Title : You are the nine tailed fox

Author: Micky_Milky
Genre: Romance/ Drama

Rate : T ( untuk sementara )

Inspiration from the Gumiho drama n Naruto Anime

Disclaimer: YunJae saling memiliki, DBSK milik orang tua, tuhan, dan Cassiopeia

Pairing: YunXJae… YooSuMin

Length: Chaptered

Warning : Typo, Yaoi, Ooc, Oc, alur kecepatan. Dll

.

.

.

Enjoy reading

Chap 1

.

.

Malam ini Seoul, Korea selatan terlihat sepi, rintik-rintik hujan masih terlihat menyelimuti kota besar di Korea Selatan itu. Beberapa pejalan kaki terlihat berlarian menghindari terpaan rintik hujan yang mungkin sebentar lagi akan menjadi hujan lebat.

Kim JaeJoong, pria cantik yang baru saja keluar dari sebuah perusahaan tempatnya bekerja menatap arloji yang betengger di lengan putihnya, memastikan malam belum terlalu larut untuknya berjalan pulang. Wajah cantik itu terlihat bersemu merah karena udara yang semakin mendingin.

"Apa Junsu sudah pulang?"

Pria cantik itu bermonolog sendiri, dengan sedikit merapatkan matel tebal dan membuka payung trasparannya, pria cantik itu berjalan pulang menembus rintik hujan yang mulai terlihat lebat.

.

.

"Aku pulang Junsu-ya."

Kim Junsu, pria imut itu keluar dari kamar mandi sambil mengusap-ngusap rambutnya yang terlihat masih basah. Dia baru saja pulang dari pekerjaan malamnya, membuatnya harus kehujanan tadi saat perjalanan pulang.

"Kau kehujanan, Junsu-ya."

Pria imut itu mengangguk, lalu duduk di samping JaeJoong yang sibuk membuka sepatunya.

"Jae Hyung, tadi Changminnie menghubungiku, dia ingin tidur disini karena kedua orang tua dan adiknya pergi ke Jepang untuk mendaftarkan JiYeon di sekolah menengah atas disana."

"Boleh, lagi pula akan sangat ramai jika dia tidur disini. Ah~ ajak YooChun Juga, agar kita bisa main kartu bersama nanti."

"Ne."

Junsu berjalan kearah meja nakas, mengambil ponselnya dan mulai menekan-nekan keypet ponsel itu. JaeJoong mengambil handuk yang tersampir di belakang pintu kamarnya, lalu berlalu ke kamar mandi.

Srek….

JaeJoong menoleh kebelakang saat pria cantik itu mendengar suara aneh yang tepat berada dibelakangnya. Karena tak menemukan apapun di sana, pria itu melanjutkan aksi 'Buka Baju' nya dan mulai membasahi tubuhnya dengan guyuran air.

.

.

Shim Changmin, pria berwajah sedikit imut (bagi saya) itu mengaduk mie instan yang baru saja dibuat JaeJoong untuk makan malam mereka. Maklum, JaeJoong dan Junsu hanya tinggal berdua. Kim JaeJoong itu adalah seorang karyawan di sebuah prusahaan tekstil di Seoul, sedangkan Junsu adalah seorang pelayan café yang juga merangkap sebagai teman satu kontrak JaeJoong, untuk menghemat biaya, Junsu dan JaeJoong sepakat untuk menyewa satu rumah saderhana yang biaya kontraknya murah, selain itu terkadang kedua pria ini juga di bantu membayar kontrakan oleh kedua rekan mereka, Park YooChun yang bertugas sebagai dosen tampan di Universitas swasta di Seoul dan Shim Changmin si jangkung tampan yang bekerja di agen penjualan barang milik sang ayah. Jangan Tanya kenapa mereka saling mengenal, karena mereka sudah bersahabat dari kecil.

Sebenarnya kedua rekan mereka itu masih tinggal bersama orang tua, hanya saja dari 7 hari dalam seminggu, terkadang keduanya sepakat untuk menghabiskan 4 harinya menginap di kontrakan kecil JaeJoong dan Junsu.

"Changminnie, coba untuk mengunya makananmu terlebih dahulu sebelum ditelan."

Pria tinggi itu menyengir saat mendapat satu nasehat sayang dari JaeJoong.

"Hyung, bisa untuk tidak memasakkanku Mie instan lagi, sekali-kali kau masak daging, Hyung."

JaeJoong memukulkan sumpitnya ke kepala Changmin, membut Junsu yang melihatnya tertawa keras.

"Daging terlalu mahal, lagi pula melihat porsi makanmu bisa-bisa aku dan Junsu bangkrut."

"Tapi aku juga ikut patungan untuk membayar kontrakan."

Jawab pria tinggi itu tak terima, JaeJoong meletakkan sumpitnya, lalu menatap Changmin galak.

"Porsi makanmu itu 5 kali dari porsi makanku dan Junsu, huh~."

Kali ini Changmin terdiam, bukan salahnya dikarunia perut karet, walau sebenarnya dia bersyukur, karena sebanyak apapun dia makan, perutnya tak akan buncit.

"YooChun lama sekali, apa dia jadi tidur di sini?"

Junsu mulai terlihat gunda, tadi setelah mandi, di sudah menghubungi YooChun untuk tidur bersama hari ini, tapi kelihatannya dosen muda itu belum juga sampai.

"Hyung… aku datang."

JaeJoong dan Changmin langsung berlari menghampiri pintu utama saat mendengar jeritan YooChun yang menggemah di depan kontrakan mereka.

"Kenapa baru datang? Kami hampir saja ingin meninggalkanmu tidur."

YooChun tersenyum, dibuka jaket kulit yang bertengger indah di tubuh atletis miliknya. Menyampirkan jaket itu di sofa lusuh milik JaeJoong.

"Jam mata kuliahku hari ini sangat padat, hyung. Belum lagi aku harus mengurusi beberapa mahasiswa pindahan."

YooChun berjalan masuk kedalam kontarak JaeJoong tanpa di suruh. Pria itu langsung duduk dihadapan Junsu dan mencomot sedikit mie instan yang di makan pria imut itu.

"Aku lapar, apa masih ada jatah mie untukku?"

JaeJoong berjalan ke dapur, menuangkan semangkuk mie dan memberikannya pada YooChun.

"Untung kau cepat pulang, terlambat semenit saja, aku yakin jatahmu akan habis dimakan Changminnie."

"Yak…!"

Changmin hendak protes, tapi dibatalkan saat melihat raut wajah mengerikan dari JaeJoong.

"Jae hyung, apa kau tadi menerima tamu selain kami?"

JaeJoong, Junsu dan Changmin memandang bingung pada YooChun yang asik menghirup kuah mie instannya. Dengan cepat JaeJoong menggeleng.

"Aniya, waeyo?"
YooChun berhenti dari makannya, memandang serius ke arah JaeJoong.

"Jinjjai? Aku baru saja bertemu seseorang saat perjalanan kemari, seorang pria yang baru saja keluar dari pagar rumah ini."

Junsu tertawa aneh, lalu menempuk bahu YooChun sebentar.

"Kau tahu, dari tadi hanya ada kami bertiga di sini, jangan coba-coba menakuti kami, kau berusaha menakuti Changminnie kan, karena kau tahu dia itu penakut."

Junsu melirik pada Changmin yang merengut sebal. Baru saja Junsu akan kembali menyuap makannya YooChun langsung memandang Junsu dengan horror.

"Aku tak bercanda, aku malah sempat berbicara, saat aku mengatakan kau siapa, dia hanya bilang kalau dia kenalan Jae hyung, dan mengatakan baru saja menemui Jae hyung. Kukira dia teman kantor Jae hyung, karena wajahnya sangat asing untukku."

"Mwo? Aku dari tadi di sini, dan tidak sama sekali menemui seseorang."

"Sudah jangan dipikirkan, lebih baik kau makan saja, dan jangan ungkit orang aneh yang kau temui itu, ceritamu membuatku merinding."

YooChun terkikih gelih saat Changmin dengan wajah kusut menyuap makannya asal.

"Siapa ya?"

.

.

Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini pun JaeJoong harus lembur dan pulang hampir tengah malam.

"Hah… kenapa harus aku yang melakukan kerjaan menyusun barang, ish… tubuhku capek sekali."

JaeJoong merutuk kesal. Dia memandang nanar pada jalan trotoar yang terlihat sepi, lagi-lagi dia harus melewati jalan ini. Andai gajinya besar, sudah pasti dia akan pulang dengan mobil pribadi atau setidaknya motor, tapi karena dia hanya pekerja biasa dengan gaji biasa, membuatnya harus bersabar untung dia bisa bekerja dan makan, hidup di kota Seoul bukan menyenangkan, bisa mendapatkan perkerjaan seperti sekarang saja sudah untung.

"Apa jam segini aku masih bisa menemukan Bus… ck, menelpon Junsu pun percuma."

Pria cantik itu berjalan lunglai, jarak tempatnya bekerja dan kontrakannya memang tak seberapa jauh, tapi dengan tubuh yang sangat letih jarak itu serasa tak bisa di tempuhnya dengan mudah.

"Eh…"

JaeJoong berhenti berjalan saat melihat cahaya terang di bawa sinar bulan purnama malam ini, jarak yang terbilang jauh dari sang objek, membuat objek itu terlihat samar-samar dari tempat JaeJoong berpijak.

Tapi karena rasa penasaran, pria itu berjalan dengan cepat kearah sumber cahaya, semakin dia mendekat, cahaya itu semakin meredup dan menghilang.

"Apa itu tadi."

JaeJoong bergumam pelan, tak ada satupun yang di dapatnya dari tempat itu, hanya kesan sunyi dan cahaya remang-remang dari purnama dan lampu neon jalan yang menerangi JaeJoong. Pria cantik itu menunduk melihat ke arah aspal saat di rasakannya sepatu kulit hitamnya menendang sesuatu.

"Ini?"

JaeJoong mengakat barang yang baru saja di tendangnya dan mendapatkan sebuah kalung berbentuk hurup 'W' dengan permata yang bertengger di masing-masing sudutnya.

"Waw~ penemuan besar, lumayan kalau aku jual."

Dan JaeJoong berjalan dengan riang meninggalkan tempat itu.

.

"Kau menemukannya? Coba simpan saja atau berikan kepada polisi, siapa tahu ada yang mencarinya."

JaeJoong merengut sebal melihat Junsu yang asik mengoceh tanpa melihatnya sama sekali.

"Aku tak akan memberikannya pada polisi, hmmm~ aku juga tak akan menjualnya, ini lumayan Junsu-ya, aku akan menyimpan kalung ini."

Junsu tetap santai membolak-balik novelnya, lalu membacanya berlahan.

"Junsu-ya… Junsu-ya…."

Junsu menoleh pada JaeJoong yang merengut.

"Wae Hyung?"

"Coba untuk melihat lawan bicaramu, aku tak suka kau mengacuhkanku."

Huh~ lihat sifat JaeJoong yang seperti umma itu. Bukan hanya Changmin yang sering kena omel, bahkan Junsu dan YooChun pun sering di omelinya saat melakukan sesuatu hal.

"Mian hyung, tapi ceritanya lagi sangat seruh."

"Ish… aku tidur saja, jangan lupa matikan lampu, dan tutup pintu serta jendela, ne…"

"Ne, arraso."

.

.

"Hari ini aku berencana membuat sop daging, Junsu-ya, apa kau mau?"

Junsu yang berjalan di samping JaeJoong sambil mendorong troli itu mengangguk semangat.

"Pasti hyung, sudah lama aku tak makan daging."

"Hahaha… aku baru saja menerima gaji, telpon Changmin dan YooChun, katakan untuk datang ke rumah malam ini."

"Ok… oh ya hyung, aku lupa mengatakan padamu, semalam ada seseorang yang menanyakanmu."

"Sungguh? Siapa?"

Junsu menepuk jidatnya keras, lalu menyengir.

"Mian hyung, aku lupa menanyakan namanya. Tapi dia mengatakan, aku bisa bertemu dengan JaeJoongie, yang mulia puteri JaeJoongie. Itu katanya?"

JaeJoong melirik Junsu tajam, lalu mendekatkan wajahnya agar sejajar dan berjarak sangat dekat dengannya, tak tahu saja JaeJoong kelakuannya mengundang banyak orang yang sedang berbelanja di mall untuk melihat adegan JaeSu itu.

"Kau tak bermaksud menggodaku kan, dengan mengatakan 'Puteri' pada namaku. Hmmm~"

Junsu menggeleng kikuk, dia merasa tersudutkan sekarang. Melihat reaksi Junsu, JaeJoong kembali membuat tubuhnya keposisi semula, lalu menyeret Junsu untuk kembali mendorong trolinya.

"Apa kau mengenal wajahnya?"

"Ani, aku tak mengenal wajahnya. Aku tahu beberapa temanmu yang sering datang ke kontrakan, tapi wajah orang itu sangat asing."

Junsu bergumam pelan, lalu mengambil garam dari rak dan meletakkannya di troli.

"Apa dia wanita?"

JaeJoong menyengir membayangkan seorang wanita mencarinya, ah~ lama dia tak dekat dengan wanita, terakhir dekat saat dia masih di Sekolah menengah atas dulu, itupun hanya sebulan, setelah itu JaeJoong harus tersenyum pahit saat melihat sang wanita malah menduakannya.

"Ani, seorang pria, hmm, lumayan tampan dan tubuhnya tak kalah berotot dari tubuhmu."

Junsu terkikih sedangkan Jae cemberut, musnah sudah fikirannya tentang seorang wanita cantik yang mungkin mencarinya.

"Apa dia orang yang sama dengan yang ditemui YooChun tempo hari."

JaeJoong memilih beberapa daging segar dari box daging, lalu meletakkannya di troli, setelah itu kedua 'Kim' itu kembali berjalan beriringan menuju kasir.

"Aku tak tahu, coba kau Tanya pada YooChun nanti."

"Arraso."

.

.

"Oh~ orang itu, ne dia pria. Wae hyung?"

Junsu melirik JaeJoong yang sibuk menuangkan sup di mangkuk Changmin. Lalu meletakkannya di hadapan pria tinggi itu.

"Ani, hanya saja kurasa Junsu juga bertemu dengan pria itu."

JaeJoong mulai menyuap nasi dan dagingnya, lalu menghirup kuah sup sambil menunggu jawaban YooChun atau komentar Junsu.

"Ne, aku melihat dia berdiri di depan pintu, saat ku Tanya mencari siapa, dia mengatakan 'putri JaeJoongie' dan Jae hyung tak percaya dengan perkataanku."

Junsu bersunggut-sunggut dan mengundang senyum di bibir YooChun.

"Dia juga berkata seperti itu kemarin. Pria itu menanyakan tentang 'Puteri JaeJoongie' dan aku mengambil kesimpulan itu adalah kau, hanya saja aku tak ingin memberitahunya takut nanti kau malah menendangku karena memanggilmu 'Puteri'"

Satu tatapan mematikan langsung dilayangkan ke arah YooChun, Changmin yang dari tadi melihat percakapan itu tak ambil pusing, dia lebih mementingkan focus pada makanannya.

"Yak, jangan memanggilku puteri, jika memang dia mencariku, seharusnya dia memanggilku hmmm raja mungkin atau pangeran tampan."

JaeJoong mengeluarkan evil smirknya, mendengar kata-kata 'tampan' membuat hatinya berbunga. Selama ini dia selalu di katakan cantik, sebenarnya itu tak salah, memang wajah JaeJoong lebih pantas di katakan cantik, hanya saja dia itu pria, dan pria lebih tepat di katakan tampan dari pada cantik.

"Salahkan saja orang itu. Aku hanya mengulang kembali perkataannya."

Junsu tersenyum maklum saat YooChun berusaha membela diri.

"Aku akan melempar pria itu jika dia kembali mengatakanku puteri."

"Silakan saja."

JaeJoong kembali menyuap nasinya kesal, kenapa malam ini, seluruh sahabat yang sudah di anggap adiknya sendiri itu menyudutkannya, tak ada satupun yang membelanya malam ini.

"Puteri, saranghae."

Jantung JaeJoong seolah akan copot saat mendengar samar suara yang dibawa oleh angin dari jendela didekatnya, tubuhnya membeku dan melirik jendela itu takut.

"Wae hyung? Kenapa wajahmu pucat."

"Siapa yang membuka jendela itu?"

Changmin mengangkat tangannya seolah anak SD yang hendak menjawab pertanyaan.

"Aku, karena panas, aku membukanya agar anginnya masuk."

"Cepat tutup, bisa masuk angin nanti."

JaeJoong menyuruh Changmin dengan sedikit membentak, dan karena bentakkan itulah membuat Changmin langsung berjalan menuju jendela.

"JaeJoongie, aku kembali."

PRAK…

Dan dengan satu tarikan keras jendela kaca itu tertutup rapat, menyisahkan satu hembusan angin yang kembali membawa sebuah pesan tersirat untuk pria cantik yang sudah menggigil ketakutan itu.

.

.

JaeJoong mengeram kesal, dia kesal karena beberapa saat yang lalu, Kim Junsu, mengatakan tidak pulang malam ini dan akan menginap di café bersama pelayan yang lain, karena cafenya sedang di sewa untuk pernikahan seseorang, membuat Junsu harus rela melakukan dekorasi hingga pagi hari, menelpon Changmin pun percuma, pria tinggi itu sedang sibuk mengurusi perusahaan ayahnya saat ini dan mungkin juga akan menginap di sana. Sedangkan YooChun harapan terakhir JaeJoong malah mengatakan dia akan mengisih laporan penilaian untuk nilai akhir semester mata kuliahnya. Ck… kenapa dia harus tidur sendiri malam ini? Huh ini menyebalkan. Padahal hari ini dia pulang cepat.

"Aku benci mereka semua."

Sesal pria cantik itu. Dengan lesu JaeJoong membuka pagar rumahnya, saat pria cantik itu mendongak dan melihat ke depan, seorang pemuda tampan dengan balutan kemeja hitam dan celana dasar berbahan katun hitam menatapnya tajam, berdiri tepat di depan pintu rumahnya dengan wajah yang menghadapnya.

"Si-siapa kau?"

Pria itu tersenyum lembut, wajah yang sangat berbeda saat JaeJoong melihatnya pertama kali tadi, entah kenapa tubuh JaeJoong gemetaran, JaeJoong mundur selangkah saat pria itu lebih mengembangkan senyumnya.

"Kim JaeJoongie-ah, Puteri JaeJoongie."

JaeJoong membatu, mulutnya keluh untuk bersuara, hanya bunyi jangkrik yang terdengar di malam itu, walau malam dan hanya diterangi sinar bulan purnama JaeJoong dapat melihat betapa tampannya pria didepannya saat ini, terbesit sedikit rasa iri saat melihat tubuh dan wajah pria itu.

"N-ne, siapa kau?"

"Aku Jung Yunho, Joongie-ah… aku kembali, kembali kesisimu, tuan puteriku."

"Mwo?"

Dengan sedikit keberanian yang terkumpul JaeJoong berjalan selangkah demi selangkah mendekati pria itu.

"Mian, Yunho-shi, apa aku mengenalmu?"

Jung Yunho, pria tinggi itu malah melangkah mendekati JaeJoong, mengelus pipi pria cantik itu sesaat sampai dirasakannya JaeJoong menepis kasar lengannya.

"Aku Yunho, peliharaan setiamu, puteri… sosok yang selalu mencintaimu, sampai saat ini."

JaeJoong menaikkan satu alisnya bingung, 'peliharaan' huh~ memang Yunho itu apa? Kucing?

"Yunho-shi, mian ne, tapi kau itu manusia, dan kau bukan binatang yang harus aku pelihara, dan jangan memanggilku puteri."

Senyum Yunho memudar, tapi tak lama sampai pria itu kembali tersenyum lembut.

"Sangat tidak sopan jika saya memanggil nama pada anda puteri, dan saya benar-benar peliharaan anda."

JaeJoong menghela napas kesal. Huh~ dia sudah sangat kesal dengan YooSuMin, belum lagi pekerjaanya yang menyebalkan membuat seluruh tubuhnya seakan remuk, apa lagi sekarang dia harus di pertemukan pria gila yang memanggilnya puteri dan dengan kukuh menyebutnya sebagai peliharaan JaeJoong.

"Ok~ jika memang kau peliharaanku? Coba jawab, kau itu apa? Kucing, anjing, ayam, atau marmot?"

JaeJoong tersenyum meremehkan pada Yunho, huh~ dia yakin Yunho tidak bisa menjawabnya. Dengan santai pria cantik itu berkecak pinggang melirik Yunho.

"Aku seekor musang…"

JaeJoong terdiam, senyum meremehkannya memudar, pria tampan itu berjalan santai kearah JaeJoong, dengan di bantu cahaya bulan purnama yang menyinari pria itu dan JaeJoong, JaeJoong dapat melihat ekor di belakang pria itu, tunggu? Ekor? JaeJoong mengedip kaget, dia shock. Ekor itu bukan hanya satu tapi terus bertambah, sampai Sembilan… ekor putih itu melayang-layang dengan indah.

"Lebih tepatnya musang berekor Sembilan, Puteri JaeJoongie."

Mata JaeJoong seolah akan lepas dari kelopaknya, berharap ini mimpi, tak menyangka di saat ini dia harus bertemu monster seperti pria didepannya. Ah~ ketampanannya itu benar-benar menipu JaeJoong. Pria itu berjalan berlahan dengan ekor yang masih bertengger indah di belakangnya melambai dan terlihat halus untuk di sentuh.

"Tanda ini…"

Yunho mengelus lembut tanda di leher JaeJoong, membuat pria itu tersedak kaget, lalu melangkah mundur dengan berlahan.

"Puteri, aku tak menyangka kau akan kembali kepadaku lagi. Aku merindukanmu."

"K-kau… mons… ter.

Dan setelah itu pandangan JaeJoong mengabur dan gelap seketika.

.

.

TBC

Suka? Repyu please. Jangan di Tanya NC karena ini masih puasa^^

Micky-Milky ^^