Naruto © Masashi Kishimoto
Rated : saya bingung(?)
Genre : H/C/Humor/Romance/General/Mystery/Family/dan genre-genre lainnya yang ada di FFN*Dimasukinkejurang*
Warning : Semi-cannon, semi-AU, missTypo(s), OoC, Timelinenya up to me(?), dan sebangsanya.
So, amanat dari saya : DON'T LIKE, DON'T READ.
Oh ya, satu lagi. Rin selaku author yang lagi dalam masa labil sedang kahabisan 'hal untuk dibakar', jadi : SAYA TIDAK TERIMA FLAME.
Tapi kalau ada keritik dan saran, silakan saja sampaikan :D
P.S : Saya buat fic ini secara NEKAT*!
.
Enjoy!
.
.
"Daijoubu desu ka"
Siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi ke depan? Jawabannya- tidak ada, tak satupun yang bisa. Bahkan peramal yang kemampuannya sudah diakui oleh seluruh mahluk hidup di dalam bumi ini. Termasuk dirinya, dia yang sekarang sedang termenung lesu menatap hamparan rumput hijau di taman kecil itu.
"Daijoubu"
Melirik singkat pemuda yang berdiri persis di sampingnya, detailnya- pemuda yang baru saja datang dan sekarang berdiri di sampingnya. Pemuda yang 'cukup' membuatnya kesal beberapa hari ini.
Dia sungguh tak menyangka, seorang jenius seperti pemuda ini bisa membuat kesalahan fatal- yang menyebabkan mereka harus tinggal… serumah. Sungguh hal yang tidak sanggup diterima oleh nalarnya.
"Sepertinya ini akan lebih sulit dari yang kukira."
Dia tidak tuli! Gumaman singkat itu sudah cukup untuk bisa sampai di indra pendengarnnya. Memangnya hanya pemuda ini yang merasa susah? Dia juga!
Coba bayangkan situasinya sekarang; tinggal di sebuah rumah yang 'agak jauh' dari desa, berdua dengan seorang pemuda, tanpa punya hubungan 'khusus' dengan pemuda yang bersangkutan.
"Apa yang kau katakan tadi Neji-san?"
Mata beriris hijau itu manatap geram sosok yang masih berdiri tenang di sampingnya. Dia juga tidak mau harus terjebak dalam situasi seperti ini!
"Nandemonai"
Siapa juga yang mau terjebak dengan orang yang pelit bicara, jarang- hampir tidak pernah berekspresi, dan dingin macam Hyuuga Neji?
Ya, Hyuuga Neji adalah kandidat pertama- dan mungkin satu-satunya, yang membuatnya terjebak dalam situasi ini. Dan satu-satunya pemuda yang akan tinggal bersamanya 5 bulan ke depan. Dia seakan merasa gila mendadak ketika memikirkan tentang apa yang baru saja terjadi padanya!
Semuanya- ARGGHH-! Yang pasti hal yang baru menimpanya benar-benar buruk! Sangat-sangat-sangat-buruk!
"Kau-"
Menggeram pelan, apa dia bisa bertahan dengan orang menyebalkan macam Hyuuga satu ini?
"Asal kau tahu ya! Aku juga tidak mau terjebak dalam situasi menyedihkan macam ini- jangan menganggap hanya kau yang tidak mau terjebak dalam situasi ini Hyuuga-sama. AKU JUGA TIDAK MAU!"
Dengan berani- tanpa sedikitpun kilat takut atau enggan di matanya. Gadis muda itu berdiri dan menyentak keras pemuda yang sudah membuat darahnya naik sampai ke ubun-ubun. Menumpahkan semua kekesalan yang sejak tadi terpendam dalam-dalam di otaknya.
Mengunakan jari telunjuknya untuk mendorong-dorong dada pemuda itu. Memberikan penekanan pada setiap kalimatnya- dan mengakhirnya dengan pekikan keras yang dengan sukses membuat hewan-hewan kecil- seperti burung yang sedang bertengger di dahan pohon- kabur ketakutan.
"Hn, lagipula ini tidak sepenuhnya kesalahnku."
Apa katanya?
Batinya berteriak dramatis. Tidak terima dengan ucapan pemuda yang menjadi teman serumahnya beberapa bulan ke depan.
Demi apapun, ini benar-benar menyebalkan.
"Jelas ini KESALAHANMU! Mau dilihat dari segi manapun jelas saja kau yang salah!."
Mempertahankan argumentasinya yang tidak memiliki dasar, jelas tidak, karena dia hanya ingin membela dirinya saat ini. Dan lagi, kenyataanya dia juga ikut ambil andil dalam masalah ini.
"Aku tidak mengatakan kalau sisanya adalah kesalahanmu."
Mata yang nyaris berwarna putih sempurna itu terlihat begitu tenang ketika menyuarakan pendapatnya. Dengan jelas menangkap kilat tidak percaya di sepasang mata gadis berambut merah muda yang sedang bersitengang dengannya.
"Kisama- kuso!"
Mengumpat pelan dan meninggalkan pijakan awalnya. Lebih baik menenangkan dirinya dengan air dingin daripada lama-lama kepalanya mengeluarkan asap karena terlalu panas.
"Baka."
Gelengan pelan ia lakukan ketika si gadis sudah pergi- meninggalkannya sendiri di balkon taman belakang yang terasa begitu alami, harmonisasi alam yang masih sangat asli. Benar-benar membuainya.
5 bulan besama gadis macam itu pasti akan terasa lamaaaaa sekaliiiiiiiii.
.
.
Flashback mode : ON
Pagi itu begitu damai di kantor Hokage- er, setidaknya sampai suara amukan sang godaime terdengar menggema hampir ke seluruh penjuru desa.
Apa gerangan yang membuat jiwa 'monster' Hokage seksi kita bangkit?
Dan inilah jawabannya!
'Anak asuhannya', Haruno Sakura… dan 'Si Jenius Klan Hyuuga', Hyuuga Neji.
Bagaimana bisa? Pasti itu yang akan kau tanyakan.
Apa karena misi yang mereka emban gagal? Tidak- kemungkinan hal itu terjadi sangat kecil.
Apa mereka membuat kerusuhan di desa? Silakan lihat sendiri, keadaan desa begitu damai dan tentram.
Lalu?
"APA-APAAN KALIAN INI HAH? MELAKUKAN HAL KOTOR MACAM ITU DI KANTORKU?"
Yang diteriaki hanya sanggup terdiam, berusaha sabar menunggu sampai kemarahan Tsunade sedikit mereda.
"APALGI KAU!"
Tunjuknya pada pemuda berambut panjang yang tetap terlihat tenang. Terlihat jelas dari sorot matanya.
"APA-APAAN HAL TADI?"
Tetap tenang, melirik singkat gadis yang tampak ketakutan di dekatnya.
"Ini hanya salah paham, kami tak punya hubungan sama-"
"TAPI MAU MELAKUAN HAL *BEEEP* DI KANTORKU?"
Kembali terdiam, Tsunade melanjutkan cercaannya pada dua orang yang sekarang benar-benar membuatnya marah.
"Ka-kami benar-benar tidak punya hubungan apa-apa Tsunade-sama, yang kau lihat hanya salah paham!"
Si gadis mencoba menerangkan, bagimanapun itu hanya salah paham. Apa yang dilihat Tsunade tadi hanya salah paham!
"Dan melakukan adegan tumpang tindih? Jangan bohongi aku Sakura."
Mendesah pelan, percuma saja menjelaskan. Itu fakta yang sangat menyakitkan. Adegan ehm- yang tidak sengaja terjadi antara dirinya dengan Neji memang terlihat sangat alami. Walau sebenarnya semua itu terjadi secara sangat tidak sengaja dan sangat tidak direncanakan.
"Anda bisa pegang kata-kata Haruno-san. Saya berani bersumpah bahwa yang terjadi tadi benar-benar ketidaksengajaan."
Dengan nada yang tetep tenang dan terkesan monoton, Neji menambahkan. Mencoba meyakinkan sang godaime kalau hal ini seharusnya tidak dipermasalahkan.
"Kalian ini- begini saja, anggap saja ini hukuman untuk kalian. Aku minta, kalian berdua tinggal di satu rumah selama 5 bulan, jika dalam 5 bulan itu tak ada tanda-tanda bahwa kalian punya hubungan 'khusus' dan berbuat *beeep*. Kalian ku bebaskan."
Dan sejak itulah, awal 'kehidupan' baru mereka dimulai.
Flashback mode : OFF
.
.
Mencoba menahana rasa sakit yang menjalari perutnya, salahkan dirinya yang sama sekali belum memberikan asupan yang sesuai pada tubuhnya. Tapi apa mau dikata? Dia terisolasi di tempat ini(?), ah- maksudnya dia malas keluar dari tempat ini. Bayangkan saja, dalam keadaan yang nyaris sekarat seperti sekarang, dia harus menempuh jarak sekitar 2 km menuju desa?
Bermuka memelas dan menjatuhkan kepalanya di atas meja. Andai saja dia memberikan sedikit waktunya untuk 'khursus' memasak bersama sang ibu tercinta. Kejadiannya pasti tidak akan seperti ini.
Hei- apa?
Itu memang benarkan? Sekali saja seorang Haruno Sakura masuk dapur, kejadian berikutnya adalah bunyi ledakan yang mampu menghanguskan seluruh eksistansi yang memilih dapur sepagai tempat menetapnya.
"Neji-san wa ryori ga dekimashu ka(Neji-san bisa masak?)"
Tanyanya dengan tampang memelasa pada pemuda yang baru saya muncul dari balik dapur lengkap dengan segelas ocha(teh) di tangan kanannya. Yang ditanya hanya menatap datar yang bertanya. Seakan-akan matanya berkata 'Kau tidak salah tanya?'. Dan sukses mendapat degusan keras dari yang bertanya. Apa pertanyaannya tadi terdengar seperti bercanda?
"Iie, dekimasen(tidak, tidak bisa)."
Jawabnya tanpa melihat si gadis berambut merah muda, memilih untuk berbelok ke arah kamarnya yang berada di bagian barat.
"Fuzake naide yo!(Jangan bercanda!) Aku lapar Neji, bantulah sedikit!"
Rajukan singkat yang-entah-kenapa-menurut-Hyuuga-itu-begitu-berkesan membuatnya berhenti melangkah. Menengok ke arah gadis yang menampakkan raut cemberut karena seperti tidak dipedulikan-atau memang tidak dipedulikan?-
"Sejak kapan kita menggunakan 'nama kecil' untuk panggilan Haruno-sama."
Sakura langsung membuang muka ketika sepasang iris silver tak berpupil itu menatap statis dirinya. Bodohnya ia karena asal ucap pada pemuda itu!
"Ugh- lupakan saja!"
Skakmat!
Dia benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa sekarang. Jangan sampai dia salah ucap lagi, benar-benar mati kutu!
Ternyata rasa bernama 'lapar' yang sedang dirasai perutnya bisa membuatnya menurunkan harga dirinya pada pemuda ini. Membuatnya seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya, er- atau dalam kasus ini, pada ayahnya?
Tapi mau dikata apa? Dia benar-benar lapar, dan yang ada di dalam rumah ini hanya bahan makanan mentah tanpa satu makanan instan pun. Hal buruk baginya.
"Aku mau ke luar setelah ini."
Bagaikan hujan yang turun di tengah gurun sahara, muka cemberut Sakura langsung berubah bahagia saat mendengar penuturan Neji.
"Belikan aku makanan di desa ya? onegai Neji-san."
Mohonnya penuh pengharapan, mengunakan jurus 'blink-blink' eyes-nya untuk melumpuhkan pemuda di depannya. Walau kenayataanya hal itu tak pernah berhasil.
"Hn."
Dan Sakura kembali cemberut. Kalau jawabannya tidak jelas sepeti itu, kemungkinan terbesarnya adalah Neji mengiyakan. Tetapi, nah kata inilah yang membuat muka manis Sakura kita langsung berubah cemberut. Kenapa? Karena walaupun dibelikan, makanannya tidak akan pernah sesuai dengan keinginanya. Atau dalam kata lain, sesuai keinginan Neji.
Dua hari bersama pemuda ini sudah membuatnya sedikit tahu soal kebiasaan dan ego seorang Hyuuga Neji. Walau tetap saja belum terbiasa. Seperti yang satu ini, mengiayakan tapi melaukukan seenaknya sendiri. Lalu, Hyuuga Neji dalam 'keseharian' berbeda jauh dengan Hyuuga Neji dalam mode misi. Dimana perbedaanya? Kau akan tahu nanti.
"Oh, ya. Neji-san kesepakatan kita waktu itu?"
Neji mengangguk singkat, yeah… kesepakatan yang sudah diatur sedemikian rupa olehnya dan Sakura. Mau tahu seperti apa? Saksikan chapter selanjutnya!
.
.
Resah, cemas, bingung, dan segala rasa galau lainnya yang kini menyelimuti hatinya membuta perutnya semakin mengaung-ngaung minta di isi. Sudah 2 jam dan Neji belum kembali? Kemana sebenarnya pemuda itu mencari 'makanan' untuk dimakan.
"Neji~ cepat kembali."
Rintih Sakura penuh derita, mencengkram perutnya yang sudah tidak bisa ditoleransi lagi rasa laparnya.
"Tadaima."
Dan setelah suara itu terdengar, wajah Sakura tetap saja tidak berubah? Nah loh, ada apa dengan Sakura kita?
"Okaeri."
Gumamnya sambil terus memegangi pertunya yang terasa perih. Yang baru saja datang, yang sudah pasti kita ketahui sebagai Neji menaruh sebuah bungkusan putih di atas meja.
Dengan brutal, Sakura langsung saja membuka bungkusan itu dan…
"UAPAAAAA INIII?"
[ending song : Dilema by Cherrybelle(?)]
.
To Be Continued.
SekIn:
Pada akhiran kalimat yang mengandung partikel ka sengaja tidak saya beri tanda tanya. Kenapa? Karena guru di sekolah saya mengatakan segala pertanyaan yang bagian belakangnya sudah mengandung unsur ka itu tidak perlu tanda tanya. Karna ka di sini mengantikan tanda tanya.
A/N: kenapa saya begitu senang menambah tanggungan?
Review please?
