A GrimNel family story. Hope you like it!

Please enjoy this story, minna!


"Ah, Dad nggak gahoelz!"

Grimmjow Jeagerjaquez melongo ketika anak sulungnya mengucapkan kata ajaib itu. Apa tadi? Gahoelz atau semacam itu.

Gamuza menghentakkan kakinya keras-keras ke lantai keramik putih, kemudian membanting pintu kuat-kuat setibanya di dalam kamar pribadinya. Grimmjow masih diam di tempat; mencoba mencerna maksud dari anak perempuannya yang sedang beranjak remaja itu, istilah kerennya: puber.

Pria paruh baya itu lantas mengalihkan pandangannya pada miniatur dirinya dengan rambut sehijau sang istri yang sedang memandanginya tanpa berkedip, "Apa? Kau mau bilang bahwa Dad nggak gahoelz juga?"

Anak laki-laki itu menggeleng, "Dad, kau cuma kudet, kok."

Grimmjow memijat keningnya untuk memahami istilah-istilah dari negeri antah berantah itu. Melihat suaminya nampak mulai kesal, Neliel mengelus lembut lengan Grimmjow, "Mereka baru beranjak remaja. Kau maklum, kan?"

Keputusannya untuk memiliki dua anak saja ternyata memang sangat tepat.


A Grimmjow Jeagerjaquez/Neliel Tu Oderschvank fic
Alternate Universe

-#-

Dua Anak Lebih Baik
[Lelah... lelah...]

-#-

Bleach © Tite Kubo
Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fanfiksi ini


Sudah putaran kedua—jempol Grimmjow sudah lelah mengganti channel televisi. Tidak ada acara yang bagus; hanya disuguhi sinetron, sinema, sinetron, sinema. Bahkan acara berita pun menayangkan berita yang sama dengan yang ia tonton tadi pagi. Kalaupun ada option lain; seperti acara talk show atau quiz misalnya, yang ditampilkan hanya artis yang itu-itu lagi.

Televisi sudah kehabisan bahan untuk dijadikan acara.

Pria berambut biru itu menghela nafas lalu mematikan televisi, setelah sebelumnya ia menghempaskan tubuhnya ke sandaran sofa berwarna hijau tosca.

"Kenapa dimatikan, Dad?" Panthera mengambil remote televisi yang tadi Grimmjow letakkan di sampingnya.

"Tidak ada acara yang bagus."

"Oh," si bungsu yang berbeda hanya dua tahun dari kakaknya itu kemudian meletakkan remote di meja kaca yang terletak beberapa meter dari tempat Grimmjow duduk.

"Panthera."

"Hn?"

"Kudet itu apa?"

Panthera facepalm. Anak laki-laki berusia tiga belas tahun itu menempatkan diri di samping ayahnya, kemudian memegang bahu sang ayah dengan mantap. Grimmjow kadang-kadang bingung harus senang atau marah dengan perilaku yang agak-sok-tua ini. Besok ia harus segera menjauhkan Panthera dan Ulquiorra jika si wajah emo itu berkunjung ke kediamannya.

"Dad, kudet itu artinya kurang update, alias, Dad sudah ketinggalan zaman."

Detik berikutnya mulut Grimmjow membentuk huruf-O ria.

Panthera melepaskan tangannya dari bahu Grimmjow kemudian beranjak dari sofa, tepat ketika handphone Grimmjow berbunyi.

From: Gamuza (+80-4115-xxxx)

4y4h, 4kU 4k4n pUL4n9 t3rL4mb4T h4Ri 1n!

"NEEEL!"

"Ya?" Neliel menyahut dari dapur.

"Kau belum mengganti handphone Gamuza dengan kalkulator, kan?"


Neliel menempatkan diri di samping Grimmjow ketika sang suami sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil mengganti-ganti channel televisi. Pria itu lantas menarik Neliel ke dalam pelukannya dan memberikan kecupan singkat di dahi. Neliel tersenyum tipis.

"Soal Gamuza..." Neliel membuka pembicaraan.

"Aku tidak paham dengan emosinya yang mulai tidak karuan, mengatakan bahwa aku tidak gahoelz, lalu..." Grimmjow menghela nafas, "kebiasaannya mengirimkan sms seperti rumus matematika."

"Dia sedang dalam masa remaja sekarang, Grim."

"Aku pun dulu pernah remaja, Nel."

Neliel tertawa kecil, "Kau pasti mengerti apa yang harus kaulakukan," lanjutnya sebelum menempatkan diri senyaman mungkin dan mulai memejamkan mata.

Anak perempuan yang temperamen dan anak laki-laki yang suka bertingkah lebih tua daripada usianya. Grimmjow menghela nafas panjang dan mematikan televisi; tidak ada acara yang bagus lagi. Satu hal—kudet adalah istilah yang didapat dari sebuah iklan di televisi.

Grimmjow tahu apa yang harus ia lakukan.


"Dad! Dad!" Gamuza berlari-lari kecil sambil membawa sebuah brosur di tangannya, figur Neliel berusia lebih muda dengan rambut biru itu terlihat sangat senang dengan senyum merekah di wajah.

"Ya?" Grimmjow menjawab dan membenarkan posisi duduknya di sofa.

Hari itu hari Minggu, beberapa hari sebelum ulang tahun Gamuza. Grimmjow tengah menemani Panthera yang bermain dengan tabletnya—benda kotak berukuran kurang lebih sepuluh inchi yang bisa membuat Panthera duduk diam dan tenang.

"Dad! Lihat! Ini Samsung Galaxy S5 yang baru saja keluar! Harganya sangat murah kalau memakai kartu ini..." dan lima menit berikutnya, Gamuza tiada beda dengan para SPG yang ada di toko handphone.

"Lalu?"

"Dad belikan aku ini, ya? Supaya aku nggak kudet!"

Grimmjow melirik putri sulungnya, kau sih, pakai ponsel apa saja, ujung-ujungnya akan tetap mengirimkan SMS dengan kalkulator.

Bicara soal kudet, Grimmjow teringat sesuatu. Pria bertubuh tegap itu bangkit dari tempatnya duduk tanpa menjawab pertanyaan dari putrinya. Senyum Gamuza merekah, berharap ayahnya akan mengambil dompet dan mengizinkannya membeli ponsel baru itu.

"Ini."

Beberapa menit kemudian, Grimmjow kembali sambil membawa mie instant cup di tangannya.

"Dad sudah beli ini supaya tidak kudet dan jadi gahoelz."

Panthera melirik sang ayah dari ekor matanya sementara Gamuza memandang adiknya dengan tatapan apa-yang-kau-ajarkan-pada-Dad?

"Dad salah?"

Sudah, jangan bertanya, Dad. Jangan bertanya...

Gamuza menghela nafas.


おわり
—26/8/2013 | 22:32 | 773 words (story only)—


#curhat: Pelampiasan penat setelah mengurus ospek mahasiswa baru. Sekaligus usaha untuk mengusir WB yang sedang betah-betahny hinggap. Hihihi... teman-teman lagi sibuk dengan sekolah juga kah? Atau ada yang baru ospek juga? Selamat menempuh jenjang pendidikan baru!

Nee, mind to RnR, readers?