Apocalypse : Road to Evolution
Disclaimer: I don't own anything from Naruto manga. But this fic is mine
Rate: M
Pair: Naruto x …
Warning : Don't Like, Don't Read, and not perfect.
Summary : Dia yang berjalan bergandengan tangan dengan kegelapan, dia tidak lagi hidup dibawah pelukan dingin kematian. Dia yang kembali dari bayang-bayang kematian akan memulai jalan menuju kemuliaan. Dia akan membenahi garis orang-orang yang disayanginya.
Gelap
Hanya satu hal ini yang dapat kulihat, bagaikan tak berujung. Semuanya gelap.
Pertarungan itu, memberitahuku jika tubuh ini masih lemah, dan aku hanyalah manusia biasa. Bahkan, dengan kemampuan ini aku masih tetaplah manusia.
Namun, suara ini mengingatkanku dengan namaku. Naruto.
"Naruto." Suara ini, aku mengenalnya. Dia sahabat terbaikku yang mengorbankan dirinya untuk melindungiku agar mencapai tujuan yang kami impikan. Tapi maafkan aku sahabatku, semua keinginan dan pengorbananmu tak dapat kuwujudkan. Aku masih lemah, sengatlah lemah.
"Hey! Pirang, bangun!" Hah, panggilan ini. Anak ini, nostalgia yang benar benar indah. Aneh, kenapa..?
TAKK
"Kapan kau memulai kebiasaan tidur dikelas Naruto!"
..
Mata biru shappire itu terbuka, dengan sedikit warna merah yang berada diretina matanya Naruto terbangun. Beberapa kali menggosok matanya untuk membiasakan cahaya yang masuk kedalam matanya sekaligus untuk melihat siapa yang membangunkannya. "Ayame-neechan?!" Terkejut dengan sedikit ekspresi tak percaya Naruto menatap sosok yang berdiri didepannya dengan tangan yang disilangkan dibawah dadanya.
"Sudah berapa kali kuperingatkan jika diarea Universitas kau harus memanggilku Ayame-sensei!" Namun kata kata dari Ayame barusan sama sekali tak digubris oleh Naruto yang masih mempertahankan ekspresi tak percayanya. Dia menoleh kearah kanannya, disana dia mendapati seorang pemuda berambut hitam yang diikat dibagian atasnya.
"Shikamaru?" Naruto bergumam dengan nada lirih yang bahkan Shikamaru yang tepat berada disisi kanannya tak mendengarnya. Lalu tak lama Naruto menoleh kesisi kirinya, disana dia menemukan pemuda berambut coklat yang menatap bingung kearahnya. "Issei?"
Naruto dengan cepat sadar, dia tahu jika dia tidak berada dizamannya lagi. Dia berdiri dan membungkuk dalam kearah dimana Ayame berdiri. "Maafkan aku Ayame-sensei." Setelah mengucapkan kalimat barusan, Naruto kembali duduk dikursinya dan melihat Ayame yang sedikit mengerutkan dahinya, begitu pula dengan seluruh teman sekelasnya.
Namun hal tersebut tak berlangsung lama, dan Ayame kembali berjalan kearah kursinya untuk kembali menjelaskan apa yang mereka pelajari kali ini. Disisi lain, Naruto kini merogoh smartphone yang berada disaku celananya. Matanya segera tertuju pada tanggal dan waktu yang tertera disana. Ekspresinya mengeras saat melihat tanggal 13 Maret 2013 dan pukul 12.49 yang menunjukkan waktu kala itu.
"Naruto, apa kau sakit hari ini?" Shikamaru yang merasa sahabatnya ini aneh menatap kearahnya dengan ekspresi menyelidik. "Kau sedikit aneh hari ini." Giliran Issei yang angkat bicara, Naruto yang melihat kearah mereka berdua secara bergantian dan hanya melontarkan senyum kecil diwajahnya.
"Apa kalian percaya jika hari ini akan terjadi kiamat?" Naruto berucap dengan nada yang cukup keras, alhasil beberapa teman sekelasnya menatap kearahnya. Bahkan Shikamaru dan Issei menatap kearahnya dengan matanya yang berkedip beberapa kali dengan cepat.
"Kau masih mengigau?" Beberapa orang tertawa, namun Naruto hanya melontarkan senyum kecut kearah mereka. Ayame yang memang sedari tadi hanya menerangkan tentang pelajaran menatap kearah Naruto dan berjalan kearahnya. "Keributan apa lagi yang kau lakukan Naruto."
"Naruto bilang jika hari ini akan kiamat sensei!" Salah satu anak disana menjawab dengan nada yang keras dan berakhir dengan teman sekelas mereka menatap Naruto dengan ekspresi terkejut. Begitu pula dengan Ayame, dia hanya dapat memegang kepalanya dan bergeleng beberapa kali.
"Terserah kalian percaya atau tidak, namun hari ini tepat pada pukul 13.13 semua hal itu akan dimulai. Kalian semua tentu tahu dengan dimensi, jika satu dimensi adalah garis, dua dimensi adalah bidang, tiga dimensi adalah padat dan empat dimensi terdiri dari ruang dimensi ketiga dengan panambahan sumbu waktu dan seterusnya. Juga aku percaya jika dialam semesta yang luas ini ada sejumlah N dimensi." (maksud dari 'N' adalah tak terhitung)
"Sejak kapan kau jadi pintar Naruto?" Salah satu orang disana menimpali apa yang dikatakan Naruto, namun hanya tatapan tajam Naruto saja yang dia dapatkan. "Dengarkan saya!" Naruto berucap dengan nada yang sedikit lebih keras dari sebelumnya.
"Tepat pada pukul 13.10, Bumi akan mengalami banyak gelombang kejut dan retakan dimensi akan muncul. Bersamaan dengan itu, badai kosmik akan menyapu seluruh bumi dan ini akan mengakibatkan perubahan hukum bumi, gravitasi, iklim, geografi dan perubahan lainnya..." Naruto diam beberapa saat dan menatap kearah wajah penuh kejutan dari semua teman sekelasnya bahkan dari Ayame.
"...Kalian semua pasti tak akan percaya kehancuran apa yang akan ditimbulkan oleh serangan badai kosmik, manusia akan menerima pukulan berat! Alat elektronik seperti smartphone, AC, laptop, dan semuanya akan menjadi benda tak berharga, dan ketika saat itu tiba... semuanya akan berubah, ini akan menjadi era primal! Brutal! Gelap, dan tentu saja Berdarah!" Wajah Naruto berubah serius saat mengatakan hal barusan.
Naruto mengedarkan pandangannya kearah seluruh orang yang ada dikelas itu. "Namun segala sesuatu yang telah ku sebutkan tadi hanyalah sebuah permulaan, akan ada lebih banyak kejadian yang lebih menakutkan dan mematikan yang akan datang." Naruto mengakhiri kata-katanya dengan hembusan nafas pelan.
"Naruto, apa kau bodoh? Sekarang sudah 2013 dan ramalan kiamat 2012 sudah terbukti sebagai berita bohong. Siapa lagi yang akan percaya dengan ramalan hari kiamat bodoh ditahun ini!" Hampir seluruh mahasiswa dan mahasiswi dikelas mengangguk dengan serempak.
"Naruto, sudah cukup dengan apa yang kau katakan kali ini. Kau aneh hari ini, apa yang sebenarnya kau inginkan?" Issei menepuk pundak Naruto dan bergumam sedemikian rupa. Naruto yang mendengar perkataan Issei barusan menoleh kearahnya. "Percayalah Issei, apa yang kukatakan bukanlah sebuah kebohongan belaka." Naruto menatap kembali kearah smartphone yang ada digenggamannya lalu beralih kearah teman teman sekelasnya.
"Perhatikan dengan cermat teman-teman apa yang akan terjadi berikutnya." Naruto berucap seraya dalam hati menghitung setiap detik waktu yang berjalan. Semua orang dikelas saling pandang dengan ekspresi aneh, antara percaya dan tidak. Beberapa menit berlalu dalam keheningan, bahkan Ayame selaku dosen di Universitas ini hanya diam dengan beberapa kali melirik kearah arloji ditangannya.
Kala waktu terus berjalan dan waktu mulai menunjuk kearah angka menit kedelapan suara Naruto memecahkan keheningan yang terjadi. "Sekarang, cepat tutup telinga kalian karena akan ada ledakan guntur yang cukup membuat telinga kalian berdenging."
"Seolah aku akan percaya dengan kata-katamu! Jika benar ini akan membuktikan apa yang kau katakan kepada kami, jika tidak semua kata-kata yang kau lontarkan hanya..." Bahkan, sebelum mahasiswa tadi selesai mengucapkan kata-katanya sebuah ledakan suara petir terdengar!
Ledakan!
Ledakan tadi begitu kuat bahkan jendela dikelas tempat mereka berada gemetar, belum lagi dengan gendang telinga mereka yang berdenging.
"Ah~!"
Salah satu mahasiswi menjerit dan dengan cepat menutup kedua telinga dengan kedua telapak tangannya. Disisi lain semua orang dikelas selain Naruto memiliki wajah pucat dengan ekspresi ketakutan, beberapa bahkan mulai meneriakkan kata-kata yang maknanya hampir sama.
"Itu.. itu.. ledakan! Sambaran petir!"
Sebagian besar murid disana menatap kearah Naruto yang masih tetap memasang ekspresi datar diwajahnya. Shikamaru dan Issei pun sama, mereka berdua masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan. "Naruto... Apa... Apa yang sebenarnya terjadi disini." Issei melontarkan kata-katanya dengan diikuti oleh nafas yang berat. Naruto yang mendengar pertanyaan Issei menatap kearahnya seraya membuka kedua matanya.
"Kiamat." Satu kata yang diucapkan Naruto berhasil membuat semua orang dikelas itu tersentak secara bersamaan. Naruto berdiri seraya menatap kearah luar jendela...
"Tidak ada waktu lagi... Lanjutkan apa yang akan kalian lakukan, dalam dua menit langit cerah yang sekarang kalian lihat akaan sirna dan digantikan dengan kegelapan... Atau, kalian semua dapat mencoba menggunakan smartphone kalian dan melihat apakah masih ada sinyal." Selesai dengan kata-katanya Naruto menepuk pundak Shikamaru dan Issei lalu berjalan keluar.
"Kemana kau akan pergi Naruto! Tetap disini, atau kau ingin melarikan diri setelah membual! Kelas belum..."
"Aku akan mencari senjata! Shika, Issei, ayo!" Shikamaru dan Issei saling menatap dan mulai beranjak. Tapi suara Ayame kembali terdengar. "Apa yang kau katakan?!" Naruto berhenti dan menatap tajam kearah dosen yang memang adalah tetangganya ini.
"Kapak Darurat!" Naruto menjawab dan mulai berbalik diikuti dengan Shikamaru dan Issei yang masih memasang ekspresi bingung diwajahnya.
"Apa kau gila! Berhenti Naruto, kau akan dihukum jika melakukannya!"
"Aku tak peduli..! Kita akan bicara lagi setelah aku mendapatkan senjata, Ayame-neechan!." Ayame yang mendengar apa yang dikatakan Naruto cukup terkejut, selama ini Naruto adalah anak yang sopan namun baru kali ini dia dibentak oleh anak ini. Ayame berniat mengejar Naruto namun niat itu diurungkannya kala salah satu anak dikelas berteriak.
"Ini nyata! Sinyal di smartphoneku menghilang!" Ayame yang mendengar apa yang dikatakan salah satu mahasiswi disana terkejut untuk kesekian kalinya. Satu persatu anak disana dengan gelisah mengeluarkan smartphone mereka dan menemukan jika smartphone mereka tidak memiliki sinyal.
Ayame mulai panik, guntur dapat diprediksi oleh Naruto barusan bisa dianggap sebuah kebetulan, namun bagaimana caranya Naruto dapat memprediksi dengan menghilangnya sinyal secara bersamaan? Ini membuktikan segala sesuatu tidak sesederhana seperti yang terlihat.
"B-bagaimana dia tahu...? Ini jelas jika apa yang Naruto katakan bukan sebuah lelucon?!" Tak hanya Ayame, bahkan seluruh orang dikelas merasakan hal yang sama. Namun, sebagai seorang dosen Ayame berusaha setenang mungkin.
"Kalian semua tolong jangan panik, sinyal yang terganggu bisa dianggap kejadian yang biasa bukan? Terlebih lagi barusan petir besar menyambar entah disuatu tempat." Beberapa orang mengangguk, namun beberapa malah semakin menambah kerutan dikening mereka. Namun...
"Si-sial! Awan... Awan hitam!" Suara seseorang yang berdiri tepat disamping jendela berhasil membuat semua orang disana menatap kearah luar jendela dan menemukan awan hitam berkumpul dilangit dengan kecepatan yang amat sangat cepat.
Gemuruh! Gemuruh!
Semua orang dikelas dengan cepat berkumpul dijendela dengan ekspresi ketakutan. Gemuruh berkali-kali terdengar, hal yang sangat amatlah langka terjadi, terlebih lagi dengan kecepatan berkumpul awan tadi seolah-olah awan muncul dari udara tipis dengan membawa tanda bahaya yang sangat besar. Dan dalam waktu kurang dari satu menit awan menutupi segala penjuru langit, siang bagaikan malam, matahari menghilang, udara berubah menjadi dingin dan angin menerpa kejendela dengan membawa nuansa horor.
"Apa ini lelucon?! Seperti kata Naruto! Dua menit!" Salah satu orang disana berkata dengan tangan yang mengenggam smartphone bergetar hebat. Mulai saat ini keraguan mereka tersapu dengan rasa takut. Beberapa gadis bahkan mulai merasakan kaki mereka lemas. Bahkan Ayame merasa jika tubuhnya mulai bergetar dengan rasa takut yang kuat.
"Tenanglah, tenang, bukankah Naruto berkata jika pertama-tama dunia akan mengalami pemadaman listrik massal dan semua peralatan listrik akan menjadi tak berguna? Seperti yang kalian lihat, laptop masih menyala? AC masih bekerja? Dan listrik masih hi..."
Bip~
Seolah-olah menjawab kata-kata Ayame, suara bip dari laptop yang mati terdengar, suara kipas AC berhenti berputar, dan layar smartphone berubah menjadi hitam! Perasaan dingin secara tiba-tiba menyapu seluruh inci tubuh semua orang didalam kelas. Ekspresi mereka tiba-tiba berubah kosong dengan mata mereka menuju kearah tempat terakhir yang mereka lihat.
Namun hal tadi hanya terjadi sesaat, mereka semua terbangun dan merasakan punggung mereka basah dengan keringat dingin.
"Ya Tuhan! Apa yang sebenarnya terjadi?! Aku akan terkejut sampai mati!" Kata-kata mahasiswa tadi diikuti dengan suara terjatuhnya beberapa gadis, bahkan ada beberapa orang yang hidung mereka meneteskan darah lalu membasahi pakaian mereka dengan warna merah. Bahkan ada beberapa mahasiswi yang mulai membasahi diri mereka sendiri.
Suara sesegukan mulai terdengar dari pada gadis, beberapa bergetar, beberapa lemas. Dibandingkan dengan para pemuda yang tangguh, tubuh para gadis lebih lemah begitu juga dengan mental mereka. Beberapa kejadian yang berlangsung kali ini berhasil membuat mereka ketakutan secara berlebihan.
Salah satu pemuda yang masih terpaku pada smartphone ditangannya terkejut kala tubuhnya merasakan sesuatu hal yang ganjil walau hanya sepersekian detik sebelumnya, dengan suara serak dia berteriak, "Badai kosmik!"
"Ini adalah badai kosmik yang Naruto katakan sebelumnya! Sensasi yang menyapu tubuhku sebelum listrik padam adalah badai kosmik, lalu hal tadi mengganggu peralatan listrik!" Semua orang menatapnya dengan pandangan kosong, mereka terdiam dengan bulu disekujur tubuh mereka berdiri.
"Berakhir sudah, semua yang dikatakan Naruto berubah menjadi kenyataan." Selesainya perkataan mahasiswa tadi secara tiba-tiba petir melintasi langit dan menerangi jarak yang amat jauh. Beberapa gadis menjerit, para pemuda memalingkan wajah mereka. Dan mulai dari titik ini teror yang sebenarnya dimulai.
To Be Continue.
Hallo... Sepertinya sudah lama tak berjumpa ya, mungkin hampir tiga tahun author kacangan ini hiatus dari FFn. Lama ya '-') Jadi, maafkan tentang hal itu ehehe... Hyrkn dengan panname sebelumnya adalah Searfont Graffity. Jadi kali ini author sudah menyiapkan sebuah fic baru yang mungkin bakal membawa nafas baru bagi para reader sekalian, mungkin sih ^_^
So, ini hanya awal, sebuah awal dari dimulainya cerita ini. Siapa lawan mereka, dan apa kemampuan mereka akan terjawab dichapter depan okey... Jadi sekian kata-kata dari author, mohon maaf jika ada salah kata dan bye~
Oh ya, jangan lupa meninggalkan Review berupa kritik dan saran.
~Hyrkn Out~
