Disclaimer: Bleach by Kubo Tite
Warning: sorry for very not so romance, immature drama, dark -in what terms?- not frightening horror, typhos
Rated: Teenage
Poppyholic Uki Proudly Presents:
Silent Serenade
.
.
.
Anak-anak berlari mengejar merpati-merpati yang tampaknya jinak. Sore itu plaza kota tampak ramai. Entah sudah berapa tahun sejak terakhir ia menginjakkan kaki di kota ini. Sama seperti saat itu, Matahari tidak berdaya menghadapi kekuasaan pasukan awan. Tebal. Kelabu. Dingin. Hujan telah beranjak dari kota itu dengan menyisakan genangan-genangan air. Namun baginya hujan tidak pernah reda. Sekalipun tidak.
Pria yang terlihat berusia sekitar dua puluh limaan itu berdiri di tengah kepakan sayap merpati. Coat hitamnya begitu kontras dengan rambutnya. Di tengah hari di mana semuanya hampir hitam putih kelabu seperti ini, rambut pria itu seolah menyalak memberi peringatan agar siapa pun menjauhinya. Sungguh, ia sendiri berpikir agar semuanya pergi menjauh darinya. Tidak berminat untuk melakukan kontak dengan siapapun. Sendiri. Sepertinya sangat sesuai dengan dirinya.
Ia menatap dingin pada sisa genangan air yang memantulkan sosoknya. Tidak ada yang bisa membuatnya berpaling dari pantulan dirinya meski riuh anak-anak yang mengejar merpati begitu riang, tidak juga oleh kepakan merpati yang merasa terganggu oleh kejaran dan teriakan anak-anak itu. Dirinya bukan mengagumi pantulan dirinya. Ia membencinya. Bagi pria itu, sosok dirinya adalah terkutuk, dosa. Sosok yang sangat tidak pantas untuk berada di sana dan bermandikan cahaya matahari, meski redup sekalipun. Namun ia tidak menyesalinya, ia hanya membencinya. Itu saja.
Saat ia akan beranjak dari sana, ia mendengar suara yang sepertinya memanggilnya. Tidak tertarik, ia putuskan untuk segera berlalu dan menghilang dari plaza itu. Benar, lebih baik begitu. Namun tarikan pada coatnya, membuatnya berhenti. Pupil matanya melebar kala sosok gadis bermata ungu terlihat.
...
Rukia Kuchiki begitu senang begitu menapaki kembali kota dimana ia menghabiskan masa kecil dan remajanya. Baginya kota itu menyimpan banyak kenangan. Sungguh sangat menyenangkan baginya menghirup kembali kota itu setelah lima tahun ia pergi ke kota lain. Ia sengaja tidak langsung menuju rumah keluarga besarnya, melainkan berjalan-jalan di sekitar pusat kota. Hujan yang sempat mengguyur kota, menahannya di kedai wafel.
Kini hujan telah pergi dengan memberikan kenang-kenangan berupa pelangi kusam di langit kelabu. Meski demikian, pelangi yang demikian begitu indah bagi gadis itu. Rukia kembali melanjutkan acara jalan-jalannya. Ia teringat akan merpati-merpati penghuni plaza kota. Sambil tersenyum, ia melangkahkan kakinya.
Plaza kota masih tetap sama seperti dalam ingatannya. Anak-anak masih berlarian riang mengejar merpati yang tak kunjung jinak. Bangunan di sekitar plaza masih sama, hampir tidak ada yang berubah. Seekor merpati berjalan mendekati kakinya. Rukia merogoh kantong mantelnya meraih makanan burung yang sudah ia beli sebelum menjejakkan kaki di sana. Begitu makanan itu ia sebarkan, belasan merpati mengerubunginya. Beberapa bahkan dengan tidak sopannya mendarat di atas kepala Rukia.
Rukia mencoba menangkap salah satu merpati tersebut. Namun hal itu hanya menyebabkan merpati tersebut terbang dan disusul oleh rekan-rekannya. Semuanya terbang mencari pengunjung baik hati lainnya. Rukia tertawa kecil melihat seorang bacah lelaki diserbu oleh pasukan merpati. Rupanya anak itu ragu untuk memberikan makanan burung yang ada di tangannya.
Sesosok pria tertangkap ekor mata Rukia. Sekejap tawanya berhenti, ia seperti mengenali pria itu meski hanya punggungnya saja. Seseorang yang begitu ia ingat, dan saat ini berjalan menjauh dari tempat itu.
"Tunggu! Hei! Yang di sana! Tunggu! Kubilang tunggu!"
Namun pria itu mengacuhkannya, malah semakin mempercepat langkahnya. Tanpa dikomando, kaki Rukia berlari mengejar pria itu.
"Tunggu!"
Rukia berlari melintasi tengah plaza demi bertemu dengan pria itu. Sudah lama sekali sosok itu baginya. Meski hanya punggungnya saja, Rukia yakin bahwa ia adalah orang yang ia kenal. Beberapa merpati terbang menjauh begitu Rukia mendekat. Takut jikalau Rukia berniat iseng pada mereka layaknya anak-anak yang masih mengejar mereka.
Sedikit lagi.
Hanya sedikit lagi bagi Rukia untuk dapat menyusulnya. Tak putus akal, ia meraih salah satu lengan coat pria itu. Pria itu menghentikan langkahnya dan melemparkan pandangannya pada Rukia. Benar. Pria itu memang dikenali oleh Rukia. Tak berubah meski sudah bertahun-tahun sudah berlalu. Pria itu...
"Hah... Hah... Hah... Akhirnya terkejar..."
"..."
"Ini aku, Rukia. Kau masih ingat?"
"..."
.
.
Rukia berlari melintasi lorong-lorong gelap sambil mendekap erat case biola Amarti-nya. Seharusnya ia tengah menikmati ranjangnya yang empuk. Seharusnya ia tengah bermimpi indah diselimuti kehangatan. Seharusnya ia berada dalam rumahnya yang aman, jika saja salah satu pegawai kakeknya tidak bersekongkol dengan komplotan penjahat yang menculiknya.
Ia diculik di tengah perjalanan pulang seusai kegiatan latihan di balai kota. Ia tidak tahu bagaimana nasib supirnya yang tertembak. Rukia berhasil melarikan diri saat komplotan itu menuju tempat persembunyian mereka. Ia berlari sambil berurai air mata. Tak ada seorang pun yang dapat ia mintai pertolongan, ia pun tidak mengenali daerah ini.
Dalam hatinya ia memohon Tuhan untuk mengirimkan penolong. Dalam hatinya ia memohon bahwa ini hanyalah mimpi buruk, yang akan sirna begitu ia terbangung. Dalam hatinya ia memohon agar seseorang segera membangunkannya, mimpi ini begitu menakutkan jika memang benar hanya mimpi. Sayangnya ini bukanlah mimpi.
Lorong yang dimasukinya buntu. Tidak ada jalan keluar dan para pengejarnya berhasil menyusulnya. Rukia makin mengeratkan dekapannya. Ia begitu takut hingga tak dapat berteriak. Tangan-tangan kotor itu berusaha menggapainya. Apakah hanya sampai di sini sajakah langkahnya melangkah dengan bebas?
Lalu pria bercoat itu datang. Muncul begitu saja dari kegelapan malam. Rukia terpana melihat sosoknya yang mengatasi para pengejarnya. Rukia terduduk lemas. Ia tidak tahu ekspresi bagaimana yang dapat mewakili apa yang ia rasakan saat ini. Para pengejarnya tersungkur dan Rukia tidak mampu mencerna apa yang telah dilakukan pria itu. Lalu pria itu beranjak, melangkah keluar dari lorong itu. Entah dari mana munculnya, Rukia yakin bahwa pria itu menginginkannya untuk mengikutinya. Dan Rukia mengikutinya.
Di depan lorong terlihat pria itu menunggunya. Diam.
"Setelah ini, polisi akan datang. Lupakan apa yang sudah kau lihat."
"A-a..."
"Tidak perlu berterimakasih. Aku hanya mengabulkan permintaan pria yang berada dalam sebuah mobil." Pria itu kemudian menghilang seperti ditelan kabut.
Sosoknya tidak pernah Rukia lupakan, meski Rukia tak pernah menceritakan perihal pria ini pada siapapun, termasuk kepada polisi yang kemudian membawanya. Mungkin terdengar seperti lelucon, namun Rukia merasa bahwa ia terpikat dan jatuh cinta. Lucu.
.
.
"Kau masih ingat?"
"..."
"Waktu itu kau menolongku. Kau datang entah dari mana lalu membuat para penculikku lalu menuntunku keluar, lalu-"
"Aku tidak mengenalmu."
"Eh? Tapi aku yakin yang waktu itu menolongku itu memang kau! Sosokmu itu tidak berubah! Dan-"
"Cukup. Apa maumu? Jangan menggangguku."
"Aku? Aku hanya ingin jadi temanmu! Ayo, berteman denganku!"
"Aku tidak berminat dan berniat menjadikan kau temanku. Aku tidak akan jadi temanmu."
Pria itu segera berlalu meninggalkan Rukia. Rintik-rintik hujan mulai menapaki Bumi. Rukia mematung di tengah gerombolan merpati yang terbang rendah. Angin dingin kembali berhembus dan orang-orang mulai meninggalkan plaza. Pelangi kusam itu sirna di tengah awan hitam hitam yang kembali datang menginvasi. Suara-suara hujan memainkan simfoninya.
.
.
.
Bersambung
Ah... akhirnya jadi juga vampire fic ini... ide udah lama tapi realisasinya baru sekarang... maap pendek, kan baru introx aja... maap klo ichi di sini jd galau/pundung... yah, siapa vampirx, pasti udah ada yg bisa nebak... klo bisa nebakx, please jgn bocor dulu ya...
Lagu yg diotak uki, adalah Empty Streets ma Rainy Days dari Late Night Alumni dari album Empty Streets... uki rasa sih cocok...
Makasih udah baca, klo sempat RnR ya!
