Ryu : Halo minna semua! Lama tidak ketemu, ya... Aku memang lagi hiatus dulu beberapa minggu ini.

Rin : Tauk nih! Gambar aja kerjaannya!

Ryu : Yah... Gomen ne... aku lagi seneng gambar sih... :-P

Len : Ya udah ah! Langsung aja ke ceritanya. (smile )

Your Doll

Disclaimer : Yamaha Corporation & Crypton Future Media

Warning : OOC, AU, Typo(maybe), dll ;-)

Aku hanyalah bonekamu yang hanya bisa melihatmu, tanpa bicara, tersenyum, dan tertawa bersamamu. Kuharap, suatu saat nanti akan datang keajaiban yang bisa membuatku hidup di sisimu, selamanya.

Chapter 1 : Don't Let Me Away

"Len! Aku sudah pulang!", seru sebuah suara memanggilku. Aku sudah sangat mengenal pemilik suara itu. Dia adalah Rin Kagamine, "pemilik"-ku sekaligus sahabatku satu-satunya. Dia pun masuk ke kamarnya, tempat di mana aku selalu menunggunya pulang sekolah, tempat di mana aku hanya duduk diam dengan wajah datar.

Dia mengangkatku tinggi-tinggi sambil tersenyum manis. Tapi aku tidak bisa membalas senyumannya itu, atau menyapanya dan mengucapkan "Selamat datang."

"Ayo kita bermain di taman lagi!", serunya dengan riang sambil menggenggam tanganku. Aku hanya mengikutinya ke manapun ia pergi. Aku memang senang mengikutinya, lagipula aku tidak bisa memberontak. Rin berlari menuju taman dengan aku di tangannya. Tangan Rin yang terus menggenggam tanganku selalu membuatku merasa nyaman.

Di taman, kami duduk bersama sambil merasakan angin semilir yang berhembus meniup wajah kami. Rin merapikan rambutnya yang berwarna honey yellow yang dihiasi oleh pita pputih besar di atasnya. Lalu ia merapikan rambutku yang berwarna senada dengan rambutnya. Dia mengikat rambutku dengan gaya ponytail dan tersenyum melihatku.

"Entah kenapa, sepertinya kita mirip, ya?", katanya lembut. Aku hanya diam tanpa menjawab pertanyaannya. Aku memang tidak bisa berbicara dan menjawab semua ucapannya. Tapi perlahan-lahan aku melihat wajah Rin semakin muram, dan air mata menetes dari matanya ke wajahku. Dia menghapus air matanya dan memelukku erat.

"Len...", katanya sambil terisak "Apa salahku? Kenapa Tou-san seperti itu?" Air mata Rin mengalir semakin deras. Aku ingin sekali menghapus air mata di wajah Rin dan menghiburnya, tapi kalian tahu sendiri kalau aku tidak akan bisa melakukannya.

"Tadi Tou-san memarahiku dan pergi ke tempat teman-temannya lagi... Aku tidak mau Tou-san jadi seperti itu..." Ayahnya Rin, Leon Kagamine memang sering pergi minum-minum dan berjudi bersama temann-temannya sejak kematian Lily Kagamine, ibu Rin. Dia selalu memarahi Rin dan menyuruhnya bekerja untuk melunasi hutangnya yang semakin menumpuk.

Lalu, Rin menghapus air matanya lagi dan mencoba untuk tersenyum, walaupun senyumannya kali ini terlihat dipaksakan. Dia bangkit berdiri dan menggenggam tanganku lagi.

"Ayo kita pulang. Nanti Tou-san marah lagi.", katanya dengan senyum yang dipaksakan. Dia pun pulang sambil membawaku di tangannya.

Di rumah, Rin langsung berhadapan dengan wajah sangar ayahnya yang sedang marah. Sepertinya dia baru saja kalah berjudi. Wajahnya terlihat pucat dan matanya merah sembab. Pasti dia juga habis mabuk-mabukkan.

"Kenapa baru pulang? Bukankah seharusnya cucian dan makan malam sudah beres?", teriaknya membentak Rin. Rin hanya menundukkan kepalanya. Aku dapat melihat tubuh Rin gemetaran. Tangan Rin yang menggenggamku pun banyak mengeuarkan keringat dingin.

"Bukannya membantu Tou-san bekerja, malah bermain terus! Lebih baik cari pekerjaan untuk melunasi hutangku!"

"Urusai, Tou-san!", bentak Rin sambil meneteskan air matanya. Baru kali ini kudengar Rin berani membentak ayahnya.

"Tou-san hanya berjudi dan mabuk-mabukkan! Seharusnya Tou-san bekerja memenuhi kebutuhan kita, bukannya begini!" PLAK! Seruan Rin tadi berhasil memancing emosi Leon sehingga sebuah tamparan pun mendarat di pipi kiri Rin.

"Dasar kurang ajar! Daripada bermain dengan boneka buluk ini, lebih baik cepat cuci piring dan siapkan makan malam!", bentaknya lagi sambil merebutku secara paksa. Aku dapat merasakan sedikit robekkan di tubuhku saat tubuhku ditarik paksa oleh Leon.

"Jangan ambil Len, Tou-san! Jangan ambil Len!"

"Urusai!", bentak Leon lagi sambil berjalan keluar rumah sambil membawaku. Tentu saja genggamannya ini terasa sangat kasar dan memancarkan kemarahan, sangat berbeda dengan genggaman Rin yang terasa lembut dan hangat. Aku tidak tahu Leon akan membawaku ke mana, yang pasti, aku sudah tidak dapat mendengar suara teriakan Rin lagi.

. . .

Sudah hampir setengah jam Leon terus berjalan sambil membawaku, tapi ia belum juga menghentikan langkahnya. Aku bisa merasakan Leon mulai memperlambat langkahnya, dan akhirnya berhenti di sebuah bangunan yang menyerupai toko mainan. Aku bisa melihat mainan-mainan lain yang sama sepertiku, hanya bisa diam menatap dengan pandangan kosong tanpa berbuat apapun.

Leon menghampiri penjaga toko dan meletakanku di atas meja. Apa yang akan dia lakukan padaku?

"Boneka seperti ini bisa dijual dengan harga berapa?", tanya Leon membuatku terkejut. Apa dia akan menjualku?

"Yah, kalau dilihat sudah ada robekan di lengannya, tapi kualitas bahannya masih bagus." Aku merasa dunia di sekelilingku seperti hancur. Dia serius akan menjualku!

"Jadi, bisa dihargai berapa?", tanya Leon lagi setengah mendesak.

"20 yen.", jawab penjaga toko diikuti tangan Leon yang menyerahkanku pada panjaga toko itu, dan penjaga toko itu menyerahkan sejumlah uang pada Leon. Penjaga toko itu meletakkanku di salah satu rak di etalase toko.

Aku hanya bisa diam sambil menatap ke luar jendela melihat sosok Leon yang semakin menjauh dari tempat di mana aku duduk. Mungkin kalau aku bisa menangis, aku sudah menangis meraung-raung saat ini.

Apa ini artinya aku tidak akan bisa bertemu dengan Rin lagi? Rasanya ingin sekali berteriak memanggil Leon agar dia membawaku kembali, walau aku harus menjadi budaknya. Atau, semoga teriakanku bisa terdengan Rin agar ia menjemputku kembali ke rumah, dan berada di sisinya.

Tapi aku tidak akan bisa melakukan itu. Aku hanyalah sebuah boneka yang hanya bisa diam dan menatap dengan pandangan kosong, tanpa bisa bicara, tersenyum, menangis, atau tertawa bersama pemilikku.

To Be Continued

Ryu : Yeah! Jadilah sebuah fic singkat yang ribet dengan tata bahasa aneh! Gomen kalau amat sangat singkat, kan baru mulai ceritanya.

Len : Ng... Ryu... Kamu sehat, kan?

Ryu : Sehat. Kenapa?

Len : Fic kayak gini yang jadi kok kayaknya seneng banget? *dilemparin semangka*

Rin : Oke, daripada menyaksikan 'pertarungan' pisang vs semangka, mendingan review yuk! (smile )