A/N : Akhirnya ada niat juga bikin fanfic KHR. Ini fanfic pertama KHR author, jadi maaf kalo aneh ;A; pairingnya TYL!6918. Kebetulan author suka banget sama pairing itu dibanding yang lainnya :"| Jadi kepikiran buat fanfic ini :3d

Disclaimer : sayangnya KHR punya Amano Akira ;A; kalo punya saya, saya bakal memperbanyak porsi Mukutan muncul dan menghapus eksistensi Chrome dengan membuat plot dimana dia mati dibunuh *disodok*

Summary : Hibari Kyouya, menolak lamaran Dino Cavallone. Dan Rokudou Mukuro muncul disaat yang tepat. "Hmmm.. Benar. Karena Hibari-kun adalah—istriku." Kufufufu. Krik. Krik. Krik.

Pairing : TYL!Mukuro x Hibari

Setting : Namimori-chuu, diceritakan Mukuro adalah guru kesehatan, dan Dino adalah teman lama Hibari.

Warning : Gaje, Shounen-ai, kayaknya OOC


"Tidak."

"Ayolah Kyouya-kun."

"Kamikorosu.."

"Kau sangat manis~."

"..."


Hibari Kyouya, menegakkan punggungnya seraya menatap ke arah langit-langit ruangan komite kedisiplinan Namimori. Mengingat pahit apa yang seorang Dino Cavallone katakan padanya tadi malam lewat telepon. Pernyataan bahwa Cavallone itu akan melamarnya ketika Hibari lulus dan mengajaknya tinggal di Itali. What the hell is that? Hanya membayangkannya saja sudah membuat Hibari merinding. Apalagi jika hal itu menjadi kenyataan? Yang benar saja, hey kau Mr. Cavallone. Hibari 200% straight. Dia bukan semacam homoseksual atau apalah. Yang jelas mana mungkin ia menerima si Dino Cavallone itu?

Omong-omong, tadi malam si rambut pirang itu bilang akan datang ke Namimori untuk menjemput Hibari dan mengajaknya makan malam. Detik itu juga sang ketua komite kedisiplinan berharap mobil yang Dino tumpangi menabrak sebuah truk dan orang yang bersenjatakan cambuk itu berakhir di rumah sakit sehingga Hibari bisa terbebas darinya. Namun yang diharapkan sama sekali tidak menjadi kenyataan. Malah sebaliknya, sebuah mobil mewah tampak berhenti di depan gerbang Namimori dan tak lama keluarlah sosok yang membuat pemuda bermata sipit itu merinding.

Dino Cavallone.

Oh, baiklah apa yang akan Hibari lakukan sekarang. Ia tidak akan semudah itu mengiyakan ajakan makan malam Dino Cavallone dan menerima lamaran Dino kelak. Tidak sama sekali. Lebih baik ia tidak naik kelas dan terus sekolah di Namimori tercinta daripada nantinya akan dilamar dan menikah dengan Dino. Membayangkannya saja membuatnya ingin muntah.

Eh, iya. Yang sedaritadi dirisaukan Hibari sudah berada di depan gerbang menunggu Hibari keluar. Yang bersangkutan tau Hibari mengetahui kedatangannya, jadi ia memutuskan tak usah masuk kedalam. Optimis sekali. Padahal Hibari sendiri sedang duduk santai mengelap tonfanya tanpa mempedulikan si pirang itu ada di gerbang atau mau masuk. Masa bodoh. Yang jelas selama si Cavallone itu belum melangkahkan kakiknya ke ruangan komite kedisiplinan itu, Hibari masih aman. Dan.. Hey, bagaimana kalau si pirang itu masuk? Hibari tidak akan bisa kabur. Dan benar saja, saat dilihat kembali, Dino Cavallone sudah tiidak berada di depan gerbang. Pasti ia sudah masuk.

Hibari harus pergi.

Ia malas jika harus berhubungan dengan si Cavallone itu. Tadi malam saja ia sampai harus mencabut kabel telpon untuk memutuskan sambungan pembicaraannya dengan Dino, karena yang bersangkutan sangat ngotot ingin menelpon Hibari sampai kalau telponnya ditutup ia akan menelpon lagi dan lagi. Membuat Hibari kesal tidak bisa tidur.

Melangkah pelan ke luar ruangan, Hibari melihat kesekeliling. Sepi. Berarti si Dino itu belum sampai sini. Ia harus mencari jalan yang tidak sama dengan si Cavallone agar tidak berpapasan dengannya. Diambilnya jalan ke kanan menuju lantai bawah untuk segera keluar dari gedung sekolah tercintanya itu. Dan kebetulan yang sangat bagus, tepat saat Hibari menghilang dari lantai itu, Dino datang dari arah berlawanan, mengetuk pintu ruang komite kedisiplinan dan tidak menemukan seorangpun disana.

Dino cemberut.


Hibari berjalan cepat namun waspada di koridor lantai 2. Satu lantai dibawah ruang komite kedisiplinan dimana Dino sedang mencari Hibari. Omong-omong, belum diberitahu ya, hari ini Hibari sedang merasa tidak enak badan. Sebenarnya dari kemarin sih, ditambah lagi masalah si Cavallone yang membuatnya semakin mual dan pusing. Hari ini ia memaksakan ke sekolah karena khawatir jika ia terbaring di rumah, Dino akan menyambarnya ke rumah.

UKS.

Tepat sekali ya. Ruangan kesehatan tepat berada didepannya. Hibari memutuskan untuk masuk. Ia bisa mengambil obat pusing dan tidur disana, atau lebih tepatnya bersembunyi. Semoga saja Dino tidak mencarinya ke UKS. Hibari membuka kotak P3K yang jelas jelas tidak mungkin ada obat sakit kepala didalamnya. Ia hanya menemukan perban, obat merah, kapas dan alkohol. Sang rambut hitam itu mendengus.

"Tsk. Dimana mereka menyimpan obat-obatan?"

"Oya.. Bolos kelas, Hibari-kun?"

Oh baiklah.

Well well. Hibari lupa tempat ini adalah kediaman orang yang paling ia tidak suka di sekolah. Tempat dimana guru kesehatan sekolah ini bernaung—Rokudou Mukuro. Guru yang sangat menyebalkan dalam kamus Hibari. Mesum, berisik, tukang menggoda. Tak jauh menyebalkannya dari Dino Cavallone. Hibari berbalik. Menatap tajam pria berambut biru dibelakang dengan mata sipitnya. Memancarkan death glare yang bahkan dapat membuat kucing lari ketakutan namun membuat para uke bertekuk lutut dan para seme semakin gemas.

"Dimana obat-obatan?"

"Hmm? Kau sakit, Hibari-kun?"

Pria berkucir itu berdiri dari posisi duduknya di ujung kasur. Mendekat ke arah Hibari dengan seringai mesumnya, dan menyentuh dagu Hibari lembut.

"Bagaimana kalau kuobati saja, hmm?"

Radar gay Hibari langsung menyala ketika kulit pria didepannya bersentuhan dengan dagunya. Alert! Siaga satu yang berarti Hibari harus segera menjauh darinya atau ia akan keluar dari UKS dengan kehilangan keperawanannya...err...maksudnya kejantanannya deh.

"Berisik kau. Ambilkan aku obat sakit kepala."

Hibari menepis tangan Mukuro kasar dan berjalan ke arah lemari obat disebelah kasur. Mencari-cari obat yang ia butuhkan.

"Oya.. Kau kasar sekali, Hibari-kun."

Tak menyerah, Mukuro kembali mendekat ke Hibari. Pria yang lebih tinggi itu lalu mengambil botol berisi obat pusing tablet dari rak paling atas. Lalu menyodorkannya ke Hibari.

"Yang kau cari?"

"Hmp."

Sret.

Mukuro meninggikan tangannya ketika Hibari hendak mengambil botol obat itu. Jelas saja Hibari yang lebih pendek tak dapat menjangkaunya. Pemuda berambut Hitam itu menggeram.

"Berikan obatnya padaku atau kugigit kau sampai mati.."

Mukuro hanya menyeringai manis mendengar ancaman Hibari yang galak-galak-lemah itu gara-gara tidak enak badan. Ia tak lantas memberikannya pada Hibari.

"Coba ambil"

Pria bermata beda warna itu semakin meninggikan botol obat ditangannya sampai ia yakin itu diatas jangkakuan Hibari. Pemuda yang lebih pendekpun menggapai-gapai botol obat di tangan guru mesum itu sambil berjinjit. Ia tak sudi kalau harus melompat untuk mengambil obat itu. Rasanya harga dirinya jatuh jika ia terlihat melompat-lompat seperti anak kecil mengambil permennya dari tukang bully.

Terlalu lama berjinjit, tak lama kemudian Hibari kehilangan keseimbangannya dan reflek menarik kerah kemeja Mukuro yang ia harap akan menghindarinya agar tidak jatuh, namun pemilik kerah itu bukannya berdiri tegak, tapi melemaskan tubuhnya dan malah mendorong agar Hibari dan dirinya terhempas ke kasur.

Bruk.

Dasar. Guru. Mesum.

Tidak sampai satu detik kini posisi Mukuro sudah berada diatas Hibari yang meronta mendorong tubuh Mukuro yang berat agar menjauh. Namun pria pemilik model rambut unik itu menolak. Ia malah semakin mendorong Hibari diatas kasur.

"M—Menjauh! Menjijikkan!"

Hibari mendorong pundak Mukuro, namun tenaganya yang lebih kecil tak berarti apa-apa. Lama-lama Mukuro terasa lebih berat malahan. Pria itu menyeringai

"Oya oya.. Baru saja mulai, Hibari-kun.."

Mukuro menarik tubuhnya sedikit, menumpunya dengan kedua sikutnya. Ia lalu menyentuh pipi Hibari yang anehnya terlihat agak merah. Kembali menyeringai mesum.

"Kufufu... Kau manis kalau seperti itu."

"Menjauh dariku kau guru mesum."

"Itu seperti pujian. Fufu..."

Mukuro mendekatkan wajahnya pada Hibari yang mulai memerah entah mengapa. Dan mendaratkan bibirnya pada milik Hibari yang lembut.

Cup.

Sebuah efek suara diciptakan Mukuro dalam kecupannya yang hanya 3 detik itu. Membuat Hibari mengerang marah karena telah merebut ciuman pertamanya-yang rencananya akan diberikannya hanya pada orang yang ia sukai. Hibari mendorong dan memukul mukul bahu pria yang lebih tua darinya itu.

"APA YANG KAU LAKU—"

BRAK!

Pintu UKS terbanting sangat keras. Dino Cavallone muncul dari balik pintu itu dengan nafas tersengal-sengal. Matanya membesar melihat pemandangan didepannya. Oh tidak. Pria yang dicintainya akan di raep oleh orang lain! Atau bahkan sudah! Dino tidak bisa membiarkannya!

"K—KAU! Apa yang kau lakukan pada Kyouya-kun!"

Dino melangkah marah ke arah dimana kedua pria itu berbaring diatas kasur.

Oh shied.

Sudah Mukuro, Dino malah muncul. Nanti apa? Si Tsuna yang mendadak seme dan ngajak Hibari kawin juga? Omaigai.. Kenapa hari ini terasa sangat berat bagi pemilik rambut hitam itu?

"Oya.. sang pangeran datang, eh?"

Mukuro bangkit dan berkacak pinggang membelakangi Hibari yang sudah duduk diatas kasur.

"Apa yang kau lakukan pada calon pengantinku?"

Demi Tuhan apa maksudnya calon pengantin itu? Hibari bahkan belum pernah mengatakan "Ya" pada lamaran si pirang itu. 200% Hibari tidak setuju kata-kata tadi. Matanya menatap tajam pria berambut pirang didepan Mukuro.

"Aku bukan calon pengantinmu."

Ujar Hibari dengan dingin yang bahkan membuat dua pria didepannya merasa lebih dingin dari sebelumnya.

Krik. Krik. Krik.

Fyuuuuuuuuuuu~

CTARRRR!

Seperti terkena sambaran petir di siang bolong, hati Dino seketika ssaangat tertusuk mendengar perkataan Hibari yang sangat sangat sangat sangat dingin itu. Sementara Mukuro tersenyum mesum dan ber-"Kufufu" ria melihat wajah Dino yang memprihatinkan seperti pria paruh baya yang habis diceraikan istrinya dan dipecat dari pekerjaan.

"Hmmm.. Benar. Karena Hibari-kun adalah—"

"—istriku."

Kufufufu.

Krik. Krik. Krik.

Hibari Kyouya, 16 tahun hidup di dunia yang menurutnya lumayan menyebalkan itu kini terombang ambing diantara 2 orang pria yang dimana satunya mengclaim ia adalah calon pengantinnya sementara yang satu lagi mengclaim Hibari sebagai istrinya. Demi Tuhan Hibari rasanya ingin membenturkan kepala mereka berdua sampai pecah dan isinya terburai di lantai sementara Hibari tertawa seperti psikopat.

Namun hal itu sepertinya tidak akan terjadi mengingat kepalanya sendiri sangat pusing seperti mau pecah. Ditambah kini dua orang didepan sedang berdebat dengan sengitnya mengenai pengclaiman dirinya. Hibari hanya bisa menghela nafas dan memijat mijat kepalanya.

"Haaaaa? Istrimu? Kyouya-kun adalah calon pengantinku! Kapan kalian menikah!"

Si rambut pirang meraung kesal dan berkacak pinggang menghadap Mukuro.

"Hm? Tiga bulan yang lalu. Dan—dia sedang hamil, kau tau?"

Krik.

Krik. Krik. Krik. Krik. Krik. Krik. Krik. Krik. Krik. . Krik. Krik. . Krik. Krik. Krik.

"H-HAMIL!"

Adalah suara pertama yang terdengar setelah sepuluh detik berlalu dengan sunyi dan hanya terdengar sebuah bgm suara jangkrik yang nampaknya tidak terlalu dipedulikan. Teriakan Dino itu sampai terdengar ke luar sekolah dan mengagetkan beberapa murid, apalagi kata yang ia ucapkan itu cukup mengumbar kehebohan, membuat beberapa murid mendatangi UKS untuk melihat apa yang sedang terjadi.

"H-H-HA...HAM-HAMIL! KYOU-KYOUYA-KUN?"

Dengan nafas tak karuan dan mata yang membesar, Dino mengguncang-guncangn bahu lebar pria berambut biru dihadapannya. Sementara yang dipegang bahunya hanya ber-kufufu ria. Hibari, dibelakang mereka hanya bisa pasrah melihat tingkah dua orang didepannya. Dan cemas mendengar derap langkah murid yang berdatangan ke UKS. Ia yakin setelah ini Hibari akan menjadi bahan gosip. Yah, tapi ia tidak khawatir sih. Semua bisa diurus.

"B-BAGAIMANA BISA K-KAU—"

Dino yang masih mencengkram bahu Mukuro, memperkeras cengkramannya. Suara Dino kini lebih seperti orang yang mau menangis.

"Oya.. Bisa dong. Karena aku suami sah nya."

Mukuro menyeringai mesum. Membuat Dino yang dihadapannya mendorong Mukuro kuat-kuat namun dapat ia tahan sehingga tidak terjatuh. Mukuro hanya tersenyum dibalik kufufufu-nya melihat Dino Cavallone berlari keluar UKS dengan dramatis ala sinetron ibu-ibu. Ia lalu melirik para murid yang sedari tadi menonton dari balik pintu dan tersenyum galak. Mengisyaratkan murid-murid itu untuk pergi menjauh dari UKS, dan tentunya langsung dituruti para murid yang langsung bubar.

"Nah.. Masalah selesai, Hibari-kun?"

Mukuro kembali menyeringai mesum dan melipat kedua tangannya di dada.

"Hmp. Jadi itu maksudmu."

Hibari mengusap-usap belakang kepalanya. Jadi begitu ya, ternyata si guru mesum itu sengaja berbicara kebohongan yang menjijikkan itu agar Dino pergi. Ia sendiri heran kenapa bisa-bisanya Dino percaya hal seperti itu. Padahal sudah jelas secara biologis seorang pria tidak bisa mengandung. Haah. Ia merasa pusingnya semakin bertambah sejak keributan tadi.

"..kau hanya menambah masalah"

"Hmm? Seharusnya kau berterimakasih karena telah kutolong."

Pria bermata merah-biru itu menyodorkan botol obat sakit kepala itu pada Hibari. Dengan cepat Hibari menyambarnya, mengeluarkan sebutir kapsul dari dalam botol dan meminumnya tanpa air.

"Kenapa tidak dari tadi."

"Kufufu.. Aku ingin menggodamu sedikit, Hibari-kun.."

Merinding. Hibari mengingat lagi apa yang tadi guru kesehatan itu katakan. Bahwa Hibari itu istrinya dan sudah mengandung anak dari Mukuro. Omong kosong. Mana bisa laki-laki hamil? Dan apa si Dino sebodoh itu sampai percaya mentah-mentah apa yang Mukuro katakan? Yang jelas Hibari tidak ingin membayangkan hal itu. Membayangkan apabila ia mengandung anak dari guru mesum itu. Tidak akan pernah dalam hidupnya.

"Omong-omong, bagaimana kondisi perutmu?"

Hah?

"...?"

Pria yang lebih tua itu duduk disamping Hibari di ujung kasur. Memandang dalam ke arah mata tajam milik Hibari.

"Iya, perutmu. Sudah 2 bulan, kan? Lebih baik kita cek ke dokter."

Krik.

"..Maksudmu?"


To Be Continued—-


Ada yang punya saran buat dilanjutin ke chapter 2? Rencananya sih bakal bikin oneshot, tapi endingnya gantung ' 'a

Makasih yang udah nyempetin buat baca ;A; Maaf buat yang suka D18 ;A; saya bikinnya 6918 ;A;

Mind to review? Author masih butuh saran sama kritiknya buat ngembangin skill nulisnya yang masih dibawah rata-rata ;A; Sankyuu XD