Disclaimer: KHR belongs to Amano Akira, Varia New Member (Selena dan Xenon) belongs to Eltrish. And don't forget that Xanxus and Squalo belongs to each other! (Fufufu, who can deny this fact?)

Warning: OOC, typo, cussing words, cerita amburadul, cacat, maksa, GJ, dan karya dari seorang penulis amatiran.

Fic ini juga merupakan fic dalam rangka meramaikan fandom KHR dengan pairing XS bersama Arisu-san!

Enjoy the story! ;)


Hari natal.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, natal tahun ini dirayakan oleh seluruh anggota Varia—kecuali Mammon, berada di markas. Levi, Bel dan Lussuria duduk di atas sofa panjang sambil mengamati hiasan pohon natal yang semakin terlihat membosankan. Tidak ada pesta, jelas sangat menyebalkan untuk mereka. Beruntung untuk Mammon yang sedang pergi mengemban tugas, setidaknya ia tidak perlu menghabiskan waktu natal di markas saat mood Xanxus sedang buruk.

"Hei, mana bos?" tanya Levi memulai pembicaraan. Ia mulai bosan memandangi pohon natal yang baru setengah selesai dihias. Tak lama setelah pertanyaan itu terlontar, terdengar suara pecahan gelas dari ruang kerja Xanxus, disusul oleh teriakan Squalo.

"Shishishi, sepertinya ada di ruang kerjanya." jawab Bel sambil memainkan pisaunya.

"Mereka berdua masih disana?" tanya Levi terdengar muak. Seharian ini ia terus mendengar suara makian, teriakan dan juga bantingan benda. Tentu saja semuanya berasal dari ruang kerja Xanxus.

"Shishishi, kasihan Squalo, dia selalu jadi tempat pelampiasan saat bos sedang kesal." ujar Bel sambil nyengir tanpa setitik pun terlihat rasa kasihan baik dari suaranya atau matanya.

"Benar, kasihan." timpal Lussuria sambil nyengir lebar.

Tak beberapa lama setelah itu, terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Sosok Squalo pun masuk dan ikut bergabung di ruangan tempat anggota Varia yang lain berada. Sambil menyeret kaki dan memegangi tangan kirinya, Squalo berjalan mendekat ke arah Levi, Bel, dan Lussuria.

"Hei Squaly, kau terlihat menyedihkan." sambut Lussuria sambil cekikian. Bel yang duduk di sebelahnya pun ikut cekikikan.

"Shishishi."

"Diam kalian, brengsek." umpat Squalo sambil menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Sekujur tubuhnya memar setelah jadi tempat pelampiasan Xanxus. Dari dahinya mengalir darah, namun Squalo sudah terlalu lelah untuk menyekanya. "Sial, sadistik brengsek itu memang tidak pernah setengah-setengah." gerutu Squalo sembari memejamkan matanya.

"Shishishi, sepertinya bos memperlakukanmu dengan buruk." komentar Bel masih cekikikan. Ia memperhatikan luka di sekujur tubuh Squalo. Setiap inci dari tubuh Squalo dihiasi oleh memar. "Sangat buruk." tawanya pun meledak.

Squalo sudah muak jadi bual-bualan teman-temannya, namun saat ini ia sudah terlalu lelah untuk menggubris. Rasa sakit di seluruh tubuhnya membuatnya bungkam. Mengunci sederet makian yang sebenarnya mau ia lontarkan pada Bel dan Lussuria.

"Apa kau berteriak saat ia menyiksamu, Squaly?" ledek Lussuria.

"Pastinya," Bel melirik ke arah Squalo sambil nyengir lebar. "Shishishi, aku bertaruh kau pasti terdengar seperti seorang gadis saat berteriak."

"Brengsek." umpat Squalo.

"Aku jadi ingin mendengarnya." kata Lussuria di sela tawanya. Bel pun ikut tertawa sambil mengangguk setuju.

Di saat tawa masih memenuhi seluruh isi ruangan, mendadak suara bantingan pintu memecah suasana. Kontan seluruh pasang mata menoleh, tentu saja kecuali Squalo yang masih memejamkan mata. Terlihat sosok Xanxus berdiri dengan angkuh di depan pintu.

"Hei, bos." sapa Lussuria sambil nyengir. "Datang untuk mencari Squaly?"

Mendengar itu, Squalo cepat-cepat membuka mata dengan waspada, takut kalau Xanxus benar-benar mencarinya untuk dijadikan pelampiasan lagi.

Xanxus tidak menjawab dan melangkahkan kakinya ke sofa dimana Squalo duduk. Ia memandang rain guardiannya itu dengan sinis. "Berlututlah, sampah." perintahnya dengan wajah arogan.

"Hah?"

Tidak mau menunggu, Xanxus menarik rambut perak Squalo. "Aku bilang berlutut sekarang, sampah." geramnya. Bel dan Lussuria sibuk menahan tawa mereka.

"VOIIII! Apa yang kau lakukan brengsek? Lepaskan aku!" berontak Squalo.

"Jangan membuatku mengulangi perintah yang sama berulang-ulang, sampah brengsek. Berlutut. Sekarang."

Squalo terdiam sebentar, kemudian ia berlutut mematuhi perintah Xanxus. "Sekarang kau puas?"

Xanxus menarik dagu Squalo dengan kasar. "Jaga mulutmu. Kau harus ingat dengan siapa kau sedang bicara, sampah." Mata Xanxus dengan tajam memandanginya sementara Squalo pun hanya bisa terdiam. Pimpinan Varia itu pun melepaskan Squalo dan melangkahkan kakinya ke arah sofa lalu duduk dengan tenang disana. Levi dengan cepat berdiri di sampingnya.

"Mau minum wine bos?"

Xanxus tidak perlu menjawab dan Levi sudah tahu jawabannya. Memberikan Xanxus wine di saat moodnya sedang buruk memang pilihan tepat. Levi pun bergegas pergi untuk mengambilkannya. Setelah Levi berjalan melewatinya, Squalo pun mengumpulkan segenap kekuatannya yang tersisa untuk bangkit, namun ia kurang beruntung karena Xanxus menyadarinya.

"Mau apa kau, sampah brengsek? Kubilang berlutut."

Squalo pun berdecak pelan dan kembali berlutut di tempat. Bel dan Lussuria pun tak bisa lagi menahan tawa dan mengeluarkan cekikikan kecil.

"Natal yang indah." kata Lussuria sambil cekikikan.

"Meskipun tidak ada pesta, shihishi."

Natal yang indah.

Begitu mendengar Lussuria mengucapkan kalimat itu Squalo langsung mengeluarkan pandangan 'VOIIII!-KAU-BILANG-NATAL-YANG-APA?-INDAH?-KAU-BUT A-YA?'

Protes, tentu saja. Di saat orang lain mendapatkan hadiah sebagai perayaan hari natal, hari ini ia justru harus berhadapan dengan Xanxus di saat mood pimpinan Varia itu sedang sangat buruk. Dijadikan pelampiasan. Dijadikan bual-bualan. Benar-benar natal yang 'indah' untuk Squalo yang malang.

Tak lama kemudian Levi datang membawa wine. Ia langsung menuangkan segelas untuk Xanxus. Namun, bukannya meminumnya, Xanxus malah menyiramkannya pada Squalo.

"VOIIII! APA YANG KAU LAKUKAN BRENGSEK?" teriak Squalo.

Ting Tong! Ting Tong!

Terdengar suara bel pintu berbunyi. Xanxus menoleh pada Lussuria lalu memberikan isyarat mata berisi perintah untuk cepat membuka pintu sebelum moodnya tambah buruk karena bel sialan yang sudah berbunyi beberapa kali itu. Lussuria cepat-cepat bangun dan berlari untuk membuka pintu.

Xanxus pun kembali melihat ke arah Squalo lalu tersenyum sinis. Melihat Squalo yang penuh luka kini berlutut dan basah oleh wine membuat moodnya perlahan membaik. "Pemandangan yang indah." Katanya puas.

Squalo langsung mengutuk Xanxus dalam benaknya.

BRAK! Pintu terbanting dan Lussuria masuk dengan wajah panik. "Kalian tidak akan percaya! Kalian tidak akan percaya!" teriaknya heboh.

Sebuah gelas melayang dan nyaris mengenai Lussuria. Pelakunya sudah jelas, Xanxus.

"Ya, aku tidak percaya kalau kau punya cukup keberanian untuk mencoba memecahkan gelendang telingaku, kepala ayam sialan." geram Xanxus.

"Tapi bos! Kau harus lihat!" Lussuria masih terlihat heboh, saking hebohnya ia tidak mempermasalahkan gelas yang dilemparkan Xanxus. Tak lama kemudian dari baliknya muncul 2 anak kecil berumur sekitar 2-3 tahun. Seorang perempuan dan seorang lagi laki-laki.

Si anak perempuan berambut perak panjang dengan mata merah menyala, sementara si anak laki-laki berambut hitam pendek dengan mata abu-abu. Mereka berdua pun berlari menghampiri Squalo sambil berteriak "Moma!" dan memeluknya.

Siiiinggg... sekejap ruangan terasa sunyi karena semua yang ada terpaku tak bisa berkomentar.

"Voiiii! Lepaskan aku bocah-bocah brengsek! Aku bukan mamamu! Aku bahkan bukan perempuan!" teriak Squalo sambil berusaha melepaskan diri kedua anak kecil itu.

Kedua anak itu mundur beberapa langkah dari Squalo. Kemudian menoleh ke arah Xanxus. "Popa!" teriak keduanya sambil mendekat ke arah Xanxus. Namun sebelum kedua bocah itu sempat memeluknya, Xanxus sudah mengeluarkan pandangan 'Sampai-berani-kalian-mendekat-satu-langkah-saja-m aka-kalian-akan-mati!'

Untungnya kedua anak itu cepat tanggap dan berhenti di tempat.

"Me-mereka terlihat seperti miniatur bos... dan miniatur Squalo." komentar Levi dengan mata terbuka lebar, nyaris tak berkedip.

"Ya kan? Aku juga berfikir seperti itu! Aku tak percaya apa yang kulihat!" Lussuria masih heboh. "Bos, kau tentu tidak melakukan sesuatu dengan Squaly kan? Maksudku, mereka benar-benar bukan anakmu—maksudku anak kalian kan?"

"VOIII!" teriak Squalo protes. "Idiot! apa kau tidak bisa berfikir dengan logis? Aku bukan perempuan, dan aku tidak pernah melakukan apa pun dengan sadistik brengsek itu!"

"Shishishi, pangeran dan puteri kecil Varia." Setelah memberikan panggilan baru untuk kedua bocah miniatur Xanxus dan Squalo, Bel mendekat ke arah keduanya. "Siapa nama kalian?"

Si perempuan menatap Bel lalu melemparkan sebuah pisau yang meninggalkan sebesit luka. "Jaga muyutmu. Kau pikil dengan syapa kau bicala?" tanyanya dengan arogan. "Nyamaku Selenya dan aku bukan 'puteli kecyil', aku 'tuan puteli yang telhowmat'!"

Satu ruangan kembali sunyi. Bocah berusia sekitar 2-3 tahun yang bahkan belum bisa bicara dengan benar melemparkan pisau ke arah anggota Varia. Pemandangan yang sangat sangat sangat jarang.

Squalo terperanjat. Antara kagum dan syok. Ia melirik ke arah Xanxus. Tak salah lagi, bocah kecil itu pasti anak si brengsek ini. Batinnya.

"Lalu inyi adik kembalku, Xenon." lanjut Selena.

Xenon hanya mengucapkan satu kata sebagai pengganti salam perkenalan. "Voi!"

Siiiiiiingggg. Satu ruangan kembali sunyi begitu mendengar sebuah kata ajaib terlontar dari bocah laki-laki itu.

Xanxus melirik ke arah Squalo. "Jadi mereka anakmu, sampah?" tanyanya dengan sinis.

"HAH?" teriak Squalo protes. "Anakku kau bilang? Mereka sudah jelas anakmu! Kau tidak dengar gaya bicara bocah perempuan tadi? Gaya bicaramu yang arogan jelas menurun padanya!"

"Kau nggak dengar bocah sial ini barusan bilang apa? Teriakan yang sama denganmu brengsek!"

Sementara Xanxus dan Squalo beradu mulut, sisa anggota Varia yang lain hanya bisa mengamati kedua bocah di hadapan mereka.

Selena, bocah perempuan berambut perak panjang, sama seperti Squalo dan bermata merah, sama seperti Xanxus. Gaya bicaranya yang arogan jelas mirip dengan Xanxus. Sementara Xenon, bocah laki-laki berambut hitam, sama seperti Xanxus dan bermata abu-abu, sama seperti Squalo. Suka berteriak 'voi!' sudah jelas mirip dengan Squalo.

Bel, Lussuria dan Levi sama-sama memandang Squalo dan Xanxus dalam bisu.

Sementara sisa anggota yang lainnya masih bungkam, Lussuria kembali buka mulut. "Kalian... yakin mereka bukan anak kalian?"

Xanxus dan Squalo sama-sama menoleh dan menggeram. "Bukan!" Sementara itu Selena dan Xenon mengelilingi keduanya sambil berteriak dengan riang. "Moma! Popa!"

Malam natal itu berakhir dengan keributan akibat hadiah tak terduga yang mereka dapatkan.


Thanks for reading!

Review (critics and comments) would be appreciated!

See you next time~