Seperti menahan ... tapi membiarkan.
Seperti ingin ... tapi enggan.
Apa yang menyakitkan dari sebuah rindu, cinta?
Ketika ingin berjumpa, tapi tak bisa.
Ketika kangen, hanya ditahan-tahan.
Mungkin ... memang tidak sewajarnya mencinta,
tidak seharusnya juga perasaan ini tercipta.
Ini cinta satu sisi ...
cinta satu pihak ...
Jangan berharap banyak,
apalagi mengharapkan balasan.
Jangan bermimpi, karena semuanya hanyalah ilusi.
Saling mencinta ... mendapatkan balasan,
mungkin hanya akan terjadi dalam angan-angan.
.
.
Uchihamelia presents a story
Friendzone
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
I didn't receive any profits in writing this fanfiction
.
.
Chapter 1
.
.
Atensinya adalah sebuah layar berukuran 10.5 inch. Sebuah tablet android yang digenggam erat oleh kedua tangannya. Bola mata berwarna hijau zamrud itu menatap lekat apa yang terpampang di layar monitor tabletnya. Bibirnya sedikit tertarik membentuk lengkungan tipis. Bukan tersenyum, melainkan meringis. Merasa miris pada dirinya sendiri. Kemudian Sakura mendecakkan lidahnya pelan.
Selalu seperti ini.
Kelopak matanya kemudian tertutup, memejam selama beberapa detik. Ada gemuruh yang sedang bergelora pelan di dalam hatinya, Sakura bisa merasakannya dengan kentara.
Selalu seperti ini.
Lagi-lagi Sakura membatin tiga kata itu di dalam hatinya. Sekelumit perasaan nyeri perlahan menjalar hingga membuat urat lehernya yang sedang terbaring menjadi kaku. Kemudian gadis berwarna rambut merah muda itu melempar tablet yang digenggamnya ke sembarang arah, di atas kasur yang sedang menjadi sandaran tubuhnya yang tengah berbaring.
Diam bukan berarti tak tahu. Hanya berpikir bahwa waktulah yang belum tepat.
Pikirannya kembali teringat pada kata-kata itu, yang baru dibacanya beberapa menit lalu. Kata tersebut adalah status facebook milik seorang lelaki yang ada di hatinya. Sakura menggerakkan tangannya, dan secara refleks menaruhnya di atas dada. Ia menekan permukaan dadanya yang terasa nyeri, sambil menghirup oksigen dalam-dalam. "Statusnya, seperti jawaban atas status yang kubuat tiga jam yang lalu," keluhnya berbicara sendiri. Bagaimana tidak Sakura tidak berpikir demikian. Tiga jam yang lalu ia memang membuat status di akun facebook miliknya.
Semesta ... mungkin dirinya tak tahu jika kehadirannya berpengaruh. Atau mungkin dirinya tahu tapi berpura tidak tahu. Dia hanya diam membisu tanpa suara dan berucap. Tanpa dia sadari, aku bisa saja kelelahan.
Status tersebut memang Sakura tujukan untuk dia—Uchiha Sasuke. Yang kemudian tanpa terprediksi Sasuke juga membuat status seperti kata-kata balasan atas statusnya. Satu sudut bibirnya tertarik ke atas. Sakura tersenyum getir. Merasa lucu sekaligus miris pada hubungan pertemanan antara dirinya dan Sasuke. Sasuke—lelaki yang mengisi kekosongan hatinya, ia sangat mencintai lelaki itu. Namun sayang, karena sepertinya cintanya pada Sasuke hanya bertepuk sebelah tangan.
Awalnya Sakura sama sekali tak memiliki perasaan semacam kagum, tertarik, suka, apalagi cinta pada seorang lelaki seperti Sasuke. Perasaan itu baru muncul ketika Sakura dan Sasuke sudah memasuki semester enam perkuliahan. Keduanya adalah teman satu kampus dan satu jurusan. Dan terlebih keduanya juga berada dalam satu kelas yang sama. Mulanya, Sasuke dan Sakura berteman layaknya teman dan teman.
Sampai pada suatu hari, saat mereka tengah berkumpul bersama teman-teman satu kelasnya di belakang kampus untuk membicarakan skripsi yang tinggal beberapa semester lagi, Sasuke dan Sakura berdebat tentang asumsi mereka dalam sebuah film yang baru mereka tonton masing-masing di bioskop beberapa hari yang lalu. Kedua kepala berwarna rambut kontras itu sama keras kepalanya. Tidak ada yang mau kalah dalam perdebatan itu. Sampai kemudian Naruto ikut menimpali, "Hei ... jika dipikir-pikir kalian punya banyak kesamaan dalam banyak hal dan juga hobi. Jangan-jangan kalian berjodoh," seru Naruto dengan nada bercanda, bibirnya tertarik lebar hingga mengeluarkan suara cengengesan yang terdengar menyebalkan di telinga Sakura. Teman-teman yang lain pun malah ikut menimpali dan menyetujui apa yang baru saja Naruto ucapkan.
Kemudian tanpa terduga Sasuke berkata, "Tidak apa-apa juga jika kita berjodoh. Iya 'kan, Sakura?" Seketika saat itu juga kedua emerald Sakura langsung membulat. Sesuatu di dalam dadanya seperti ada yang melonjak-lonjak keluar. Debaran jantungnya tiba-tiba berdetak abnormal menghantarkan suhu panas ke seluruh tubuhnya. Membuat wajahnya memerah sempurna. Sakura sangat tahu bahwa Sasuke adalah lelaki yang dingin sedingin es. Dia tak pernah melihat Sasuke tebar pesona pada wanita manapun. Dia juga tak pernah melihat Sasuke menggoda atau merayu perempuan mana pun. Jadi, perkataan Sasuke benar-benar membuatnya tertegun, dan di luar dugaannya.
Sakura meneguk air liurnya dengan sulit, tenggorokannya terasa tercekat tanpa mampu mengeluarkan suara. Dia terdiam dalam beberapa saat dengan berbagai spekulasi beragam yang memenuhi otaknya. "Hei, kenapa kita tidak membahas Hinata dan Naruto saja yang sedang dalam proses pendekatan?" akhirnya Sakura mampu bersuara. Ia sengaja mengalihkan topik pembicaraan secara jelas, agar dirinya tidak terus menjadi bahan candaan teman-temannya.
Dan semuanya dimulai sejak saat itu. Perasaannya pada Sasuke tumbuh secara perlahan-lahan sejak detik itu, dan semakin hari perasaannya tumbuh semakin besar dan dalam.
Kejadian kedua yang membuat canggung pertemanan Sakura dan Sasuke adalah saat mereka sedang berada di sebuah cafe bersama Ino, Naruto, Shikamaru, dan Sai. Sasuke adalah orang yang sangat-sangat jarang ikut berkumpul bersama teman-temannya untuk sekadar nongkrong tanpa alasan yang jelas. Dirinya terpaksa membaur berkumpul di cafe itu karena harus menyelesaikan tugas kelompok salah satu matakuliah di kampusnya bersama Sakura, Ino, Naruto, Shikamaru, dan Sai.
Perdebatan-perdebatan kecil antara Sasuke dan Sakura dimulai lagi. Perdebatan semakin mengalir, dan lalu obrolan tersebut mengarah pada Sakura yang kemudian menantang Sasuke untuk telanjang kaki mengelilingi cafe dengan menebarkan senyum lebar pada semua pengunjung.
Naruto dan teman-teman yang lain menatap tak percaya pada Sakura. Bagaimana bisa seorang Haruno Sakura berani menantang seorang lelaki es seperti Sasuke? Sakura juga merasa aneh. Ia tak percaya dirinya berani menantang seorang Sasuke yang terkenal dingin. Kepala bermahkotakan rambut merah muda itu kemudian tertunduk.
"Aku mau saja terima tantanganmu, Sakura, asal kita melakukannya bersama."
Sedetik setelah ucapan Sasuke terlepas, Sakura segera mengangkat kembali kepalanya yang sempat menunduk. Matanya mengerjap beberapa kali. Merasa tak percaya bahwa Sasuke mau menerima tantangannya yang terbilang konyol. Seorang Uchiha Sasuke mau melakukan hal seperti itu? Sakura membatin di dalam hati.
"Kamu yang kalah, Sakura. Kalau tak mau melakukan tantangan itu," sahut Shikamaru mengingatkan. Naruto, Ino, dan Sai mengangguk setuju. Sakura memutar bola matanya, kemudian ia memberanikan diri menatap Sasuke yang duduk di depan menghadapnya.
Pandangan yang sulit diartikan. Sakura sama sekali tak bisa membaca ekspresi yang saat ini terpampang di wajah Sasuke. Ia meneguk ludahnya, kerongkongannya terasa benar-benar kering. "Aku tak mau," ujarnya pelan dan tertahan.
Suara tawa Naruto yang pertama kali terlepas keras memekakkan telinga, lalu disusul yang lainnya. Lelaki bermata blue sapphire itu tertawa puas mengejek kekalahan Sakura. Sakura mendelik sebal ke arahnya, merasa kesal. Sedang Sasuke masih tetap bertahan dengan wajah datarnya. Seolah apa yang diucapkannya hanya bualan semata.
Hanya Sakura yang tahu bahwa kini denyutan di jantungnya kembali berdetak dengan sangat cepat. Seluruh tubuhnya terasa memanas. Ada rasa bahagia yang mengalir, karena Sasuke mau menerima tantangannya dan terlebih Sasuke ingin melakukan tantangan itu bersamanya. Selain menyadari jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya, Sakura juga menyadari ada hal lainnya yang terbesit. Bibirnya merangkai senyum malu-malu, kedua pipinya merona. Sakura baru menyadarinya sekarang, dirinya telah jatuh cinta pada Sasuke.
.
.
Hari dimana Sakura sadar bahwa dirinya telah jatuh cinta pada Sasuke pun berlalu. Dan hari selanjutnya Sakura datang ke kampus penuh semangat. Ia sangat tak sabar ingin bertemu Sasuke, sang pengisi hati. Tapi ternyata Sasuke tidak datang ke kampus di hari itu. Sakura tak tahu penyebabnya apa, dirinya merasa sedih.
Begitu pun dengan hari-hari berikutnya, Sasuke tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya di kampus. Sakura mencoba bertanya pada Naruto, yang ia anggap sebagai teman dekatnya Sasuke. Namun jawabannya nihil, karena Naruto juga tak mengetahui penyebab absennya Sasuke dari bangku perkuliahan selama hampir sebulan ini.
Tetapi hal tersebut sama sekali tak menyulutkan semangat Sakura. Setiap hari, Sakura masih selalu datang ke kampus untuk menuntut ilmu. Dirinya bahkan selalu ingin tampil cantik setiap hari. Ia berdandan untuk Sasuke. Berharap dalam suatu hari itu, Sasuke akan kembali datang ke kampus dengan suara khasnya yang sangat ia rindukan.
Lagi-lagi harapannya hanya sekadar angan. Sasuke seperti benar-benar menghilang dari dunia perkuliahannya. Kobaran semangat dalam diri Sakura perlahan mulai menciut. Tak ada lagi semangat dalam setiap langkah kehadirannya menuju kampus.
Semakin hari jiwanya juga semakin terasa hampa. Rindu ini sungguh-sungguh menyiksanya, membuat Sakura terus berada dalam harapannya sendiri yang tak pasti. Hingga akhirnya Sakura memberanikan diri untuk mengontak Sasuke. Ia mengirimkan sebuah pesan ke inbox facebook Sasuke.
Hei, kapan mau ke kampus? dosen menanyakanmu, lho.
Kalimat itu adalah alibi yang Sakura buat, supaya dirinya mempunyai alasan untuk menghubungi Sasuke. Ia yang sebenarnya merasa penasaran dengan keberadaan Sasuke di mana.
Tetapi dengan entengnya Sasuke hanya menjawab, Mungkin nanti. Dosen yang mana?
Jawaban itu membuat rasa rindu bercampur penasaran dalam diri Sakura semakin bergelora. Dengan sabar Sakura membalas respon Sasuke. Ia selalu menanggapi setiap jawaban Sasuke dengan antusias.
Lalu, secara tidak sadar Sakura mulai membuat status-status di akun facebook miliknya yang ia tujukan pada Sasuke. Setiap kata-katanya seringkali menjurus tentang Sasuke. Dan lama kelamaan, tanpa Sakura sadari secara pasti, Sasuke juga mulai membuat status-status yang mengarah pada diri Sakura.
Keduanya mulai saling sindir-menyindir tentang satu sama lain. Dan hal itu, membuat Sakura semakin berani menunjukkan tentang perasaannya pada Sasuke. Meskipun Sasuke masih belum juga menunjukkan batang hidungnya ke kampus, tapi saling sindir Sakura dan Sasuke di sosial media masih terus berlanjut.
.
.
Sakura tertawa dengan kekehannya yang terdengar mengejek. Ia menertawakan dirinya sendiri mengingat masa lalunya bersama Sasuke yang tidak jelas. Perasaan di dalam dirinya membuncah, ia sudah tak sanggup lagi menahan perasaannya pada Sasuke seorang diri.
.
.
Setelah perkuliahan hari ini selesai, Sakura mengajak Ino mampir ke sebuah cafe yang terletak tak jauh dari kampus.
Siang ini, udara terasa panas. Matahari sedikit lebih menyengat dari biasanya, membuat tenggorokan menjadi dahaga karena kekurangan air. Sakura dan Ino segera meminum air mineral yang sudah tersaji di atas meja bersama pesanan makanan mereka yang lain.
Setelah keduanya selesai meneguk air yang mengalir membasahi kerongkongannya yang terasa kering, Sakura segera memulai tujuannya. "Ano ... Ino, aku mau curhat, boleh?" ujarnya tanpa basa-basi. Ino adalah teman dekat Sakura. Dan hingga sekarang, Sakura sama sekali belum menceritakan tentang perasaannya pada Sasuke terhadap Ino. Ada beberapa alasan mengapa selama ini Sakura masih merahasiakan perasaannya sendirian. Dan saat Sakura merasa dirinya sudah tak sanggup lagi menahannya seorang diri, Sakura memilih untuk membaginya dengan Ino.
"Ya, tentu saja. Ada apa?" Jemari tangan Ino kini mulai menyentuh sendok dan menggenggamnya. Tetapi matanya tetap tertuju pada Sakura.
Perasaannya sedikit gugup. Sakura menghela napasnya cukup keras, terlihat jika ia membutuhkan keberanian untuk bisa mengatakan tentang apa yang menjadi esensinya. "Ini tentang perasaanku. A-ada seseorang yang aku suka. T-tidak, bukan, maksudnya yang aku cinta."
Mata aquamarine Ino melebar, setelahnya mengerjap tiga kali berturut-turut. "Kamu ... jatuh cinta, Sakura? Pada siapa?"
"Kamu juga mengenalnya," jawab Sakura dengan menampilkan senyum tipisnya yang tertahan.
Ino berdeham cukup keras, sebelum akhirnya ia menjawab, "Kamu bilang ... aku—mengenalnya?"
Sakura menganggukan kepalanya sambil tetap mengurai senyum tipis, "Ya, coba tebak siapa."
Ino mengalihkan pandangannya, ia menatap sendok yang kini sedang digenggamnya. Tujuh detik kemudian, Ino kembali menatap Sakura yang duduk tepat di hadapannya. "... Sasuke?"
Manik emerald Sakura seketika membulat, kedua pipinya juga bersemu merah. "B-bagaimana kamu bisa menebaknya dengan benar?"
Alis milik Ino tertarik ke atas, setelahnya ia terkekeh pelan. "Kamu sering bikin status di akun facebookmu, Sakura. Dan perasaanku berkata itu ditujukan pada Sasuke," ujarnya sambil mengendikkan bahu.
Tangan Sakura meraih segelas cappuccino yang juga ada di atas meja, kemudian jari-jari tangannya mengaduk pelan cappuccino tersebut. Bibirnya memang tersenyum, tapi seperti hambar. Menyadari ekspresi wajah Sakura yang sedikit terlihat aneh, Ino kembali bersuara. "Aku—benar bukan?"
Kepala berhelai merah muda itu mengangguk. Pertanda jika pertanyaan yang ditanyakan Ino adalah benar. "Sudah kuduga. Kalian memang saling menyukai," sahut Ino lagi.
Mimik wajah Sakura terlihat kaget, kedua alisnya saling bertautan. Ia menatap Ino serius. "Apa maksudnya, Ino? Sasuke—menyukaiku?" tanyanya skeptis.
Setelah memasukkan potongan cheesecake ke dalam mulutnya dan mengunyahnya habis, Ino baru menjawabnya. "Kamu mungkin tidak sadar. Tapi ia selalu menatapmu dalam ketika kalian sedang berbincang. Dan—caranya berbicara padamu, berbeda dengan cara bicaranya pada kami."
Sakura semakin heran, ia semakin menautkan alisnya dan keningnya juga ikut berkerut. Ia meminta Ino menjelaskannya lebih detail.
Ada rasa haru yang menjalar di dalam hatinya, ketika ia mendengarkan eksposisi Ino secara eksplisit. Hipotesa tentang perasaannya pada Sasuke yang hanya bertepuk sebelah tangan seperti terpatahkan.
Benarkah?
.
.
When you're falling in love with your friend, it's complicated.
When you're falling in love with your friend, but your love just one side, it's sick!
And everything will be beautiful, when you get the same feeling.
.
.
To be continued—
.
.
A/N: Ini Twoshoot. Hanya cerita yang ditulis iseng-iseng, saat memiliki sedikit waktu luang, di tengah banyaknya kesibukan. Semoga suka, dan terima kasih sudah baca.
Sign,
Uchihamelia
Mind to 'Review'?
