"Naruto! Sarapan sudah siap, cepat turun!"
Aku langsung bangun dari tempatku berbaring, Kaachan memanggilku untuk turun dan sarapan bersama. Oh, namaku Naruto Uzumaki, sebenarnya aku seorang NEET, tapi aku juga bekerja melalui pc yang kupakai. "Ya! Sebentar!" Aku berseru untuk membalas pernyataannya.
Seharusnya aku yang NEET ini tidak keluar dari kamar selama yang kau bisa, bisa dikatakan kalau aku setengah NEET.
Kami tinggal hanya berdua dirumah ini, Ayah telah meninggal beberapa tahun dan sekarang Kaachan tengah berjuang untuk memenuhi kebutuhan kita. Aku belum memperkenalkan beliau, namanya Kushina Uzumaki. Wanita berambut merah panjang dengan wajah cantik rupawan, ia juga punya tubuh proporsional yang bisa membuat kaum hawa iri melihatnya.
Umurnya 37 tahun, dan aku masih 21 tahun. Dia menikah muda dengan Ayah, jadi bisa dilihat bagaimana Kaachan sekarang.
"Pagi Kaachan." Aku menyapa Kaachan yang sedang menata makanan di atas meja.
Kaachan menatapku dengan senyuman tipisnya. "Pagi, aku sudah memasakkan makanan kesukaanmu." Ia kemudian duduk di kursi makan itu. "Cepat habiskan sarapanmu!"
"Iya,"
"Oh, ya, Kaachan sudah memesan 2 ticket untuk kita liburan ke pantai."
Aku menatap Kaachan yang terlihat sangat senang karena sudah memesan dua buah ticket untuk liburan ke sebuah pantai, aku memakluminya karena Kaachan sendiri memang butuh liburan. Dia sangat sibuk dengan pekerjaannya.
"Kaachan memang butuh liburan untuk menjernihkan pikiran."
"Tidak sepertimu yang berdiam diri di kamar terus."
Aku tertawa miris mendengarnya, tapi di sisi lain aku senang karena Kaachan terlihat berseri hari ini. "Lupakan, jadi kapan kita akan liburan?"
"Besok, aku sudah memesan hotel yang berada dekat di pantai Konoha. Pastinya satu kamar untuk kita berdua."
"Setelah ini aku akan membereskan apa yang akan dibawa besok. Terima kasih atas makanannya."
"Kau tidak mau menemani Kaachan disini?"
"Emm, pekerjaanku menumpuk di kamar, jadi lain saja Kaachan."
Aku bisa mendengar Kaachan mendesah kecewa, tapi apa boleh buat? Pekerjaanku sudah menunggu disana. Jadi maafkan anakmu ini.
.
..
...
Naruto by Masashi Kishimoto
Warning: Incest, Mom and Son, AU, Typo, OOC, Lime/Lemon/Smut?
Main cast: Naruto and Kushina
...
..
.
Vacation
..
.
Enjoy it!
Pantai memang sangat panas, mau bagaimana lagi? Terik Matahari sangat terang hingga membakar kulitmu, tapi aku tidak masalah karena sekarang aku sudah memakai jaketku.
Kaachan sendiri sudah memakai sebuah bikini berwarna merah, topi rajut, serta sebuah kain yang menutupi bagian bawahnya. Oh, aku lupa, Kaachan juga menutupi sebagian tubuh atasnya juga dengan sebuah jaket tipis.
"Udara disini memang segar, ya kan Sochi!" Ia menepuk punggungku dengan keras, aku sedikit terbakut akibatnya.
"Sakit kaachan..." Aku bergumam kecil membuatnya tertawa geli melihatku yang agak kesakitan.
"Baik, kaachan akan pergi berkeliling sebentar. Kau disini saja, beberapa menit kaachan akan kembali." Aku mengangguk paham. "Sampai Nanti sochi!" Ia mencium pipiku, kemudian pergi menghilang entah kemana. Aku kemudian mencari sebuah tempat berteduh, disini banyak sekali kedai yang berjualan makanan. Jadi aku akan ada disana sembari menunggu Kaachan
Well, aku ditinggal sendirian, tapi untung saja aku membawa smartphone milikku untuk mengecek pekerjaan yang telah kukirim ke perusahaan besar. Aku tersenyum tipis melihat sebuah pesan dari perusahaan tersebut, mereka menerima proyek yang kuajukan.
Beberapa menit kemudian, aku berdiri dan berjalan melihat-lihat pantai Konoha ini. Jujur, memang sangat indah pantai ini, aku kagum dengan pemandangan laut serta langit biru itu. Aku malah ingat dengan retina milik Ayah yang sama birunya dengan lautan ini.
"Ahhn, bermainlah dengan halus..."
Sayup-sayup aku mendengar sebuah suara yang kukenal, dengan cepat aku berlari menuju bebatuan yang dekat dengan suara tersebut dan melihat apa yang terjadi disana.
Aku dibuat sangat terkejut sekarang.
Kaachan! Kushina Uzumaki, sedang dikelilingi 3 orang lelaki. Aku melihat Kaachan yabg tersenyum malu saat mereka mulai menjamah tubuh indahnya.
Shit!
Satu persatu bikini milik Kaachan dilepas oleh mereka, menampilkan tubuh telanjang indah milik Kaachan. Mereka kembali menjamah tubuh itu dengan tangan kotor mereka.
"Hey, hey, tenanglah! Kalian akan mendapatkan giliran kok."
"Tapi kami tidak sabar untuk bermain denganmu, benarkan?" Mereka berdua mengangguk dengan seringai mesum diwajah mereka.
Kalau ditanya apakah aku marah? Maka akan kujawab, Sangat Marah. Bagaimana tidak? Ibumu sendiri, masih cantik dan bisa dibilang awet muda ini sedang di Gangbang oleh lelaki tak dikenal.
Dan sekarang aku mulai berpikir kalau Kaachan adalah seorang pelacur. Lihat! Dua buah penis berukuran kecil itu, sedang di urut oleh dua tangan putih milik Kaachan, sementara yang satunya sedang berada di mulut Kaachan.
"Oi, Neechan, kita lakukan tahap selanjutnya."
Kaachan tersenyum menggoda kepada mereka. "Kan aku belum selesai..." Ujar Kaachan dengan nada manja miliknya, wanita itu kemudian berdiri dan mendekati salah satu lelaki tersebut. Kedua lengan putihnya begelayut manja di lelaki itu. "Ohh, kau ingin memasukannya? Ya ampun kasihan sekali, pasti kau tidak diperbolehkan berhubungan sex dengan pacarmu."
"Waah, Neechan tau saja kalau aku sudah lama tidak berhubungan sex dengan pacarku."
Kaachan tersenyum kemudian menatap kedua lelaki lain. "Apa kalian juga? Sudah lama tidak dihisap penisnya?" Mereka berdua mengangguk. "Oke, kalian boleh bermain." Kaachan pun mengarahkan salah satu penis mereka ke dalam vagina miliknya, lelaki yang di arahkan penisnya itu mendorong pelan pinggulnya. "Aahhhnn... Kau sangat tegang... Emmmhh..."
"Apa aku boleh memasukannya di lubang belakangmu?"
Kaachan kembali menoleh, lagi-lagi ia tersenyum menggoda dan mengangguk sambil mengerlingkan salah satu matanya. "Silahkaannn yaahhh... Ahnn..."
Lelaki itu tersenyum senang, kemudian mengarahkan penisnya ke lubang belakang Kaachan. Ia mendorong penisnya ke depan, membuat Kaachan mendongak menatap langit biru. Dua lubang miliknya dimasuki penis kecil mereka.
Kaki putih milik Kaachan pun terangkat, mereka berdua mendorong pinggulnya. "Begitu enak, Neechan kau begitu enak saat aku masuk."
"Benar, aku merasa seperti dipijat saat penisku masuk."
Cih, aku merasa tidak kuat melihat mereka. Aku pun melangkagkan kakiku pergi dari tempat tersebut.
Pikiranku mulai menerawang, apa Kaachan dikantornya selalu seperti itu? Apa Bossnya meminta ini itu kepada dia? Atau...
"Sial, sialaan!"
Aku mengumpat keras saat memikirkan hal tersebut. Setelah Ayah meninggal, Kaachan malah menjadi seperti pelacur. Aku merasakan sakit di dadaku, mungkin karena melihat Kaachan yang di Gangbang oleh lelaki lain, penisnya kecil lagi. Apa aku harus memperkosa Kaachan di hotel, atau aku membiarkan saja dia bermain dengan lelaki lain?
Apa ini yang disebut cemburu?
Cemburu saat kau melihat orang yang sangat kau cintai bermain dengan lelaki lain.
Apa ini yang disebut tertikung?
Mungkin aku harus menghilangkan akal sehatku saat memperkosa Kaachan. Yah, aku harus!
.
..
.
Sore hari, aku masih duduk di bangku didalam sebuah kedai, minumanku sudah habis, kemudian aku merapikan semua peralatan yang kubawa dan beranjak dari tempat dudukku.
"Hai, Sochi, apa kau bersenang-senang?"
Kaachan sudah ada didepanku, ia memasang wajah senangnya. "Hmm, tidak. Aku harus mengerjakan beberapa pekerjaan lainnya." Ujarku sambil menunjukkan laptop yang kubawa dari Hotel.
"Ayolah Naruto, kita sedang berlibur, dan kau malah mengerjakan pekerjaanmu. Apa kau tidak mau refreshing sejenak?"
Aku menggeleng pelan dan berjalan melewatinya. Tubub Kaachan sekarang basah akan air laut, jadi aku tidak tau dia sudah berapa kali berhubungan sex dengan para lelaki.
"Maaf, tapi aku tidak mau meninggalkan pekerjaanku Kaasan. Aku kembali ke hotel dulu."
Kaachan yang kukenal seakan tidak ada, setelah aku tau dia bermain dibelakang dengan para lelaki lain. Mungkin aku bisa meretas isi ponselnya. Yah, ide yang bagus, aku akan meretasnya.
Perjalananku ke hotel kupercepat, setelah sampai di kamar tersebut, aku membuka laptop dan mulai meretas ponsel Kaachan, aku melihat foto bugil bersama teman wanita lainnya ada disana, beberapa juga ada fotonya sedang berhubungan sex dengan pria lain.
Dan...
Ohhh, Sasuke Uchiha. Sahabat brengsekku ini ternyata bermain bersama Kaachan. Oke, oke, aku tau kenapa saat ada dirumah setelah aku keluar membeli makanan. Ternyata bgeitu ya.
Sepertinya aku bisa mengirimkan foto ini kepada pacarnya, Ino Yamanaka. Tunangan Sasuke. Well, ini bisa menjadi senjata.
Aku mulai merangkai beberapa kata serta meletakkan foto-foto syur Sasuke dengan Kaachan untuk mengirimkannya kepada Ino.
Aku tersenyum menatap pesan yang sudah kukirim kepada Ino... Serta kedua orang tua Sasuke. Ini bisa menjadi cambuk bagi dirinya untuk tidak menyentuh semua yang seharusnya menjadi milikku.
Aku tidak akan sudi memberikan barangku.
Dan lihat... Penis Kecil Sasuke itu! Hah, kau sama saja dengan para lelaki yang bermain dengan Kaachan.
Selanjutnya aku pun mandi dan mengganti pakaianku, kemudian tidur dikasur. Aku lelah, jadi aku akan mengistirahatkan tubuhku.
.
..
.
"Ahnnn... Emmhhnnn, yaahh..."
Hari sudah malam, dan aku mendengar suara desahan dari ranjang lain. Aku membuka sebelah mataku serta melihat apa yang terjadi. Disana terlihat Kaachan sedang mengelus vagina miliknya, sementara tangannya yang lain sedang meremas payudara miliknya.
Ia sedang beronani.
Aku membiarkan dia beronani ria hingga dia mengeluarkan cairan cintanya. Nafasnya terengah-engah saat selesai beronani.
Aku pun membalikkan badanku untuk mengambil ponsel milikku, mungkin saja Ino dan Keluarga Uchiha membalas pesanku.
Dan benar saja, Fugaku Uchiha berterima kasih kepadaku, sementara Ino, dia marah besar saat mengetahui Tunangannya berselingkuh.
"...Naruto, mungkin ini memalukan. Tapi aku sangat berterima kasih kepadamu, aku bisa mengukumnya dengan mencoret dia dari keluarga Uchiha. Jujur, aku sebagai Direktur perusahaan Uchiha sangat malu karena hal seperti ini, dan tadi Ino yang menjadi Tunangan Sasuke memutuskan untuk membatalkan pernikahannya bersama si anak tak tau di untung tersebut.
...yang pasti, aku sangat berterimakasih kepadamu dan maaf kalau Kushina yang menjadi wanita selingkuhan Sasuke."
Aku tersenyum saat membaca isi pesan dari Fugaku Uchiha, ganjaran yang sangat tepat untuk Sasuke.
Beberapa menit tak terasa, aku mendengar suara dengkuran halus dari bibir Kaachan. Ia sekarang tertidur pula, aku pun melanjutkan acara tidurku tadi.
.
Keesokan harinya, aku langsung pergi keluar hotel untuk mencari udara dan meninggalkan Kaachan yang sedang tertidur dengan bagian bawahnya yang telanjang. Aku berencana hanya untuk mencari udara saja, mungkin dengan makanannya juga.
Beberapa saat kemudian, aku kembali ke kamar dengan membawa beberapa makanan. Aku langsung membuka pintu kamar, dan melihat Kaachan yang sedang berkaca dengan tubuh telanjangnya.
Aku sedikit tertegun saat melihat tubuh indah telanjangnya. Seketika aku menyeringai menatapnya. Aku pun menepuk kedua tanganku, sambil memberikan senyuman miringku. "Wah, sepertinya ada pemandangan yang sangat indah disini...
...Yah, pemandangannyang sangat indah dari seorang pelacur."
Ia langsung menatapku tajam. "Apa maksudmu? Aku pelacur? Apa kau gila memberikan sebuah julu-!"
Aku langsung memberikan sebuah foto telanjangnya kepada Kaachan, serta sebuah foto yang menampilkan dirinya yang sedang di Ganbang oleh beberapa lelaki lain. "Apa? Kau mau membela seperti apa? Seharusnya kau menyesal akan kelakuanmu itu, Kushina Uzumaki." Aku pun berjalan sambil membawa makanan yang kubawa. "Jadi ada pembelaan lainnya?"
"..."
"Aku sebagai anakmu ini, sangat menyayangi dirimu Kushina! Tapi apa yang kudapat? Kau berhubungan sex dengan pria lain setelah suaminya meninggal? Bahkan dengan temanku sendiri yang sudah bertunangan? Kau tau perasaanku saat ini? Kau tau? Aku sangat kecewa terhadapmu! Kau sebagai Ibu dengan seenak jidatnya bermain sex dengan pria lain, bahkan menyuruh beberapa pria lain untuk memperkosamu."
"..."
"Aku pantas menyebutmu pelacur!"
Dengan cepat, aku menarik tangan putih Kaachan, ia tersentak saat aku menarik tubuhnya dan mendorongnya ke atas kasur.
"Kau lebih baik diam! Jangan berteriak, atau aku akan membocorkan semua foto syur milikmu ke publik."
Aku tidak peduli sama sekali. Bahkan meski ekspresinya berubah, apa yang kan kulakukan selanjutnya tak akan terhalangi oleh ekspresi sedihnya itu!
"Ayolah, kau sudah diperkosa berapa kali sampai memasang wajah sedih seperti itu?"
"Aku... uhh..."
Kaachan terlihat agak takut karena aku menatap tajam tubuh telanjangnya. "Lebih dari 12 kali, aku tidak menyangka kalau kau selacur itu daripada para pelacur yang menjajakan tubuhnya sembari dibayar. Kau sendiri tidak dibayar sama sekali oleh mereka, kau hanya mementingkan nafsumu belaka. Ibu maam apa kau ini?"
Aku kembali bergerak, kali ini berada tepat di atas tubuh seksi miliknya. "Kau tau Kaachan, aku tidak rela jika kau menjajakan tubuhmu ke orang lain... Sasuke misalnya. Kau itu punya harga diri, tapi harga dirimu sudah hilang karena kau sudah menjajahkan tubuhmu ke orang lain."
Salah satu tanganku pun mulai mengelus pipi putihnya, ia menatapku pasrah saat aku mengelus pipinya. "Maafkan aku Naruto... aku sangat menyesal."
"Penyesalan selalu datang terakhir Kaachan, tapi aku tidak bisa memaafkanmu semudah itu, kau harus mengikuti semua perintahku." Detik berikutnya, aku mencium bibir plum milik kaachan dengan lembut, ia tersentak saat aku mencium bibirnya. Kedua tangannya bereaksi seakan ingin memukul punggungku, namun ia mengurungkan niatnya dan malah memelukku serta memperdalam ciuman kami.
Aku menarik wajahku, kemudian menatap Kaachan yang sedang menutupi bibirnya dengan punggung tangannya, wajahnya sudah merah merona sembari menatap ke arah lain, seakan dirinya adalah gadis SMA yang sedang dimabuk asmara.
"Lihat, kau seperti gadis SMA yang malu-malu karena akan digagahi oleh pacarnya." Aku pun membuka semua pakaianku hingga telanjang bulat. "Apa?"
"Sochi... kau..." tangan putih Kaachan mulai menyentuh perutku, lalu turun hingga ke penisku yang masih belum bangun. "Sochi..." penisku mulai bangun akibat elusannya. "Sochi, Sochi! Lihat ini, di-dia bangun... a-aku tidak pernah melihat yang sebesar i...ni..."
Aku menyeringai menatap Kaachan yang sedang terkagum-kagum akan penisku. "Jadi, kau memilih ini daripada milik pria-pria diluar sana? Sungguh, aku sangat tersanjung, Kaachan." Aku pun mengarahkan penisku yang sudah ereksi ke vagina Kaachan, aku melihat wajahnya yang sudah mulai gelisah karena akan dimasuki oleh benda yang mungkin lebih besar daripada benda-benda lainnya. "Bersiaplah!"
Dia menggigit bibir bawahnya, kedua tangan putihnya langsung berada di kedua pundakku. Ia meremas pelan pundakku setelah penisku mulai memasuki vagina miliknya. "Sa-sakit..."
"Berarti benar, kau belum pernah dimasuki penis sebesar punyaku."
Aku menyeringai, kemudian mulai bermain kasar kepada Kaachan dengan cara pinggulku bergerak dengan cepat. Ia tersentak saat penisku keluar masuk ke dalam tubuhnya. "ahhn, Naruto... ka-kau terlalu... arrghh..."
"Aku tidak peduli."
Kedua payudaranya bergoyang naik turun, membuatku ingin meremasnya. Desahannya pun semakin menggila saat aku mulai meremas payudara miliknya yang bergelantung meminta untuk dipegang.
"Yahh, ahhhnn... yaahhh... begitu... terusss... remaslah... Sochi..."
Dia terus mendesah hingga dirinya menyemburkan cairan miliknya, dan membasahi seluruh penisku. "Baru ronde pertama, dan kau sudah keluar." Aku menghentikan gerakan pinggulku, membiarkan dia bernafas lega karena klimaks pertamanya. "Well, aku bisa menebak kalau para lelaki yang pernah menikmati tubuhmu bakal keluar dengan cepat."
Ia menatapku dengan wajah sedihnya, tapi itu tidak berpengaruh sama sekali terhadapku. Aku sudah dibutakan dengan nafsu, akal sehatku sudah hilang, semuanya berubah ketika dia mengkhianati rasa sayang yang kucurahkan kepada Kaachan.
Aku serasa ingin membunuh semua lelaki yang pernah bermain dengan Kaacha. "Inikah wajah menyesal dari Kaachanku? Sungguh menyedihan."
"Tolong... maafkan aku..."
Aku menarik penisku dari vagina miliknya, kemudian duduk dipinggiran kasur. "Sepertinya, aku sudah tidak sudi untuk memperkosamu. Kau sudah dipakai oleh banyak orang. Lebih baik aku pergi dari sini." Aku mulai beranjak dari tempat tidur, kemudian mencari pakaianku yang berserakan serta memakainya. Aku pun berjalan pergi meninggalkan Kaachan yang sedang terbaring di atas tempat tidur dengan keadaannya yang telanjang bulat.
"So-sochi! Sochi! Naruto, jangan pergi!"
Aku menghentikan langkahku, kemudian menyeringai tipis sambil menatap gagang pintu. "Ada apa? Untuk apa kau menyuruhku seperti itu?"
"A-aku... aku tidak ingin kehilanganmu Naru!"
"Kau sudah punya para lelaki itu. Jadi aku sudah tidak khawatir lagi."
"Ti-tidak... mereka hanya pelampiasanku saja!"
"Pelampiasan katamu? Lalu bagaimana kau menjelaskan tentang kau yang menulis di ponsel diarimu serta menyatakan dirimu yang mencintai Sasuke? Apa itu hanyalah settingan?"
"..."
"Oke, aku pergi."
"Aku mencintaimu Naruto!" Ini yang kutunggu, dia menyatakan cintanya. "Aku berbohong kalau aku menyatakan cintaku kepada Sasuke, aku tidak cinta dengan dia sama sekali. Aku hanya mencintaimu Naruto, hanya kau!" tiba-tiba aku dipeluk oleh Kaachan. "Jangan pergi, aku mohon!" ia mulai menangis dipunggungku, air matanya membasahi kaos yang kupakai ini.
Kaachan kemudian membalikkan tubuhku, ia menurunkan celana pendek yang kupakai, lalu mulai menghisap penisku yang sudah turun. Ia memasukkannya ke dalam mulutnya, sembari mengocok penis tersebut. Kaachan terus menghisapnya hingga penisku bereksi, penisku mulai mengeras dan memenuhi mulut Kaachan.
Beberapa saat kemudian, ia menyudahi hisapannya kepada penisku. "Lakukan apapun pada tubuhku! Aku pasrah!" Ia kemudian menarik diriku ke atas kasurnya, dan mendorong tubuhku untuk rebahan di atas kasur tersebut. Kaachan sekarang berada di atas tubuhku, tepatnya di atas penisku. Lelehan cairan miliknya menetes dia tas penisku, ia kemudian mengarahkan vaginannya tepat di atas penisku.
"Kau yakin?"
"Ya, buat aku hamil! Aku ingin mempunyai anak darimu Naruto!"
Aku mengiyakannya dengan cara mendorong pinggulku ke atas, ia kembali tersentak kaget karena dengan tiba-tiba kau memasukkan penisku. Kemudian ia mendorong naik turun pinggulnya, ia menikmati penisku yang keluar masuk di dalam tubuhnya.
"Ahhnn... emmhh... yahh..." desahannya menggema di kamar hotel ini. Ia terus menggerakkan pinggulnya sembari kedua tangannya meremas payudaranya sendiri. "Engghh... Naruto... Kaachan sangat terangsang..." Aku berinisiatif untuk mempercepat gerakanku serta menyelesaikan kegiatan ini. Pinggulku sekarang bergerak cepat.
Beberapa saat kemudian, tanpa mengatakan apapun, aku menyemburkan sperma yang sangat banyak ke dalam tubuh Kaachan hingga sperma tersebut meluber keluar dari dalam. Kaachan langsung ambruk di atas tubuhku, ia terengah-engah akan kegiatan kami berdua sekarang, ia kemudian menatapku dengan tatapan intens miliknya.
"Sochi, tolong maafkan Kaachan. Kaachan tidak akan mengulanginya lagi, sebagai gantinya Kaachan akan berada dirumah terus setiap hari bersamamu, dan melayanimu setiap saat."
"Hm, itu adalah sumpah loh. Kalau kau melanggarnya, entah apa yang akan terjadi padamu nantinya."
"Ya, aku bersumpah!"
"Baik, kita lanjutkan acara kita." Aku menyentuh pipinya, kemudian mencium bibir ranumnya dengan lembut. Kami berdua pun memadu kasih didalam kamar hotel ini.
Aku akan sangat betah dirumah.
.
..
.
END
Oke, selesai! Maaf kalau kurang Hot, saya lagi sibuk soalnya, jadi ini saja.
Bye!
