NGUMPET

Disclaimers : Masashi Kishimoto


"Iruka! Cepat buka pintunya! Aku tahu, kau ada di dalam!" teriak Kakashi sambil menggedor-gedor pintu kamar Iruka.

"Om Iruka-nya sejak pagi belum pulang ke kamarnya," sahut seorang anak kecil dari kamar di sebelah kamar Iruka. Naruto.

Kakashi berdecak kesal. Iruka benar-benar menguji kesabarannya di ujung bulan puasa ini.

"Kalau begitu, kalau Om Iruka pulang, tolong sampaikan bahwa Om Kakashi mencarinya," pesan Kakashi sebelum pamit.

"Baik, Om!"

Kakashi meninggalkan rumah kos tempat Iruka menetap dengan sedikit kemarahan di hatinya. Sebuah ide gila melintas di benaknya. Ya, ia akan memberi pelajaran pada Iruka yang sudah berani melarikan diri darinya.

Sepeninggal Kakashi, Naruto memasuki kamar yang ia tempati bersama kedua orang tuanya. Ia mengacungkan kedua jempolnya pada seseorang yang sedang duduk di sebuah sudut dengan wajah cemas. Iruka.

Ekspresi wajah Iruka berganti menjadi lega luar biasa setelah mengetahui bahwa Naruto berhasil meyakinkan Kakashi bahwa Iruka tidak sedang berada di rumah kos tersebut.

"Maaf ya, Om jadi membuatmu berbohong," kata Iruka merasa bersalah.

"Naruto tidak berbohong kok, Om. 'Kan Naruto cuma bilang, Om Iruka sejak pagi belum pulang ke kamar Om Iruka. Memang benar, 'kan? Om Iruka memang belum masuk ke kamar Om Iruka lagi 'kan? Malah main ke sini," balas Naruto, bangga dengan kecerdikannya.

"Oh ya? Pokoknya, Om ucapkan terima kasih, deh."

"Tapi, kok Om tidak mau bertemu Om Kakashi? Om bertengkar ya?"

Iruka menatap Naruto. Bagaimana ia menjelaskan pada anak delapan tahun itu mengenai alasan ia bersembunyi dari Kakashi? Lagipula, apakah Naruto akan mengerti?

Yang Iruka lakukan selanjutnya hanya pamit pada anak bertampang lucu itu, tanpa menceritakan apa-apa padanya. Iruka tak ingin berlama-lama di rumah kos tersebut. Khawatir Kakashi kembali dan menangkap basah dirinya.***


Dua jam sebelumnya, di dalam mobil Kakashi.

Iruka terheran-heran saat Kakashi memarkir mobilnya di depan sebuah apotek.

"Kau sakit?" tanya Iruka khawatir.

"Tidak, aku baik-baik saja…. Aku hanya…." Kakashi menyentuh paha Iruka sambil tersenyum nakal, "mau membeli pelumas…."

Iruka tersentak. Ia buru-buru menepis tangan Kakashi.

"Ingat, kita berdua sedang puasa! Jangan macam-macam!"

Kakashi malah semakin nakal dan liar menggerayangi tubuh Iruka. Tak peduli jika ada orang yang dapat melihat perbuatannya dari luar kaca mobil.

"Ayolah… selama bulan puasa ini, kapan sih kau punya waktu untukku? Siang hari kita berdua puasa. Malam hari, kau banyak urusan, begitu juga aku. Pulang tengah malam, badan sudah lelah dan harus bangun sahur sehingga tidak cukup tidur. Kupikir… batal sehari saja tidak apa-apa, 'kan? Toh hari ini hari terakhir puasa," rengek Kakashi, lalu berusaha mencium bibir Iruka.

"Justru karena ini hari terakhir! Kau tidak ingin puasamu penuh untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun terakhir ini? Pokoknya aku tak setuju!"

Iruka berontak dan berhasil melepaskan diri dari serangan Kakashi. Ia membuka pintu mobil, lalu bergegas ke luar.

"Hei! Tunggu!" seru Kakashi, berusaha mengejar.

Tapi terlambat. Iruka sudah menumpangi sebuah taksi yang dengan cepat membawanya pergi. Kakashi buru-buru kembali ke dalam mobil. Ia berusaha mengejar kekasihnya yang sedang merajuk itu.

Namun usaha Kakashi sia-sia. Taksi yang membawa Iruka sudah menghilang di antara kendaraan-kendaraan lain yang lalu lalang di jalanan.***


Dua jam menjelang saat berbuka puasa.

Iruka sebenarnya sudah lelah dan bosan berkeliling Konoha di hari terakhir bulan puasa ini. Ia mengunjungi rumah keluarga Uchiha, ikut menyaksikan khitanan Konohamaru hingga cuci mata di satu-satunya pusat perbelanjaan di Konoha. Semuanya aktivitas yang menguras tenaga sekaligus emosinya.

Namun, jika mengingat bahwa Kakashi saat ini sedang sangat berhasrat padanya, Iruka selalu menguatkan diri agar tak kembali ke tempat kosnya, setidaknya sampai saat berbuka puasa tiba.

Kakashi. Pria itu. Bisa-bisanya dia 'kumat' justru di hari terakhir bulan puasa. Apa susahnya sih, menahan diri sehari lagi setelah hampir sebulan ini sukses menahan godaan untuk bercinta dengan Iruka?

Iruka menghela napas berat. Sudah sore sekali. Ia sebenarnya ingin sekali pulang ke kamarnya dan merebahkan diri sejenak sambil menunggu waktu berbuka puasa. Tapi, jika ia melakukannya, sama saja dengan cari penyakit!

Handphone Iruka berbunyi. SMS dari Kakashi untuk yang kelima kalinya sejak Iruka melarikan diri dari mobil Kakashi siang tadi.

Masa kontrakmu di rumah kos berakhir besok. Jadi, aku membantumu. Kalau mau mendapatkan barang-barangmu lagi, kau harus mampir ke rumahku. Sekalian menginap atau kalau kau mau, tinggallah bersamaku. Rumahku masih sangat lapang, Sayang!

Iruka melotot. Kakashi… bisa-bisanya ia melakukan hal ini! Dasar orang kaya norak!

"Kau pikir hanya kau yang bisa bermain? Aku juga bisa," gumam Iruka geram.

Iruka lalu menelepon seseorang. Semata demi meladeni permainan Kakashi.

"Ah, Pak Minato. Begini, Pak…." kata Iruka usai mengucapkan salam pada seseorang di seberang sana.

Usai menelepon sekitar dua menit, Iruka mengakhiri pembicaraan dengan seulas senyum badung yang sangat langka baginya. Yap, ia akan mengalahkan Kakashi dengan sebuah trik sederhana!***


Kakashi yang malang. Duduk dengan celana yang terasa lebih sempit di bagian pangkal paha, sambil meladeni obrolan keluarga Namikaze yang berkunjung ke rumahnya. Sejak Iruka meneleponnya satu setengah jam yang lalu, Kakashi sudah merasa dirinya telah kalah telak dari Iruka yang biasanya baik hati dan polos itu.

Bayangkan, Iruka menelepon untuk mengabarkan bahwa ia mengundang keluarga Namikaze, mantan induk semangnya di rumah kos, untuk berbuka puasa di kediamannya yang baru, yakni rumah Kakashi. Kakashi jadi kalang kabut menelepon jasa katering ekspres agar menyiapkan hidangan lezat untuk berbuka puasa di rumahnya. Sungguh merepotkan!

Namun penderitaan Kakashi belum berakhir. Saat Iruka dan keluarga Namikaze tiba di rumah Kakashi, dengan santai Iruka memintanya meladeni Minato bersama Kushina mengobrol, sementara Iruka sendiri malah enak-enakan main video game dengan Naruto. Benar-benar, Kakashi sudah dikerjai habis-habisan oleh Iruka!

Usai berbuka puasa dan berbasa-basi, keluarga Namikaze pun pamit. Iruka dan Kakashi mengantar mereka sampai di gerbang rumah Kakashi yang mirip istana. Sepeninggal keluarga tersebut, barulah Kakashi dengan leluasa menumpahkan kekesalannya pada Iruka.

"Kau benar-benar sudah mengerjaiku," kata Kakashi dengan nada menahan kemarahan.

"Hei, perbuatanku tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang sudah kau lakukan," balas Iruka sengit.

Kakashi menghembuskan napas keras-keras, lalu menggenggam pergelangan tangan Iruka.

"Baiklah! Kita impas! Sekarang, aku akan melakukan apa yang ingin aku lakukan sejak siang tadi. Kau sudah ada di sini, jadi kau tak bisa mengelak lagi," kata Kakashi tegas.

Sebelum Iruka sempat bereaksi, Kakashi segera menarik tangan Iruka, membawa kekasihnya itu memasuki rumahnya yang megah.

Di luar dugaan Kakashi, Iruka tak melawan, apalagi mencoba melarikan diri. Hal ini tentu saja menimbulkan pertanyaan di hati Kakashi yang akhirnya menatap Iruka dengan tatapan dalam.

"Aku sudah membuatmu berpuasa penuh. Jadi, sekarang, apalagi yang bisa aku lakukan?" ucap Iruka, membaca pikiran Kakashi.

Kakashi tersenyum. Mengakui kebenaran di balik ucapan Iruka.

"Jadi, sekarang kau…."

"Terserah padamu, Kaka. Mulai hari ini, aku akan tinggal di sini. Itu 'kan yang kau harapkan?"

Kakashi merespon dengan menarik Iruka lebih kencang lagi. Kali ini dengan hati berbunga-bunga, tanpa kemarahan sedikit pun.***


Note:

Heartbeat Satellite : ini bukan KakaIru yang saya janjikan. Tapi hanya pemanasan sebelum ultah Kaka bulan depan….