When Juliet Wants to be Cinderella

Vocaloid (Rin & Len)

Disclaimer:

-Vocaloid diciptakan oleh Yamaha Corporation

-Lagu Romeo and Cinderella dibuat oleh Doriko

-Kagamine twins' cover song oleh KurohaAi

Languange: Indonesia

Fic pertama saya! Banzai! *ditendang*

Saya author baru, dan mungkin tak akan terlalu aktif, karena kesibukan di dunia nyata...Fic gaje ini adalah perwujudan dari imajinasi aneh saya. Oke, langsung saja kita mulai~

Please do not let my romance become just like Juliet's was, a tragedy

Please run away from here with me...

That's all I ask of you

Saat itu merupakan hari yang cerah. Bel tanda istirahat berdering. Hiruk pikuk murid-murid sekolah yang tak ada habisnya. Aku menjalani aktivitas sekolah seperti biasa. Namun tak pernah terbesit di benakku, bahwa hari itu adalah hari di mana takdirku berubah.

Hari itu merupakan awal dari segalanya. Aku hendak membaca buku di perpustakaan. Buku yang hendak kubaca adalah novel tragedi Romeo dan Juliet. Sebenarnya aku sudah pernah membacanya, namun aku tak pernah bosan untuk mengagumi kisah cinta mereka. Saat aku mencari buku itu, pandanganku secara tak sengaja tertuju pada pemuda yang sedang duduk di situ. Kelihatannya dia sedang belajar, sambil mendengarkan lagu dari headphone yang terpasang di telinganya. Aku kenal dia, karena memang dia adalah teman sekelasku.

Len Kagamine, lima belas tahun, seorang murid biasa dan juga teman sekelasku. Dia duduk di barisan paling belakang di samping jendela, dan aku duduk di barisan yang ada di depannya. Aku tak terlalu mengenalnya, bahkan belum pernah bicara sepatah kata pun dengannya. Tidak kusangka dia menghabiskan waktunya di sini. Aku ingin menyapanya, namun kelihatannya bukan waktu yang tepat mengingat dia sedang konsentrasi belajar. Untunglah, kursi di sebelahnya kosong. Aku memutuskan untuk duduk di sebelahnya dan mulai membaca novel.

"Rin Kagamine?" tiba-tiba dia membuka pembicaraan sambil melepas headphonenya dan menggantungkannya di lehernya.

"Ya? Eh...kenapa kau tahu namaku?" tanyaku agak kaget.

"Kau ini bagaimana sih, kita kan sekelas..." katanya sambil tertawa kecil.

"Oh iya, ya...hehe..." jawabku gugup. Baru kali ini aku melihat dia tertawa. Sungguh wajah yang manis.

Kalau dipikir-pikir, ini juga pertama kalinya kami berbicara satu sama lain. Aku jadi semakin bingung mau bicara apa. Aku tak tahu topik pembicaraan apa yang bagus. Tak terasa sudah tujuh menit berlalu. Kami tak melanjutkan pembicaraan. Namun aku sendiri sudah tak bisa berkonsentrasi membaca novel ini. Gosh, ada apa denganku?

"Nama kita..." dia kembali membuka pembicaraan.

"Eh?"

"Nama keluarga kita...sama-sama Kagamine, ya?"

"Benar juga..." kataku sambil berpikir. Oh iya, nama keluarga kami sama-sama Kagamine. Dulu saat pembagian kelas pertama kali juga banyak teman-teman yang salah mengira bahwa kami saudara.

"Tapi rasanya kita sama sekali bukan kerabat dekat. Orang tuaku tak pernah bercerita bahwa aku punya sanak saudara yang juga bersekolah di sini." jelasku panjang lebar.

"Kuharap juga begitu..." katanya dengan nada agak cemas. Apakah ini hanya perasaanku saja?

"Memangnya kenapa kalau nama keluarga kita sama?" tanyaku basa-basi.

"Ah tidak, aku hanya penasaran saja."

"Oh.."

Lagi-lagi suasananya hening. Ingin rasanya mengawali pembicaraan, tapi suaraku seakan tercekat di tenggorokan. Aku bingung, sebenarnya apa yang salah denganku?

"Panggil aku Len."

"Huh?"

"Kau boleh memanggilku Len. Mulai sekarang kita berteman, Kagamine-san." katanya sambil tersenyum.

"Bukankah kita memang teman sekelas?" tanyaku bingung.

"Bukan begitu, maksudku kita sekarang jadi partner." jelasnya.

"Partner? Kenapa tiba-tiba begitu?" tanyaku yang semakin bingung.

"Karena menurutku kau orang yang menarik, Kagamine-san." jawabnya singkat.

"Benarkah?" kataku sedikit gugup. "Baiklah, mulai sekarang kita partner. Jangan terlalu formal begitu, kau juga boleh memanggilku dengan nama kecilku."

"Benarkah? Aku boleh memanggilmu dengan nama kecilmu?" tanyanya untuk meyakinkan.

"Tentu saja boleh." kataku sambil tersenyum ramah.

"Baiklah, Rin-chan!" katanya dengan ringan.

"Hei, tak perlu pakai -chan!" kataku agak blushing.

"Hei kalian berdua, harap tenang di dalam perpustakaan!" kata penjaga perpustakaan. Orang-orang di dalam perpustakaan hanya tertawa kecil melihat kami berdua.

"Ma-maaf...!" kataku sambil membungkuk. Rasanya memalukan sekali!

"Ayo kita ke kelas, waktu istirahat sebentar lagi akan berakhir." katanya sambil memegang tanganku.

"Baiklah! Aku bisa jalan sendiri kok!" kataku sambil menepis tangannya, kemudian berjalan mendahuluinya.

"Kenapa? Malu, ya?" katanya dengan nada menggoda.

"Sama sekali tidak! Dan berhenti memanggilku Rin-chan!" kataku dengan wajah yang memerah.

"Hei, maaf deh...jangan marah seperti itu dong, Rin-chan-"

"Kubilang jangan panggil Rin-chan!" wajahku semakin merah padam.

"Tapi aku suka panggilan itu. Menurutku manis sekali, sama sepertimu-" tiba-tiba dia menutup mulutnya dan berhenti berbicara.

"Apanya yang manis? Eh-" aku juga berhenti berbicara, karena tertegun mendengar kalimat terakhirnya. "Apa katamu barusan?"

Aku bisa melihat wajahnya yang mulai memerah. Apa maksudnya ini?

"Ti-tidak ada apa-apa..." katanya sambil terus menyembunyikan wajahnya. "Maaf, aku mau ke toilet dulu, sampai ketemu di kelas!" kemudian dia berlari meninggalkanku yang mematung sendirian karena bingung. Apa aku barusan salah dengar? Dia berkata bahwa aku...manis?

Berbagai macam pikiran memenuhi kepalaku. Tanpa kusadari, wajahku kembali memerah. Aku meletakkan tanganku di dada dan memejamkan mataku. Aku bisa merasakan detak jantungku cepat sekali. Perasaan aneh apa ini? Baru kali ini aku merasakan hal seperti ini.

Sejak saat itu, entah mengapa rasanya aku ingin mengenalnya lebih dekat.

-Chapter 1: End-

Akhirnya fic pertama saya selesai sekaligus bersambung. Awal yang sangat...pendek. Entah apa yang ada dalam pikiran saya, berani-beraninya saya membuat fic nista ini setelah berulang kali terpesona mendengar lagu Romeo and Cinderella dalam dua versi. Sayangnya (atau mungkin untungnya), saya belum berani membuat yang versi Miku, jadi saya buat saja yang versi Kagamine twins (walau sebenarnya tak terlalu beda jauh). Tapi alasan sesungguhnya memang karena saya suka twincest! *dibakar* Maksud saya, saya memang suka Rin dan Len. Bagaimanapun, mereka berdua memang serasi~

Akhir kata, mohon reviewnya *salah* terima kasih sudah mau membaca fic sampah nan gaje ini. Saya tentunya akan senang sekali bila teman-teman sekalian mereview fic ini, walau hanya satu-dua kalimat. Mohon maaf apabila ada kata-kata ataupun informasi yang salah dalam fic ini.

Tunggu updatenya ya! *duagh*