "—dahulukan yang tua, sayang." nada halus yang mengalun terasa seperti nada ancaman yang tidak bisa dibantah.
"Tapi kak! Aku akan ter—"
"sst! Tidak ada alasan—, itu salahmu."
Baekhyun melenggang jauh dengan cantiknya, menyisakan si adik yang masih bertahan membuka bibirnya dengan pola O mungil.
Baekhyun baru saja meraih gagang pintu kamar mandi yang memang sengaja sang Ayah buat berada diluar kamar mereka, sebelum genggaman halus dari jemari lentik orang lain menyentuh jemarinya, "Baekhyun-iie, yang tua didahulukan." Ucapnya manis,
Yixing (atau adik dan teman-teman nya memanggil nya Lay) berdiri dihadapan sang adik pertama dengan ekspresi wajah menggemaskan yang dibuat-buat namun terlihat pas. Matanya mengerjap, dan senyumnya terpatri manis, tidak memperdulikan sang adik yang ikut membuat pola O mungil seperti si adik bungsu, Lay menggeser posisi Baekhyun, membuat gadis dengan perawakan paling mungil itu terdorong beberapa cetimeter dari posisi semula.
.
'cek—!'
Pintu kamar mandi tidak bisa terbuka, nampaknya ada seseorang yang sengaja menguncinya,
"Kak? Kau didalam?" Lay mengetuk pintu sambil menyerukan kakaknya, jika ketiganya tidak ada didalam, bisa dipastikan yang didalam adalah—
"hooaam~ Ada apa?"
.
—Luhan.
Lay dan Baekhyun serempak mengalihkan pandangan mata mereka kearah sumber suara, ada Luhan yang masih menggenakan piyama motif hello kitty dengan warna soft pink yang membuat kesan cantiknya semakin terlihat sempurna.
Rambut coklat mudanya tergerai, sedikit berantakan tapi tidak mempengaruhi kesempurnaan dewi milik Luhan. Sama seperti ketiga adiknya yang memiliki kecantikan dewi yunani.
"Kalau kau disini, siapa yang ada didalam?" alis mata Baekhyun bertaut, menimbulkan kesan kerutan cantik dipertengahan alismata kanan dan kirinya,
Luhan tersenyum kecil, ia menunjukan kunci dengan gantungan Masha yang sedari tadi berada dalam kantung piyamanya, Lay dan Baekhyun serempak membolakan mata dan bibir cantik mereka, sementara si adik bungsu hanya bisa menghela nafas dan meniup poni rambut hitamnya,
Kalau sudah begini tak ada harapan lain, ia akan menjadi gadis terakhir yang akan membasuh tubuhnya.
Luhan terkikik, ia lantas berjalan maju kedalam kamar mandi yang menurutnya akan menjadi hak milik sepenuhnya pagi ini.
Menurutmu loh, Luhan.
.
.
"Ayah!"— Zitao
"Tolong kami, Yah!"—Lay
"Kami tidak boleh mandi oleh Luhan-jie." — Baekhyun
"Ayah!"
.
Luhan membuka belah bibirnya selebar yang ia bisa, ketiga adiknya mulai melakukan perlawanan rupanya,
dasar setan kecil!
.
.
Tak butuh waktu lama untuk keempatnya melihat sosok Ayah mereka, Choi Siwon yang datang dengan kemeja putih dan celana hitam yang membalut tubuh khas angkatan darat miliknya, ditangan kanan nya ada segulung koran pagi ini yang baru sajaingin ia baca jika ketiga putri cantik nya ini tidak berteriak seperti kuda menstruasi.
Ia berdehem, mencoba menarik pandangan keempat peri kecilnya, mujarap. Keempatnya menengok secara berbarengan, senyum tampan ia berikan kepada empat pasang mata yang memandangnya, Siwon berjalan dengan tegap dan mempesona meskipun usianya sudah menginjak kepala lima.
Matanya awas menatap Luhan, putri pertamanya yang menatapnya dengan mata —berpura-pura— polos. Dan dengan kecepatan sedang, Siwon meraih kunci kamar mandi dalam genggaman Luhan.
Luhan terkesiap, bibirnya mengerucut menggemaskan. Senyum kemenangan berpendar diwajah cantik ketiga putri Siwon yang lain.
"Mandi lah bersamaan." ucap Siwon penuh ketenangan, senyum mempesona nya pun tak surut dari wajah tampan nya. Tapi berbeda dengan ekspresi sang Ayah, ke-empat putrinya yang mendengar ucapan sang Ayah, seketika menjerit kompak, "Apa?!"
Siwon masih bersikap tenang, ia kemudian memberi usapan lembut dikepala ke-empat peri kecilnya yang cantik, dan kalimat terakhir Siwon sebelum ia melangkah kelantai bawah rumahnya membuat semua anaknya lekas masuk kedalam kamar mandi secara bersamaan.
"kalau tidak mau, yasudah mandi dikolam berenang saja,"
:
:
:
:
..O..
Tujuan pertama; Kantor Luhan.
Namanya Luhan, usianya 24 tahun, Luhan adalah seorang gadis cantik yang beruntung —nampaknya— karena ia terlahir sebagai anak sulung dengan tiga adik yang —nampaknya— manis dan lucu.
Luhan seorang sekretaris disebuah kantor perbankan, tinggi tubuhnya 168 centimeter, rambut lurus halusnya berwarna coklat muda seperti madu yang halus, wajahnya menggemaskan dengan mata berpendar cantik, bulu matanya mencuat menawan bagai bulu burung merak yang indah, bibirnya mungil seperti bibir boneka.
Kakinya kurus dan jenjang, seperti replika manequin yang ada dipusat perbelanjaan, cantiknya seperti gadis italia remaja.
Gadis pertama Siwon, sempurna!
.
.
Mobil jeep itu berhenti dipelataran kantor yang memiliki setidaknya dua belas lantai tersebut, Luhan turun dari mobil sang Ayah yang juga akan mengantarkan ketiga adiknya yang lain untuk sampai ketempat tujuan.
"Sampai jumpa nanti Yah,"
Luhan hendak melangkah maju, sebelum ada deheman dalam dari sang Ayah. Luhan berhenti dan berjalan kearah kaca mobil sang Ayah yang sengaja ia buka, tertawa renyah dan mengecup lembut pipi tirus Ayahnya.
"Sampai jumpa nanti, Captain."
"yes, my doll lady,"
Dan mobil itu melaju lagi, meninggalkan Luhan yang segera melangkah maju kekantornya.
.
.
.
.
Tujuan Kedua; Kantor Lay.
Putri kedua Siwon, namanya Yixing atau panggil dia Lay, usianya 23 tahun, tinggi 166 centimeter, matanya sayu menggemaskan, bibir Lay terlihat seperti bibir gadis-gadis amerika yang merekah berwarna merah darah nan menggoda, tubuhnya putih pucat seperti vampire, bulu matanya halus nan runcing Lay adalah tipekal gadis yang pendiam dan menggemaskan.
Lay sendiri saat ini bekerja sebagai seorang guru musik disebuah taman kanak-kanak, memang sangat cocok dengan pribadi Lay yang mudah akrab dengan anak kecil. Gadis kedua Choi Siwon, tetap sempurna!
.
.
.
Kembali mobil Jeep itu berhenti, kali ini tepat didepan gerbang sekolah khusus anak-anak dibawah enam tahun tersebut, Lay seketika turun dari mobil Ayahnya, namun sebelum ia turun, ia menyempatkan untuk mencium pipi Ayahnya yang tirus, "Sampai jumpa nanti siang Captain,".
Siwon tersenyum bahagia, ia memberikan lambaian tangan kepada putri keduanya yang cantik seperti putri rusia jaman dulu, disusul dengan kedua adiknya yang tersisa yang juga ikut memberi lambaian tangan.
"Ya, Princess. Sampai jumpa nanti siang."
Lay tersenyum tulus sampai cekungan kecil dipipi kanan nya muncul, ia kemudian turut membalas lambaian keluarganya, dan segera masuk kedalam sekolah yang juga menjadi tempat kerjanya itu.
.
.
.
.
Tujuan Ketiga; Kantor Baekhyun.
Baekhyun, gadis mungil dengan model rambut pendek sebahu ini, adalah putri ketiga Choi Siwon, ia bertubuh paling mungil, hanya sekitar 164 centimeter saja, tubuhnya yang langsing membuat kesan kurus melekat jelas pada Baekhyun.
Baekhyun atau yang memiliki arti nama kehormatan ini sekarang bekerja sebagai guru musik private keluarga Park, namun ia harus datang kekantor —agensi bisa disebut begitu juga— untuk melakukan absen pagi sebelum ia pergi kerumah muridnya.
Baekhyun berwajah bayi, hidungnya mancung dengan ujung sedikit bulat membuat kesan menggemaskan semakin nampak, matanya sipit dan runcing, membuat Baekhyun senang membubuhinya dengan eyeliner hingga membuat matanya sedikit lebih tajam dan seksi.
Bibirnya mungil kecil warna soft pink nampak menguar begitu saja pada bibir Baekhyun, kecantikan Baekhyun khas seorang Asian.
Putri Ketiga Choi Siwon, ternyata masih sempurna!
.
.
.
Baekhyun turun dari mobil sang Ayah, ia sudah memberi kecupan manis untuk sang Ayah dan juga adik kecilnya, namun Baekhyun belum melangkah masuk kedalam kantornya, ia memilih berdiri dibalik kaca jeep sang Ayah, bibir bawah mungilnya ia gigit pelan, sesekali membuka dan menutup bak ikan koi. Dengan sisa keberanian yang ada ia mengatakan,
"Ayah, apa nanti siang aku bisa makan siang diluar kantor?" tanya Baekhyun dengan sesekali mengigiti kembali bibir mungil pinknya, Siwon menaikan sebelah alis matanya yang tajam, ia mendekatkan wajahnya kearah sang Putri yang berada diluar mobil, "mau makan dengan siapa Baekkie?" tanya Siwon penasaran.
Baekhyun was-was, matanya bergerak kanan-kiri dengan reflek, ia juga masih menautkan jemarinya yang berlekuk paling sempurna diantara saudarinya yang lain itu dengan erat. Kalau sudah begini, bisa dipastikan jawaban yang akan diberikan sang Ayah adalah 'tidak'. Dengan hela nafas sedih, ia menyahut, "A..ani, Yah. Ti..tidak ada—"
"—baik, aku akan makan di cafe kantor saja,"
.
Siwon tersenyum cerah, merasa bahagia mendengar jawaban sang putri mungilnya, ia kemudian mengusap pipi halus sang putri dengan lembut, "Ayah menyayangimu, Nak."
Awalnya Baekhyun hanya mampu menunduk dalam, sebelum akhirnya ia turut menatap wajah sang Ayah yang masih setia berada dibalik kemudi, ia tersenyum tipis dan berkata, "Yes, me too, captain."
.
.
.
.
Akhirnya!
Tujuan ke-empat; Universitas Zitao.
Zitao, gadis bungsu dengan tinggi tubuh luar biasa, 170 centimeter, kulitnya tan seperti sang Ayah, membuat kesan seksinya semakin menguar. Mata panda dengan bolamata hitam itu selalu berpendar cantik dan menggemaskan, hidungnya mancung runcing tanpa celah seperti Choi Siwon, bibirnya mungil dengan bentuk curvy layaknya kucing kecil yang lucu, bibir itu terlihat seperti sang mendiang Ibu. Pinggul dan pinggangnya merupakan perpaduan milik ratu yang menawan, rambut hitam yang indah dan tebal itu selalu terlihat indah dan mempesona, belum lagi bentuk kaki, paduan antara betis dan paha yang kecil dan kencang, benar-benar katya Tuhan yang menakjubkan.
Cantik, khas gadis latinas yang seksi. Itulah putri bungsu Choi Siwon, yang sayangnya sangat amat sempurna!
.
.
.
.
'tin! tin!'
"Ayah‼"
Choi Siwon mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang yang baik, mengingat ini pelataran kampus sang buah hati, tapi ia mendadak berutal menekan telakson nya dengan nyaring saat dua orang anak laki-laki —mungkin seusia Zitao— berjalan santai tanpa ada didosa didepan mobilnya yang bergerak maju,
Pekikan nyaring, "Ach—!" menggema dari bibir kedua remaja putra tersebut, satu dengan kulit tan eksotis, dan satu lagi dengan wajah bayi berkulit susu menawan.
Siwon tertawa mengejek mendengarnya teriakan kedua remaja tanggung tersebut, "Ayah baru tahu, laki-laki zaman sekarang sangat mirip dengan wanita,"
Zitao tertawa nyaring mendengarnya, Siwon yang mendengar tawa Zitao pun ikut tergelak rendah.
Siwon menghentikan laju mobilnya tepat dipintu masuk kampus sang putri bungsu, "Sampai jumpa, Ayah akan menjemputmu pukul dua siang."
Siwon mengecup kening sang putri bungsu, untuk kemudian mendapat balasang kecupan dipipi tirus Siwon. Zitao memberi dua jempolnya sebagai tanda menyetujui ucapan sang Ayah barusan, "Siap, Captain."
.
Zitao kemudian turun dan melihat mobil sang Ayah yang perlahan menghilang, untuk kemudian melangkahkan kaki nya memasuki pelataran Universitas megahnya.
.
.
.
.
Sapaan tiap pagi, memang biasa Zitao terima, baik dari senior, atau teman satu angkatan nya.
Zitao melangkah indah bak model, kemeja tanpa lengan berwarna putih gading dan paduan rok mini cantik berwarna hitam serta sepatu wedgest berwarna senada dengan bawahan nya itu membuat kesan sederhana namun anggun Zitao menguar begitu saja.
Senyumnya masih terpatri jelas, rambut hitam nya disematkan pita merah yang cantik, Zitao selalu sempurna apapun yang ia kenakan.
Mata panda Zitao yang terbubuhi eyeliner sesekali menatap kearah ponsel pintar dalam genggaman nya, Zitao bisa merasakan tatapan mata para manusia yang berada disekitarnya ini sesekali tertuju padanya, mungkin bagian kaki, atau lutut atau—.
—ya sudahlah.
Zitao akui, ia sedikit merasa risih karena nya.
.
.
.
Lorong itu cukup panjang, mengingat berapa banyak kelas yang ada di fakultas ini, beberapa dari pintu kaca yang Zitao lewati tertutup rapat, tanda jika didalam sedang ada proses belajar mengajar.
Zitao belum ada jam untuk mendengarkan celotehan dosen gendut dengan kacamata besarnya kali ini, ia harus menunggu sekira nya empat puluh lima menit lagi sebelum ia harus melakukan hal itu.
Menghabiskan waktu ditaman belakang universitasnya merupakan hal yang menyenangkan, ia senang mendengarkan musik, membuka situs internet, atau hanya duduk-duduk sambil bertukar percakapan dengan teman-teman nya,
Seperti saat ini, Zitao sangat menyukai rutinitas mendengarkan musik lewat mp3 player miliknya, lagu 'Can You Love Me' dari grup gadis asal korea selatan f-ve dolls mengalun dengan lembut lewat earphone putih milik Zitao,
Sesekali kepalanya mengangguk seirama dengan alunan lagu yang ia dengarkan.
.
'Tap!'
.
"Coba tebak. Siapa?"
Mata Zitao ditutup dengan telapak tangan besar yang hangat milik seseorang yang berdiri dibelakang punggung Zitao. Zitao sempat tersentak sebelum akhirnya ia tersenyum, dan mulai meraba-raba punggung tangan yang menutupi pengelihatan nya ini.
"Sudahlah, Yifan-gege, lepas."
Zitao mendengar helaan nafas kasar dari arah belakang, ia terkikik kecil, bisa ia bayangkan dengan jelas ekspresi pemuda yang ia panggil Yifan tersebut mendengar tebakan Zitao barusan. "Kenapa kau bisa tau dengan mudah 'sih?" tanya Yifan untuk kemudian mendudukan dirinya disamping Zitao.
Si wanita kembali terkikik halus, poni rambutnya bergeser beberapa helai karena gerakan akibat ia tertawa barusan, Yifan hanya bisa memandang apa yang baru saja dilakukan peri cantiknya ini dengan sedikit senyum tipis.
"Tentu saja! Kau fikir sudah berapa lama aku mengenalmu, eoh?" Zitao menatap pemuda yang kini duduk disebelah kanan tubuhnya ini, pemuda dengan surai emas terang yang mengenakan setelan kaus putih dan kemeja kotak-kotak merah marun. Zitao menyukai apapun yang Yifan kenakan, karena Yifan tidak pernah terlihat buruk dalam menggenakan apapun.
"Kau cantik, seperti biasa," ucap Yifan tanpa melepas kontak mata mereka, mata Yifan menatap dalam kearah mata berbolamata hitam tersebut, senyum tipis tampan ia berikan pada gadis dengan kecantikan luar biasa itu.
Zitao merona, ia mengalihkan pandangan matanya kearah lain, ia tak bisa beradu pandang dengan pemuda disamping nya ini dengan kurun waktu yang lama, bisa-bisa ia hilang kendali.
"A-ah.. kau-kau ini." Zitao terbata, mencoba menekan lajur jantungnya yang berdetak diluar batas normal. Rasanya memang menyenangkan merasakan senam jantung ringan karena ulah Yifan.
Yifan masih memandang Zitao dalam, dan dengan reflek ia meraih jemari lentik yang mengenakan cincin manis mungil di jari manis tangan kirinya itu, menggenggamnya lembut sarat akan kasih sayang, "Sabtu malam, bisa tidak kita keluar bersama?"
.
Deg!
.
Zitao tersentak kecil, matanya langsung menyatu dengan pandangan mata Yifan yang masih tertuju pada dirinya, Zitao mengigiti bibir bawahnya pelan, meredam detakan jantungnya yang semakin bergejolak.
Sebetulnya, bukan kali ini saja Yifan mengajak Zitao untuk pergi berdua dengan nya, tapi tetap saja setiap Yifan menanyakan hal ini, jantung Zitao sering tersentak.
Mata panda itu awas menatap wajah Yifan, ia kembali mengigiti bibir bawahnya dengan lembut, "Gege, ma'af tapi aku—, tidak bisa."
Zitao menunduk setelah sukses mengatakan nya, ia merasa amat bersalah dengan Yifan, bukan kali ini Yifan mengajak nya pergi bersama, dan bukan kali ini saja Zitao menolaknya.
Bukan.
Bukan karena Zitao tidak mau, ia hanya tidak bisa.
.
"Pasti Ayahmu melarangnya lagi ya?" pemuda berbola mata coklat muda itu bertanya dengan nada yang tidak bisa Zitao jelaskan. Membuat dentuman kecil kembali ia rasa. Ia merasa semakin merasa bersalah karena terus-terusan menolak ajakan Yifan, yang notabene adalah kekasihnya sendiri. Dengan harapan mendapat do'a dari Ibu dan para Malaikat disurga, Zitao bersua,
"eum, Yifan—," Zitao menatap Yifan dalam, "—sabtu malam, jam 7."
Dan setelah memberi kecupan manis dipipi kanan Yifan, Zitao berlari kearah kelasnya pagi ini, menyisakan Yifan yang mematung sedetik untuk kemudian tersenyum hangat.
.
.
.
.
..O..
Choi Siwon dan seluruh peri kecil cantiknya tengah berkumpul bersama diruang makan, menyantap hidangan makan malam yang dibuat oleh bibi Liu —asisten rumah tangga keluarga ini— dengan khidmat dan tenang.
Tenang? Nampaknya tidak juga.
.
Terbukti jika kita melihat sibungsu yang sedari tadi mencuri-curi pandang kearah sang Ayah yang berada tepat dihadapan nya, ia nampaknya ingin mengatakan sesuatu, namun, ia ragu-ragu.
Sekali lagi, Zitao melakukan hal yang sama, ketiga kakaknya yang memperhatikan tingkah laku si adik hanya mampu bertukar pandang dan mengangkat bahu cuek.
"Ada apa angel?"
Sang ayah berseru rendah, matanya tidak menatap kearah manapun, masih memandang makanan yang tersaji dalam piring pipih dihadapan nya, tapi mereka semua tau kepada siapa panggilan tersebut ditujukan.
Si bungsu bergerak gelisah, ia meringis kecil mengetahui jika sang ayah menyadari tatapan matanya sedari tadi, "eum—," katanya dengan nada manja dan menggemaskan.
Siwon menghentikan kegiatan makan nya, ia menatap sang putri yang bergerak gelisah ditempat duduknya, alis matanya naik, pertanda ia ingin mendengarkan lanjutan ucapan Zitao yang terpotong tadi,
"Sabtu malam—," Zitao mengeratkan genggaman nya pada kedua sendok yang ia genggam dengan kedua tangan nya, "—boleh tidak… A-aku pergi makan malam diluar?"
.
'ohok!'
.
Ketiga saudarinya sontak tersedak makanan maupun minuman yang sedang mereka konsumsi, sedangkan sang Ayah justru masih bersikap tenang seolah tidak mendengar berita yang mengejutkan.
Choi Siwon menenggak air putih dalam gelas tinggi disisi kiri piring makan nya, hidungnya menghirup udara untuk kemudian mulutnya terbuka menghembuskan udara itu.
Choi' Princesses seketika merasa tegang, mereka menunggu jawaban apa yang kiranya sang Ayah akan berikan pada permintaan adik mereka terkecil itu.
.
Beberapa detik berlalu sia-sia.
.
Mereka masih menunggu.
.
"Kenapa tidak? Silahkan saja,"
.
Dan dengan itu Siwon melangkah kearah kamar tidurnya, meninggalkan ke-empat putrinya yang merasa amat terkejut.
.
.
.
.
..O..
Hari yang ditunggu tiba.
Sabtu malam pukul 7, mobil berwarna putih jenis Rolls Royce Phantom milik Yifan itu masuk kepekarangan rumah Zitao, Yifan tampan sekali kali ini, ia menggunakan kaus putih bergambar bendera inggris dengan paduan jaket berwarna coklat, sepatu sneakers berwarna coklat dan celana jeans hitam yang membalut kaki jenjangnya.
Ia melangkah maju kearah pintu rumah Zitao, menghembuskan nafas beberapa kali, Yifan baru kali ini mengunjungi rumah Zitao, ia benar-benar gugup dibuatnya.
'tok-tok-tok'
Yifan mengetuk pintu bercat putih bersih itu dengan perlahan, sesekali ia kembali menghela nafas kuat-kuat. Ketukan pertama belum menimbulkan hasil apapun.
.
'tok-tok-tok'
Kembali Yifan mengetuk pintu itu untuk kedua kalinya, ia gugup dibuatnya, menunggu seseorang membukakan pintu dengan wajah cantik nan manis yang selalu menjadi bunga tidurnya.
.
'ceklek'
Akhirnya!
"Yifan-ge." panggilan manis itu menyeruak ketelinga Yifan, bersamaan dengan berdirinya gadis dengan balutan sepatu sneakers hitam putih bertali, dan sweater rajut bergambar mickey mouse dihadapan nya. Yifan tersenyum lebar, si gadis pun melakukan hal yang sama,
"Kau menggemaskan, Peach-iie," puji Yifan jujur, telinga Zitao memerah mendengarnya, pipinya mendadak memanas, belah bibirnya tidak bisa untuk tidak tersenyum mendengarnya. "Berangkat sekarang?" tanya Yifan kemudian.
"ah, sebentar Yifan-ge."
.
.
Dan Yifan sama sekali tidak mengetahui, maksud tuan Choi memberikan izin kepadanya untuk pergi bersama anak bungsunya adalah—
.
—turut serta membawa keluarga besarnya.
:
:
:
:
..O..
Makan malam bersama disebuah restoran bintang lima, dengan aksen italia yang kuat, paduan music classik yang menjadi pengiring setiap aktivitas pengunjung yang sedang menyantap hidangan nya, membuat kesan elit semakin menguar begitu saja.
Dan disinilah Yifan bersama Zitao —dan keluarganya— makan malam bersama, alih-alih makan malam romantis hanya berdua, Yifan harus menerima kenyataan jika keluarga Zitao turut ikut, lengkap dengan sang Ayah dan ketiga saudari cantiknya yang lain.
"Yifan-ge…" cicit Zitao dikala aktivitas makan malam mereka berlangsung, matanya sesekali menatap kearah mata Yifan yang masih asik menatap sepiring spaghetti bonggolae nya yang mungkin terlihat lebih seksi ketimbang kekasihnya sendiri,
"Ya," jawab Yifan tenang, matanya menatap kedalam mata Zitao yang bening bercahaya, "Aku minta ma'af, bukan nya makan malam berdua, tapi malah—," Zitao tidak melanjutkan ucapan nya lagi, ia sibuk menggigiti bibir bawahnya yang berwarna soft pink lembut.
Yifan terkekeh mendengarnya, ia mengusak poni rambut Zitao yang dibiarkan jatuh tanpa disingkap dengan menggunakan hiasan rambut apapun kali ini. "Bukan masalah." Balas Yifan ringkas,
Kedua sejoli itu bertukar senyum manis malam itu, duduk berdua dengan empat pasang mata yang memperhatikan mereka dari sisi bangku lain yang tepat berada disamping kiri bangku mereka, salah satu dari empat pasang mata itu memandang Yifan dengan tatapan seratus ribu wolt listrik yang menggelegar, alis mata kirinya mencuat naik menatap Yifan yang sesekali mengusak rambut Zitao atau juga membersihkan serpihan makanan disisi bibir mungil Zitao.
"Gege, sebentar aku mau ketoilet dulu," Zitao pamit undur diri untuk pergi ketoilet restoran mewah ini, membuat Yifan membalasnya dengan anggukan pelan. Zitao lantas segera menggeser kursi yang ia duduki dan segera melangkah menuju ruangan kecil yang ia maksud tadi.
Selepas Zitao pergi ketoilet, Yifan merasa ada seseorang yang menduduki tempat Zitao semula. Yifan menatap kearah seseorang yang duduk tegap dihadapan nya, seketika ia reflek menelan air liurnya kembali.
"Nak, Yifan." Sapanya dalam, suara rendahnya mengalun, Yifan merasakan setitik air keringat keluar dari punggungnya yang tertutupi kaus putih yang ia kenakan. Yifan hanya mampu tersenyum kikuk sebagai jawaban.
"Boleh kan, paman duduk disini?" tanya nya lagi dengan nada tak kalah dalam dari sebelumnya, mungkin karena faktor suaranya yang rendah, itu yang membuat suara pria berkepala lima ini terdengar sangat—
.
"Iya, silahkan paman,"
.
—mengerikan.
.
Siwon tersenyum puas, ia lantas kembali melanjutkan aksi mengunyah sallad daging dengan saus kacang pedas yang ia pesan tadi. Yifan merasa ia berada dijembatan sirotul mustakhim karena ini.
Sesekali Yifan melirik kearah Siwon, untuk akhirnya melirik kearah toilet, berharap Zitao cepat datang dan menggantikan posisi Siwon sekarang.
"Kau tau nak? —paman adalah mantan angkatan darat dulunya,"
Siwon akhirnya buka suara, membuat setidaknya percakapan singkat dengan kekasih anak bungsunya ini. Ia lantas menatap kearah Yifan yang menukar senyum kikuk padanya, disusul dengan mengangguk sopan sebagai jawaban pertanyaan Siwon kepadanya.
"dan kami terbiasa memakan tubuh anggota lain, saat sedang terombang-ambing ditengah lautan untuk beberapa pekan."
Yifan menegang mendengar penuturan Siwon barusan, darahnya tiba-tiba mengalir sangat kencang kearah kepalanya, ia merasa asam lambungnya meningkat karena ulah sang ayah —calon mertua— kekasihnya ini.
"Sebagai seorang kapten, saya terbiasa membuat suatu pertandingan kecil-kecilan, untuk menentukan siapa yang harus disantap—," Siwon mengiris-iris dengan pelan daging dalam piring putihnya,
"—dan saya juga yang terbiasa memotong tubuh santapan kami hari itu." lanjut Siwon kembali, kali ini dia mengiris lebih dalam daging berwarna kecoklatan itu.
Yifan meneguk liur nya kembali, keringat menguar dipelipisnya yang tertutupi anak rambut halus, tak ada keinginan untuk menjawab pernyataan Siwon, ia hanya mampu mendengar dan menahan asam lambung yang meningkat dalam dirinya,
"Saya pribadi sangat suka dengan bagian kepala," Yifan makin terhenyak, "Apa lagi bagian matanya," Siwon mengiris dan mencelupkan daging yang diproses dengan cara dibakar itu kedalam saus kacang pedas dalam mangkuk kecil ukuran untuk menenggak sake jepang,
"Tapi kita harus hati-hati—," Siwon menyesap rasa pedas dan gurih pada saus kacang yang menyelimuti daging lembut itu,
"Kalau salah makan, mata bisa pecah dan rasa air nya menyeruak." tutupnya menelan daging yang sedari tadi tertusuk garpu tajam dalam genggaman nya, asam lambung Yifan meningkat, kepalanya mendadak pusing dan matanya remang, dan dengan segenap perasaan tak nyaman Yifan berkata, "Paman, saya ketoilet sebentar,"
Menyisakan Siwon yang tersenyum remeh, dan putri ketiganya yang berseru kencang, "Apa ku bilang, ia kalah 'kan!"
.
.
.
.
"Loh, Yifan-gege, kau kenapa?"
"….."
:
:
:
:
.
..O..
Empat hari lamanya ke-empat putri Choi Siwon ini menyusun rencana yang luar biasa —mungkin, dan beruntung hasilnya mereka sukses besar hari ini.
Sebelumnya mereka berencana untuk membawa kekasih mereka masing-masing berkunjung kerumah tanpa sepengetahuan Ayah mereka, bertemu berdua saja dan mengobrol layaknya sepasang kekasih dengan kekasih mereka —tentunya— pada umumnya,
Mengingat fakta yang ada bahwa Ayah mereka sangatlah ketat dalam mengawasi mereka, sang Ayah memang mendidik mereka layaknya mendidik anggota kemiliteran, sangat disiplin, dan sedikit possesif.
Berawal dengan Zitao yang menjadi umpan dengan menemani sang Ayah menonton pertandingan bola ditelevisi, bersorak seperti orang gila dengan amat sangat histeris padahal team lawan yang memasukan tendangan kegawang dan mendapat poin, membuat sang Ayah reflek mengecek suhu tubuh putri kesayangan nya dengan punggung tangan,
Lalu disusul dengan para pemuda tinggi dan menawan yang datang mengindap-indap layaknya pencuri kelas atas. Ck..
Dan sekarang disinilah mereka semua; mari kita lihat mulai dari kegiatan kakak pertama,
.
.
"Dear, cepatlah. Aku takut ditembak Ayahmu."
"Sebentar Sehun, kau tahu aku kesulitan turun dengan menggenakan rok seperti ini,"
"Suruh siapa menggenakan rok, hm?"
Luhan memajukan bibir mungilnya mendengar gerutuan Sehun, kekasihnya yang lebih muda 4tahun dari dirinya itu, Sehun dan Luhan bertemu saat Sehun mengunjungi sang Ayah yang juga merupakan bos Luhan diperusahaan perbankan tuan Oh.
Dan jadilah mereka saling mengenal, bertukar nomer ponsel, bertemu, dan menjadi sepasang kekasih sampai saat ini.
Dan nasib yang tidak beda jauh dari para adik-adiknya harus kakak Luhan alami, Luhan juga tidak pernah di izinkan pergi berdua dengan kekasihnya selama menjalin hubungan.
Sehun sudah mewanti-wanti agar Luhan tidak menggenakan pakaian yang mempersulit misi mereka, tapi alih-alih mempermudah, Luhan malah mengenakan gaun merah ketat yang memperhatikan lekuk tubuhnya yang sintal, belum lagi karena jenis gaun yang ketat itu, Luhan jadi sulit untuk bergerak bebas.
Tragis.
"Hun-by, aku tidak bisa melompat. Aku takut."
Sehun menghembuskan nafasnya gemas, ia tatap sang kekasih bak boneka india itu dari bawah, senyum yang dipaksakan berpendar diwajah Sehun yang tampan, "Turunlah sayang, dan aku akan menangkapmu."
Sehun memberikan ancang-ancang, ia merenggangkan tangan nya dan menyiapkan tumpuan kakinya untuk menerima beban yang akan siap menghantanya sebentar lagi.
"Tapi—," Luhan menatap Sehun dengan ragu, ia mengigit bibir mungil bagian bawah nya pertanda ia takut untuk melakukan hal yang diperintahkan Sehun.
Sehun menatapnya lembut, matanya memberi keyakinan bahwa ini akan baik-baik saja. Luhan jadi mempercayai arti tatapan itu..
.
'Hap!'
.
.
"Dapat." Sehun tersenyum tampan, ia menatap wajah kekasih dalam dekapan lengan kokoknya itu dan meniup-niup bagian hidung Luhan yang matanya masih terpejam erat sedari tadi, ia mungkin saja mengira ia akan mengalami patah tulang, atau retak-retak sedikitlah karena ulahnya barusan. "Aniya, sayang. Kau selamat 'kok." Sehun terkekeh pelan, Luhan membuka matanya lamat-lamat ia kemudian menyadari jika Sehun sedang berjalan menggendong tubuhnya menuju mobil kekasihnya itu yang terparkir cantik didekat gerbang rumah Luhan.
.
.
Sementara itu; Kakak Lay.
.
.
"Myun— Myun-iie," Lay memanggil pelan kekasihnya sembari sibuk menusuk-nusuk pipi tirus lembut pemuda dihadapan nya ini.
Lay sangat cantik kali ini, ia menggunakan kaus hitam lengan panjang dengan kerah seperti kemeja, dan dipadukan dengan celana pendek biru donker yang menutupi hanya separuh paha putihnya yang langsing.
Di hadapan nya sudah ada Joonmyun, atau panggil dia Suho, yang duduk diatas ranjang queen size milik Lay dengan seprai bergambar mawar yang menggairahkan.
Suho yang mendengar cicitan menggemaskan kekasihnya lantas reflek menatap sang kekasih, sedari tadi Suho memang sibuk menatap kearah pintu kamar Lay, wanti-wanti jika ayah kekasihnya itu tiba-tiba datang dan menembakan senapan kekepala dengan surai coklat gelapnya ini.
"Ya?" jawab Suho pelan, matanya masih sesekali mencuri pandang kearah pintu bercat coklat tua diujung kamar Lay.
"Boleh tidak, em.. a—aku, mi—minta, ci—" Lay berkata dengan kalimat yang patah saat ia mengatakan jika ia menginginkan Suho untuk men—
.
"Ci? Cuci? Cuci tangan—?"
.
Cium, Ho!
.
Lay mengkeret kesal, bibir bawahnya maju beberapa centi, alis matanya seketika menukik tajam ketengah bagian, reflek ia mencubit hidung mancung mungil Suho, membuat Suho memekik tertahan, "Ac—h!"
"Kenapa dicubit?" Suho berseru sambil sesekali mengusap hidungnya yang ia pastikan berubah warna menjadi merah terang, tanda jika darah berkumpul dipermukaan kulit yang baru saja Lay tekan kuat.
Lay masih tak bergeming, ia masih bertahan dengan bentuk wajahnya yang tetap terlihat cantik meskipun sedang kesal seperti sekarang, "Cium!" pekiknya nyaring dan tertahan, ia masih sayang nyawanya anyway, ia tidak mau suaranya yang nyaring didengar oleh Ayahnya yang berada dibawah.
Suho membola, mata dan bibirnya membentuk pola O, tiba-tiba telinga Suho pun mendadak memerah, darahnya merambat kedaun telinganya mendengar permintaan kekasihnya yang lembut ini.
"A.. anu," Suho tergagap, suaranya tercekat sampai ditenggorokan dan tidak bisa keluar lewat bibir merahnya, mendadak jantungnya berdegup dua kali lebih cepat daripada saat ia mengendap-endap kerumah kekasihnya ini tadi. Lay masih menatap kekasihnya dengan tajam.
Oh ayolah, mereka sudah hampir dua tahun menjadi kekasih, dan mereka belum pernah melakukan ciuman yang biasa dilakukan kekasih lain, jadi—
Apa Lay salah? O_O
.
.
Adam apple Suho bergerak naik-turun, matanya sesekali menatap kearah pintu, masih was-was nampaknya.
"Pintu sudah ku kunci, Kim." Lay berkata tegas, bibirnya merengkung datar tanpa ekspresi diwajah cantiknya, ini membuat Suho semakin gugup saja dibuatnya,
Baiklah Ho, tidak masalah 'kan.
.
.
Suho mendekat, ia menggenggam jemari lentik Lay yang kukunya dilapisi cat berwarna orange lembut. Wajah tampan itu semakin mendekat membuat kegugupan seketika merasuki Lay, mata Suho lembut menatapnya, mata Lay terfokus pada bibir mungil berwarna merah milik kekasihnya itu.
Jarak semakin dekat, hidung mereka bertemu, Suho menggesekan kedua batang mungil yang terukir sempurna diwajah keduanya itu dengan lembut, mencoba memberikan ketenangan pada Lay, meskipun dirinya sendiri juga merasa gugup.
Lay sudah memejamkan matanya, ia menunggu bibir keduanya bertemu.
.
.
'chup!'
.
Sentuhan manis Lay rasakan, bibirnya bertemu dengan bibir mungil nan lembut Suho. Tak ada pergerakan, hanya sentuhan yang memabukan dan menggelitik hatinya seperti ada puluhan kupu-kupu yang beterbangan di dalam dadanya,
Kalau boleh diakui, Lay merasa gemas sekali dengan bibir Suho yang lembut dan kecil ini, Lay meremas tangan Suho yang menggenggam tangan nya. Suho berjengit, ia tak tahu apa maksud dari gerakan Lay barusan, jadi ia hanya mengecup bibir merah darah itu berkali-kali seperti kecupan kupu-kupu yag lembut.
Lay melepas tautan tangan mereka, ia meletakan tanganya dibalik leher Suho yang putih, memberi remasan dirambut Suho yang lembut dan beraroma maskulin yang lembut.
Dengan reflek Lay barusan, Suho akhirnya memperdalam ciuman mereka, menekan dengan lembut bibir kekasihnya yang sering ia panggil "Honey" ini.
Suho semakin menggerakan bibirnya dengan perlahan, ia menyesap bibir bawah dan atas Lay bergantian, sesekali ia juga memberi gigitan lembut di bibir bawah kekasihnya ini.
"unghh.." Lay melenguh saat lidah Suho menerobos masuk kebibirnya, bibir hangat itu mengabsen gigi-gigi putih Lay yang rapih. Kepala Lay terasa kosong merasakan pengalaman pertamanya berciuman ini, ia seperti agar-agar yang lembek yang kenyal sekarang.
.
.
Bibir itu terlepas, menyisakan benang salifa lembut yang menyatukan bibir mereka tadi, keduanya reflek menghirup oksigen karena sedari tadi menahan nafas. Suho membelalak melihat bibir Lay yang basah, "A—h! Astaga ma'af honey. A—ah, Bibirmu basah."
Lay berjengit, alismata sayunya terangkat melihat kepanikan Suho.
Butuh waktu seperkian detik bagi Lay merubah ekspresi terkejutnya tadi, ia kemudian terkekeh manis, hingga poni rambutnya bergeser, "Tidak apa-apa sayang—," Lay berkata pelan dan halus pada Suho yang sibuk mengelap bibir basahnya sedari tadi, ia terkekeh lagi untuk kemudian menyambung kalimat nya yang terpotong kekehan nya sendiri barusan, "Aku mencintaimu, Kim Joonmyun." Akunya dan mengecup sayang hidung Suho yang mungil.
.
Suho merona, ia daim dan memilih menunduk untuk menatap seprei merah mawar milik Lay sebelum menyahut, "Aku— aku juga Yixing—,"
"—Yixing Kim." Tutup Suho lembut.
.
.
.
.
Gadis ketiga; Baekhyun Choi.
.
.
"B.. ba—ek, pe—pelan, pelan."
"Yeol, aku tau apa yg harus kulakukan jadi diam lah."
"Ta—tapi, a.. aku, B..ba—ek."
"Sayang~"
Chanyeol diam, kegiatan mereka sedari tadi membuat Chanyeol harus beberapa kali mengigit bibir bawahnya yang tebal guna menahan suaranya yang bisa saja mengalun keluar dan membuat Siwon sadar, dan dengan baik hati memenggal kepalanya dengan samurai, atau menembaknya dengan senapan jenis styer lg110 high power ke-kepalanya yang proporsional ini.
Baekhyun memang wanita sejati. Itu fikir Chanyeol.
Karena apa yang sekarang Baekhyun lakukan membuktikan itu semua padanya,
Bukan..
Mereka bukan melakukan tindakan yang aneh-aneh 'kok.
Baekhyun hanya sedang mengobati lutut Chanyeol yang berdarah karena terselandung dan jatuh ditangga saat akan menuju ke kamarnya ini.
Dengan penuh perhatian Baekhyun memberikan obat merah pada kaki lutut berdarah Chanyeol, ia juga sesekali meniup dengan lembut luka Chanyeol yang terasa perih saat bersentuhan dengan alkohol maupun obat merah yang ia berikan, membalut dengan lembut lutut sang kekasih dengan perban yang sudah diberikan obat merah sebelumnya.
"Yup! Selesai sudah," Baekhyun membuat mata Chanyeol sontak terbuka mendengar penuturan nya barusan, reflek Chanyeol menghela nafas lega karena penderitaan nya berakhir sudah.
Baekhyun lantas berjalan ke meja didekat pintu kamarnya untuk meletakan kotak obat yang ia bawa keatas ranjang guna mengobati sang terkasih barusan. Tak lupa Baekhyun mengunci pintunya, jaga-jaga siapa tahu sang Ayah akan masuk kedalam kamarnya dengan tiba-tiba pula.
"Badan saja yang semampai, terkena obat begitu, kau teriak-teriak," Baekhyun terkekeh kecil mengingat apa yang dilakukan Chanyeol sedari tadi ia mengobatinya, Chanyeol memajukan bibir tebalnya beberapa centi kedepan, bersidekap, dan itu malah membuat Baekhyun semakin terkekeh dibuatnya.
Chanyeol adalah kekasih Baekhyun yang lebih muda dari usia nya, Chanyeol seusia dengan Yifan kalau Baekhyun tak salah ingat, ia masih berusia 21 tahun, berbeda satu tahun dengan dirinya.
Chanyeol adalah kakak dari Tabi, murid khususnya yang sering ia ajarkan bermain piano maupun bernyanyi, intensitas bertemu dengan Chanyeol membuat ia jatuh hati dengan pemuda bertinggi tubuh 187 centimeter ini.
Kata orang; Cinta datang karena terbiasa.
Dan itu benar adanya, karena Baekhyun merasakan hal ini sekarang.
"Aku hampir mati kau tahu? Apa itu tidak cukup membuktikan seberapa gentle nya aku dimatamu?" Chanyeol masih bersidekap, matanya juga menatap Baekhyun dengan tatapan kesal yang jenaka, Baekhyun tidak bisa untuk tidak terkekeh kembali. Chanyeol memang masih kekanakan.
Ia mengusak surai kemerahan Chanyeol dengan jemari lentiknya, "Iya, kau sangat maskulin dimataku, sayang boo~" Baekhyun memuji dengan tatapan tulus pada Chanyeol.
Chanyeol reflek tersenyum jenaka dengan kesan tampan yang menguar, "Nah, begitu dong!" katanya merasa bangga pada diri sendiri karena mendapat pujian dari sang terkasih.
.
Chanyeol segera memindahkan Baekhyun yang bertubuh mungil kepangkuan nya yang lebar untuk setelahnya mendekap sang kekasih kedalam pelukan hangatnya.
Baekhyun reflek meletakan kedua tangan mungilnya dipundak kokoh Chanyeol, mata mereka bertemu, mata kecil dengan bola hitamnya dan mata bulat jenaka yang berwarna bola sama dengan milik Baekhyun.
Senyum saling tertukar diantara kedua sejoli ini, mata yang merubah menjadi sayu, jarak anatar wajah yang semakin menipis membuat mereka tak butuh waktu lama untuk bertukar lembutnya bibir, bibir itu menyatu dengan sempurna simungil dan sitebal.
Awalnya hanya menempel, dan Chanyeol hanya memberi kecupan-kecupan ringan dibibir kecil itu, namun dekapan Baekhyun pada leher Chanyeol membuat pemuda yang memiliki senyum jenaka itu mernjadi terangsang karena nya,
Bibir itu bergerak, memberi kecupan basah kewajah cantik Baekhyun, berawal dari bibir lalu berpindah ke kening Baekhyun, kedua pipinya yang sedikit tembam dan mata cantik Baekhyun yang terpejam erat merasakan kecupan kekasihnya ini.
Ciuman basah itu memabukan Baekhyun, rasanya isi kepala gadis cantik putri ketiga tuan Choi itu menghilang terbawa deru angin malam yang dingin.
Bibir tebal nan kenyal Chanyeol berpindah keleher jenjang kekasihnya, seiring dengan pola acak tangan besar Chanyeol dipunggung Baekhyun yang terbalut piyama lembut berwarna putih cerah, bibir kenyal basah itu mengecup kulit leher kekasihnya, kemudian menghisap dan mengigit-gigit lembut kulit putih Baekhyun yang menggoda.
"enggh.. Chan— niehh.." desahan Baekhyun memacu deru nafas Chanyeol semakin kuat, keringat Chanyeol terasa mengalir diatas pelipisnya, Baekhyun memang menggoda, dan Chanyeol menjadi korban godaan Baekhyun.
Yah baiklah, Tinggalkan saja mereka.
.
.
.
.
Dan terakhir si bungsu! Huang Zitao.
.
Si bungsu yang menggemaskan dan polos, ia nampaknya punya pengalaman yang berbeda dengan ketiga kakaknya.
Lihat saja keadaan nya yang sekarang sedang duduk dengan cantiknya, diatas karpet berbulu halus dengan pola gambar panda yang sedang mengunyah makanan favoritenya —bambu.
Kalau kau ingin tahu, Yifan kekasih Zitao ini bukanlah sosok yang polos seperti gadisnya, namun poin penting dari Yifan adalah dia akan menjaga kekasihnya dengan baik, dia tidak akan melakukan tindakan yang bisa melanggar norma pacaran yang sopan santun ala tuan Choi.
Ini kali pertama ia tidak menyentuh kekasihnya sama sekali, anyway.
"Yifan-ge.." si cantik menggemaskan memanggil nama kekasihnya dengan lirih, sedari tadi mereka hanya duduk berdampingan dan tidak berbicara apapun, untungnya kamar kakak-kakaknya kedap suara jadi tidak akan membuat sang adik bertanya 'Ge, mereka sedang apa?'
Bisa mati Yifan mendengarnya, mau menjawab apa dia?
Tidak mungkin dia menjawab 'mereka sedang melakukan tindakan medis'.
Hah—, konyol sekali.
"Ya, Angel." Yifan menatap kekasihnya dengan mata lembut, Zitao sangat suka pandangan mata kekasihnya ini, mata yang tegas namun penuh kelembutan saat menatapnya. Jantung Zitao berdentum, pipi tembam nya memerah samar. Yifan menikmati reaksi sang kekasih yang sangat menggemaskan dimatanya, senyum samar berpendar diwajahnya yang tampan khas seorang pangeran.
"A—aku, i..ini, em.. i—itu,"
.
'tok-tok-tok'
.
.
"Angel?"
.
Yifan dan Zitao seketika menegang mendengar suara yang berasal dari luar pintu kamarnya tersebut, suara yang tidak asing untuk telinga keduanya,
"Ayah" / "Paman Choi."
"Ottokae?"
Zitao menatap kearah Yifan dengan wajah yang cemas berlebihan, mendadak suhu kamar menjadi sangat pengap untuk keduanya, apa lagi ketukan pintu itu tidak cukup satu kali menggema.
"Angel?"
Zitao ingin mengatakan sesuatu, namun bibirnya hanya mampu terbuka tanpa mengeluarkan suara apapun, "Iya, Yah. Sebentar." Hanya sahutan itu yang bisa Zitao berikan, sementara Yifan mulai panik dan awas menatap sekeliling kamar kekasihnya yang bercat kuning cantik dengan pola tembok kartun doraemon yang lucu.
"Jendela!" seru Zitao akhirnya dengan nada memekik tertahan yang terdengar panik, Yifan akhirnya menatap kearah yang dimaksud kekasihnya, membuka jendela kamar yang syukurnya tidak berjeriji.
Ia sontak memandang kebawah, bawah adalah taman belakang dengan alas rumput yang terawat dan berbentuk, jantung Yifan mencelos, ia masih sayang tulang tubunya anyway.
"Angel?" sapaan itu membuyarkan angan-angan Yifan tentang patah tulang yang akan segera ia alami, Zitao yang panik memegang lengan tangan Yifan yang kokoh dan tegas, matanya menatap cemas kearah Yifan yang juga menunjukan kecemasan kuat.
Dengan segenap perasaan berkecamuk, Yifan akhirnya pasrah untuk keluar dari sela jendela kamar kekasihnya.
belum—, ia belum terjun.
Zitao yang melihat kekasihnya keluar dari sela jendela kamarnya dengan baik-baik saja, ingin segera berbalik dan membukakan pintu kamarnya yang diketuk berulang oleh sang Ayah. Namun, cengkraman halus pada pergelangan tangan nya menahan nya untuk melangkah.
.
.
'chup!'
.
.
Kecupan lembut Zitao rasakan dibelah bibirnya yang mungil dan berwarna pink alami tanpa pewarna bibir itu, Zitao membola ia menatap Yifan dengan ekspresi terkejut, Yifan balas menatapnya dengan wajah cemas namun masih dengan tatapan yang lembut dan menenangkan kepada Zitao.
.
"Angel—," Zitao menatap pemuda bersurai emas yang sudah menjadi kekasihnya selama hampir satu setengah tahun ini dengan mata berpendar penasaran.
.
.
"—menikahlah dengan ku,"
.
"Angel—? Kau didalam?" Zitao panik, dua suara itu mendadak menyerang otak merahmuda dalam kepalanya, ia masih terkejut mendengar penuturan Yifan, dan sekarang sang Ayah yang tetap setia memanggil-manggil nama panggilan untuknya saat masih kecil itu dengan sedikit brutal.
Yifan masih tidak bergeming, ia masih bertahan menggenggam tangan mungil Zitao, matanya menatap Zitao dengan raut keingin tahuan yang dalam.
Butuh seperkian detik bagi Zitao untuk sadar dari pemikiran kosongnya, dan dengan senyum yang terukir samar ia mengatakan, "Ya, aku mau."
Lalu meninggalkan kecupan manis dipipi kiri Yifan, membiarkan Yifan kosong beberapa saat untuk kemudian segera melompat turun dengan tegasnya.
Beruntung bagi mereka, karena Yifan tidak patah tulang dan sang Ayah masuk saat situasi sudah tenang, "Ada orang yang masuk kekamarmu, Angel?" tanya Siwon begitu ia masuk dan mendapati putri bungsunya sibuk merapikan poni rambut hitam nya dengan sedikit kepanikan yang menguar.
"A..ani, Yah. Si.. siapa memangnya?" Zitao menjawab dengan mata awas menatap Ayahnya. Sedangkan Siwon yang ditatap sedemikian rupa reflek menaikan alis mata kirinya, membuat Zitao semakin gugup dibuatnya.
"Ayah kira ada—," Siwon bergerak maju menuju jendela kamar Zitao yang tirainya bergerak terkena terpaan angin, Zitao meremang, ia gugup setengah mati sekarang. Ia takut sang Ayah benar-benar memenggal kepala pemuda bersurai emas yang menjadi kekasihnya itu dengan brutal apalagi menyadari jika Yifan ada di—,
.
.
—bawah kuharap.
"Zitao jendelamu—?" Zitao menggigil dibuatnya, jika sang Ayah memanggilnya dengan nama lahirnya itu berarti ada yang tidak baik akan terjadi.
.
"Kenapa tidak dikunci, hm—? Bad Angel." Siwon bergerak maju dan menutup jendela kamar sang putri tercinta.
.
Menyisakan Zitao yang menghela nafas lega karena kekhawatiran nya tidak terbukti.
.
.
Untung saja~, Helanya lega
:
:
:
..O..
"Ku kira kalian sudah diperbolehkan berpacaran?" gadis dengan mata jenaka menggemaskan itu sibuk memotong pancake miliknya dengan serius tanpa menatap kearah sang lawan bicara, "Memang sudah." Jawab si gadis yang sekarang sibuk menyendok es krim strawberry dalam gelas berkaki panjang dihadapan nya.
"Lalu?" tanya sigadis dengan surai hitam yang sama dengan si komunikan dihadapan nya, rok merah dengan paduan kemeja berkerah manis berwarna hitam itu membuat sigadis bermata bulat terlihat semakin menggemaskan.
"Masalahnya, Ayahku tidak memperbolehkan kami pergi kemana-mana dengan kekasih kami, kyung-iie," Zitao menghela nafas lelah, rambutnya yang dicepol cantik dengan hiasan pita merah membuatnya terlihat sangat segar layaknya gadis remaja dengan anugerah dewi yunani.
Kyungsoo, atau yang dipanggil Zitao dengan sebuatn Kyung-iie itu hampir tersedak mendengar ucapan teman baiknya satu ini, mata bulatnya semakin membulat. Heran saja, usia sudah 20 tahun tapi diperlakukan seperti anak sekolah dasar.
"Bahkan kak Luhan yang berusia dua puluh empat tahun itu?" Kyungsoo membola, Zitao reflek memundurkan kepalanya kebelakang, raut wajah mengerikan nampak diwajah Zitao yang cantik. "Kyung-iie, matamu… seram,"
Kyungsoo semakin membola mendengarnya, seperkian detik untuk Kyungsoo merubah raut wajah imutnya ke-ekspresi normal. Kyungsoo lantas terkekeh, "Ma'af barbie,"
Zitao kembali duduk dengan benar, bibir bawahnya maju kedepan beberapa centi, ia kembali menyesap rasa es krim yang ia pesan sebelum mengangguk dengan lemah, "Yup, dia juga tidak boleh pergi kemana-mana bersama kekasihnya, si Sehun–Sehun itu."
Kyungsoo menggeleng prihatin, ia menatap sahabatnya yang kerap ia panggil 'Barbie' dengan pandangan berduka, kasihan sekali nasib sahabat Barbienya ini. Inilah konsekuensinya sebagai putri mantan anggota angkatan darat yang dilatih sempurna penuh dengan kedisiplinan. Jadi didikan yang diterima pun seperti didikan kemiliteran.
"Suruh mereka menikahi kalian saja."
.
.
.
"NAH!" / "NAH!"
.
.
.
Xiumin tersentak kaget mendengar Luhan menggebrak meja kerjanya dengan cukup nyaring, terbukti dengan akibat yang ditimbulkan, mata para karyawan lain menatap kearahnya dengan pandangan seolah mengatakan, "Harap tenang, Kim."
Xiumin menunduk samar seolah meminta ma'af akibat ulah Luhan barusan, "Heh! Rusa betina! Kau bisa membuat mereka melemparimu lembaran berkas kepadamu, kau tahu?"
Luhan mengerjap menggemaskan, ia menatap Xiumin seolah ia tidak melakukan kesalahan apapun baru saja, membuat sigadis chubby bersurai coklat emas itu memutar bola matanya malas.
"Nah itu!" lanjut Luhan dengan semangat empat limanya yang masih menggebu-gebu, "Nah itu—?" Xiumin menjawab sarkartis, ia bahkan lebih memilih kembali melanjutkan kegiatan nya mengetik laporan yang harus ia serahkan kepada manager mereka —sekaligus kekasihnya— Kim Jongdae.
"Iya! Kau baru saja memberikan aku ide cemerlang—" Luhan masih asik menatap kearah Xiumin yang tidak balas memperhatikan dirinya, tapi Luhan tak perduli ia kembali melanjutkan, "—aku akan meminta Sehun menikahiku."
.
'tek-'
.
.
Xiumin masih cuek saja mengetik, ia tidak memperdulikan Luhan yang tersenyum penuh misteri dan berandai-andai dengan sangat menggelikan, "Bagaimana menurutmu, Xixi?" Luhan bertanya pada gadis berkemeja abu-abu yang juga telah menjadi sahabatnya ini semenjak masih dibangku SMA, Xiumin hanya menjawab, "Ya, terserah padamu saja." ia lalu menekan tombol ctrl + p pada keyboard laptopnya yang menyala, ganti mengarahkan pandangan matanya kearah printer hitam disamping kiri meja kerjanya yang penuh dengan hiasan tokoh kartun 'Hacci', tokoh kartun lebah asal jepang.
'tek-tek-tek'
.
Perlahan kertas putih itu tidak lagi menjadi putih seperti semula, kini deret kalimat sudah mengotori kertas putih ukuran A4 itu. Luhan yang mendengar jawaban Xiumin menjadi sedikit kesal, "Kenapa jawabnya begitu sih?" bibirnya mengerucut, Xiumin yang mendengarnya hanya mampu menghela nafas, ia kemudian mengambil 10 lembar kertas yang telah terisi deret laporan keuangan perusahaan nya itu dengan sigap.
Xiumin lantas berdiri dari kursi empuk ber-roda miliknya, hendak melangkah keruangan Jongdae, Managernya. Sebelum kaki langsing itu bergerak semakin menjauh, Xiumin menyempatkan untuk membalik tubuh mungilnya kearah Luhan yang masih setia mengerucutkan bibir berlipgloss pink yang mungilnya.
"Kalau kau tak lupa, ia baru saja lulus SMA,"
Dan dengan itu Xiumin melangkahkan kakinya lagi, mengetuk pintu bercat coklat dengan papan nama yang menggantung bertuliskan "Kim Jongdae" itu dengan pelan. Meninggalkan Luhan yang menghela nafas dengan lelah.
.
.
.
Jongdae membaca deretan informasi keuangan dari perusahaan mereka bulan ini yang baru saja diserahkan Xiumin padanya baru saja, matanya awas membaca deret kalimat dan deret angka serta nominal yang tercetak jelas dikertas putih dalam genggaman nya.
Xiumin dihadapan-nya justru sibuk menautkan jemarinya dan menatapnya dalam, sesekali ia tersenyum kecil menggemaskan tanpa ada alasan jelas.
.
Jongdae yang tadinya tenang-tenang saja menjadi terkekeh kecil, membuat Xiumin turut menatap kearahnya dengan mata jenakanya yang berkedip sesekali, "Ada apa pak?" tanya nya bingung melihat reaksi Jongdae yang tertawa tampan.
"Tak apa—," sahut Jongdae setelah ia berhasil meredam tawa maskulin nya, ia berdehem sesekali dan membenarkan kerah kemejanya sebagai kegiatan basa-basi. "Tolong lembar yang ini kau ketik ulang ya,"
Jongdae menyerahkan selembar kertas yang tadi Xiumin berikan kepada dirinya, Xiumin mengkeret, tanpa basa-basi ia membungkuk dan pamit undur diri untuk melakukan apa yang barusan diperintahkan boss —tampan— nya ini.
.
.
Anggaplah Xiumin ceroboh dan tidak teliti, karena saat ia membaca lembar yang baru saja ia berikan pada Jongdae dan pria bersurai hitam itu berikan kembali pada dirinya ia jadi merasa sangat bodoh dan ceroboh. Ia sudah duduk di meja kerjanya lagi, tangan kanan nya menjadi bantalan wajahnya yang bertumpu manis, sedangkan tangan kirinya masih menggenggam selembar kertas itu dengan erat, sesekali suara ringisan "Uhh~ aku bodoh." Mengalun dari belah bibir mungil nya, membuat Luhan yang baru saja berjalan melewatinya menghentikan langkahnya,
"Kau kenapa Xixi?" Luhan bertanya pelan, heran melihat teman baiknya ini seperti tengah mendapat kabar jika ia adalah seorang laki-laki bernama Kim Minseok,
"Xi?" ulang Luhan lagi, ia mendekatkan wajahnya kearah Xiumin yang belum mau memberikan jawaban.
Tangan Xiumin bergerak lemah, memberikan Luhan secarik kertas yang ia genggam sedari tadi.
.
Setelah Luhan membacanya, ia menjadikan dirinya sebagai objek tatapan mata tajam orang disekitarnya karena tawanya yang menggelegar.
.
"Ahaha.. Apa-apaan ini, Xiu? Ahaha.. apa kau bodoh?"
.
.
Xiumin menghantam pelan keningnya dengan meja kerja coklat lattenya, menyisakan Luhan yang tertawa membaca deret kalimat di secarik kertas print-an Xiumin.
.
.
"Nikahi aku,"
.
.
'Ini gara-garamu rusa betina, aku jadi salah ketik. Uh~'
:
:
:
:
..O..
"Ayah akan menikahkan kalian secara berurutan mulai dari yang lebih tua terlebih dahulu."
.
.
Kalimat sang Ayah terus mengiang ditelinga si bungsu, jika memang ia ingin menikah dengan Yifan-nya, ia harus membujuk agar kakaknya juga bersedia menikah terlebih dahulu.
.
.
.
"Kau mau membujuk Joonmyun menikahiku?" Lay menatap adik kecilnya ini dengan pandangan heran dan terkejut yang berpadu, Zitao mengangguk manis, poni rambutnya bergerak seiring gerakan kepalanya keatas dan kebawah.
"Angel sayang, Joonmyun itu adalah seorang laki-laki penakut." Lay menghela nafas lemah, genggaman pada gelas berkaki ramping dalam genggaman nya menguat, cairan berwarna orange itu bergerak lembut karena guncangan yang dilakukan Lay. "Dibentak Ayah saja ia limbung, apa lagi melamar."
Raut wajah Lay melemah mengingat Joonmyun yang mengkeret mendengar geretakan sang Ayah beberapa bulan yang lalu. Zitao meneleng, wajahnya bertumpu pada tangan kanan nya. Mendadak senyum ceria berpendar diwajah barbie nya, "Kalau begitu, buat dia menjadi berani melamar Jie-jie,"
.
.
Lay membola.
.
.
.
.
"Apa?!" Baekhyun melotot lucu, ia baru saja selesai membilas tubuhnya yang putih bersih sehabis seharian melatih Tabi—dan bersenda gurau dengan kakaknya yang tampan— belajar bermain biola, untuk setelahnya ia menemukan kakak tertua-nya sudah duduk manis bersila sembari membaca majalah fashion mingguan Baekhyun diatas kasur empuk miliknya,
Luhan mengatakan hal yang membuat kepalanya berdebam, gadis tertua keluarga Choi itu mengatakan jika Baekhyun harus segera menikah guna mengurangi hal-hal aneh yang mungkin saja ia dan Chanyeol lakukan.
"Iya, Chanyeol harus segera melamarmu, Baekkie-ah," ulangnya melihat Baekhyun terdiam sembari memegangi kepalanya yang tersunggi handuk yang menggulung rambutnya.
Baekhyun mendapati kesadaran berkumpul kembali segera menatap sang kakak remeh, "Ya, baik. Kau ya yang harus membuat dia mau melamarku."
Si cantik ketiga itu tidak mengetahui jika apa yang baru saja dikatakan bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan si gadis tertua berwajah boneka jeni ini, Luhan tersenyum dengan pendar ceria dan penuh kebahagiaan. "I'll try dongsaeng-iie,"
Baekhyun hanya mengangkat bahu cuek tanpa berniat menatap wajah sang kakak yang tersenyum terang
.
.
.
"err, oh iya Baek."
"Ya?"
"Lehermu merah lagi? Chanyeol bermain ganas lagi hari ini?"
"…"
/
.
.
.
.
.
TO BE CONTINUED.
Let's review,
leave your review and I'll update soon.
Pai-Pai.
.
p/s : SCTD kemarin saya ketik tgl 19, jauh sebelum konfirmasi Kris yang memilik hengkang, jadi saya belum tahu, waktu itu dia bener-bener bakal keluar,
so, please understand it, guys.
p/s/s : meskipun Yifan minggat, ane gak akan buat FF angst yang mendayu-dayu, ane gabisa soalnya /buagh/
.
The real "Pai-Pai."
