Fanfic sederhana karya Yola-ShikaIno

Pairing : Shikamaru N x Ino Y (from Naruto)

DISCLAIMER : NARUTO © MASASHI KISHIMOTO

#CSIFBirthdayPartyFict – 3 February (Light's Birthday)
Hastag lucu dari (a) SHIKAINO_FC #HappyBolaDay

Special thanks for all SHIKAINO SHIPPER—Guardian, my lovely family C-SIF, and para pembaca yang bersedia meluangkan waktu untuk mampir dan membaca fict Yola. Terima kasih juga untuk pembaca yang bersedia memberikan review untuk Yola. Arigatou ^o^

[WARNING INSIDE! TYPO(s), OOC, and friends!]

Happy Reading!

.

.

.

Jalanan menuju rumahku tercinta sudah mulai sepi. Wajar saja, langit biru pun sudah berganti menjadi oranye. Setiap rumah yang berada di kompleks perumahan pun mulai menyalakan lampu halaman kecil di depan rumah mereka. Beberapa rumah tertentu terdengar suara tangisan bayi, bahkan terdengar lagu rock dari kediaman sederhana keluarga pecinta anjing—Inuzuka.

Kini aku berada di depan pagar kediamanku. Sekilas aku mengamati tempatku berlindung dari hujan dan tempatku beristirahat. Warna hitam dan putih menjadi warna yang dominan di kediamanku. Dua warna yang menurutku sama-sama netral. Hitam cocok dipasangkan dengan warna apa saja, dan begitu pula warna putih.

Aku membuka pagar kediamanku perlahan, tidak ingin menimbulkan bunyi yang mungkin terdengar oleh penghuni rumahku yang lain. Oke, aku berhasil masuk ke halaman depan rumahku. Tak lupa aku menutup kembali pintu pagar dan berjalan menuju pintu masuk. Bunga-bunga yang tumbuh di halaman depan rumahku pun seolah-olah tidak ingin menimbulkan bunyi sekecil apapun saat diterpa angin sore. Sungguh, aku benar-benar semakin menyukai bunga-bunga penghias rumah sederhana milik keluargaku.

Aku meraih gagang pintu berwarna hitam dan membuka pintu berwarna putih polos itu perlahan, berharap sesukses usahaku membuka pintu pagar. Aku melepaskan sepatu kets biru dongker yang aku kenakan dan tidak lupa kaos kaki putih yang aku kenakan bersama sepatu kets biru dongkerku. Sepasang kaos kaki aku masukan ke dalam sepatuku agar mudah membawanya. Aku berjalan perlahan layaknya seorang penyusup. Lucu memang, aku seorang penyusup di rumahku sendiri. Aku menaiki beberapa anak tangga untuk sampai ke kamar pribadiku.

"Okaeri sayang!" suara khas dari ibu kandungku membuatku terpaksa menghentikan langkah kakiku. "Lupa mengucapkan tadaima, atau memang kau sengaja tidak mengucapkannya?" tanya kaasan.

Tepat di anak tangga kedelapan aku berbalik dan mendapati sosok kaasan dengan pakaian serba ungu. Dengan sepatu kets yang masih dalam peganganku, aku hanya bisa nyengir kuda sebagai jawaban salam hangat dari wanita cantik yang merangkap menjadi ibu kandungku.

"Dari mana? Jam segini baru pulang. Sudah tidak mau pulang, ya?" sindir kaasan dengan kedua tangannya yang sudah terlipat di depan dada.

Oh ayolah, semua orang di dunia tahu sekarang hari Minggu. Hari yang paling indah dari semua hari yang diberikan oleh Kami-sama untuk manusia di bumi. Karena hanya di hari Minggu, tanggal merah selalu mewarnai angka penunjuk hari Minggu. Khususnya untuk para remaja di dunia. Hari Minggu yang hanya ada satu hari dalam seminggu, pasti akan digunakan untuk melepas penat dari semua tugas atau ulangan yang sensei-sensei berikan.

Aku menghembuskan udara dari mulutku, sebelum menjawab pertanyaan kaasan-ku yang sedikit, maaf, maksudnya sangat cerewet. Walaupun aku tahu, kaasan cerewet karena kaasan perhatian padaku. "Dari rumah Hyuuga." Jawabku singkat.

"Yakin? Tidak berusaha berbohong 'kan? Siapa tahu kau pergi dengan teman laki-lakimu."

"Oh… ayolah kaasan, umurku baru saja menginjak 15 tahun. Lagipula, aku belum dapat izin pacaran dari kaasan dan tousan."

"Kaasan bilang 'kan teman laki-laki, bukan pacar." kata kaasan dengan senyuman penuh kemenangannya.

"Terserah kaasan deh, aku mau mandi." Kataku sambil menjinjing sepatu kets biru dongker dan menaiki anak tangga untuk menuju kamar pribadiku.

"Arashi-chan!" panggil kaasan membuatku berhenti melakukan gerakan menuju kamar untuk yang kedua kalinya. "Cuci kaos kakimu! Baunya sudah mengalahkan parfum menyengat dari guru olahragamu, Lee!" pinta atau lebih tepatnya perintah dari kaasan.

Aku mencium bau dari kaos kakiku, dan ternyata apa yang dikatakan kaasan tidak salah. Baunya benar-benar menyengat. "Troublesome!" jawabku sambil mempercepat gerakanku masuk ke kamar, takut wanita cantik berambut pirang ponytail yang merupakan kaasan-ku menghentikanku lagi. Maklum, kaasan memang keturunan clan Yamanaka, clan yang bisa dibilang cukup cerewet untuk keturunan perempuannya. Tapi, setidaknya clan-nya sudah berubah menjadi Nara, tapi tetap saja cerewet bawaan clan Yamanaka sudah mendarah daging.

.

.

.

Kini keluarga Nara yang beranggotakan tousan, kaasan, aku, dan adik laki-lakiku—Nara Kiyoshi—makan hidangan yang sudah kaasan siapkan sebelumnya. Empat porsi bakso brokoli saus tiram menjadi menu utama untuk malam hari ini. Tidak heran jika kaasan menghidangkan menu yang baru setiap harinya, memangnya apa yang harus dilakukan seorang ibu rumah tangga seusai membereskan kediamannya selain bereksperimen dengan bahan makanan di dapur. Untungnya, kegiatan yang dilakukan kaasan adalah kegiatan yang positif.

"Kaasan, Kiyoshi ada PR." Kata adiku satu-satunya sambil melahap brokoli hijau segar kesukaannya.

"PR apa?" tanya kaasan yang sebenarnya dengan nada yang tidak tertarik.

Selesai menghabiskan porsi makan malamnya, Kiyoshi melipat tangannya di atas meja. Tentu saja piring kotor yang baru digunakannya sudah bocah laki-laki itu singkirkan.

"Tugas sederhana, mencari 50 gambar pemandangan alam terindah di dunia." jawab Kiyoshi dengan santainya.

Terkadang aku heran dengan otak jenius yang sudah diwariskan tousan kepada bocah berambut hitam dengan mata onyx seperti tousan. Mencari 50 gambar dan dia bilang itu tugas yang mudah? Ayolah… semua orang tahu mencari 50 gambar untuk besok adalah tugas yang paling merepotkan se-dunia.

Kaasan tersenyum lega. Aku heran mengapa tugas merepotkan yang seharusnya dikerjakan seorang bocah laki-laki yang duduk di kelas 4 Konoha Elementary School malah menerima senyuman manis dari wajah kaasan. Berbeda dengan keadaanku waktu seusia Kiyoshi. Jika kaasan tahu aku harus mengumpulkan gambar sebanyak itu besok, pasti telingaku memerah mendengar semua omelan kaasan.

"Arashi-chan, bantu adikmu mengerjakan PR." terdengar suara lembut kaasan yang menurutku bukan selembut nadanya. Suruhan kaasan lebih terasa ancaman, karena aku tahu terselip omelan panjang dibalik kalimat yang baru saja dilontarkan kaasan.

Aku mencoba memikirkan alasan agar bisa menghindar dari tugas suruhan kaasan. Sementara pria dengan tampang datarnya terus melanjutkan kegiatan makan malamnya bersama dengan anak laki-laki muda, Kiyoshi. Walaupun Kiyoshi lebih tepat hanya menemani tousan-nya. Ayolah… aku hanya berharap pria dengan tampang malas ini membantuku terbebas dari 'terkaman' kaasan cantik bermata aquamarine.

"Aku ada PR." jawabku singkat dan terpaksa jujur. Aku memang tidak pernah memberitahukan semua tugasku yang bisa dibilang setaraf dengan mahasiswa-mahasiswi kepada kedua orang tuaku, apalagi kaasan. Karena, dengan memberitahukan itu, aku yakin hari-hariku akan dipenuhi dengan mengerjakan PR yang sebenarnya semakin lama dan semakin memperpanjang list homework-ku.

"Baiklah, Shika kau bantu Kiyoshi-kun mencari gambar." Jawaban yang aku harapkan keluar dari mulut kaasan. Sementara pria dengan rambut yang dikuncir seperti nanas—tousan-ku—membatalkan niatnya untuk meminum segelas air yang sudah disiapkan kaasan.

"Arashi, bantu adikmu!" kini malah tousan yang menyuruhku. Padahal aku mempunyai plan yang sudah aku pikirkan sejak perjalanan pulang dari kediaman Hyuuga.

"Arashi-chan ada tugas." Jawab kaasan membelaku. Terima kasih aku haturkan untuk tugas sekolahku, walaupun sebenarnya aku memang tidak berniat mencicil semua tugas satu persatu dari sekarang. Mendekati deadline baru aku berniat mengerjakan. Karena itu aku dijuluki gadis yang limited edition, sangat pemalas dibandingkan teman-teman sekelasku. Padahal, perempuan tidak selamanya identik dengan kata rajin, bukan?

"Tugas apa?" tanya tousan tiba-tiba.

"Semua mata pelajaran yang aku ikuti." jawabku untuk mendukung keinginanku terbebas dari tugas seorang kakak membantu adiknya mengerjakan PR.

"Mengapa baru bilang? Kemarin-kemarin kenapa tidak dikerjakan? Sekarang baru mengerjakan tugas."

Aku terdiam. Benar-benar menyesal menjawab pertanyaan tousan. Harusnya aku sadar tousan hanya memancingku. Sementara kaasan menatapku menunggu jawaban atas beberapa pertanyaan yang ia lontarkan padaku barusan. Sementara Kiyoshi hanya mendengarkan percakapan tiga orang yang lebih tua darinya. Padahal, percakapan membosankan ini bermula sejak Kiyoshi menyampaikan bahwa dirinya ada tugas. Adiku yang satu ini memang rajin, berbeda dengan kakak perempuannya ini.

"Troublesome. Baiklah aku akan bantu Kiyoshi-kun." kataku sambil menaruh piring kotor ke tempat pengeksekusian noda makanan—tempat cuci piring. Aku tidak ingin memperpanjang masalah kewajiban membantu Kiyoshi lebih lama, karena jika mau berdebat pun aku pasti kalah dengan kaasan-ku yang bernama lengkap Nara Ino ini.

Setelah aku meletakan piring kotorku, Kiyoshi melakukan hal yang serupa denganku.

"Arashi-chan, cuci piringnya!" perintah kaasan membuatku tidak bisa menyembunyikan kejengkelanku. Salah satu kaki kursi pun menjadi sasaranku. Dan sialnya, aku menendang kaki kursi itu tanpa alas kaki, membuatku meringis kesakitan gara-gara jari-jari kaki kananku.

"Hihi…" suara tawa Kiyoshi terdengar sebagai sebuah ledekan ditelingaku.

"Mendokusai!" kini trademark Nara yang dilontarkan tousan juga terdengar ledekan bagiku, apalagi saat melontarkan trademark Nara, tousan tersenyum tipis, atau lebih tepatnya senyum prihatin untuk jari-jari kakiku.

Sementara kaasan hanya menggelengkan kepalanya perlahan. Mungkin dipikiran kaasan, mengapa anak perempuan satu-satunya begitu aneh. Terserahlah, yang jelas aku benar-benar ingin terbebas dari tugas yang baru saja diserahkan kepadaku.

"Tadi disuruh membantu Kiyoshi, sekarang disuruh mencuci piring. Troublesome!" kataku protes berharap setidaknya tugasku diringankan.

"Ya sudah, Arashi-chan bantu Kiyoshi-kun saja. Shika, silahkan mencuci piring!" kata kaasan sambil tersenyum.

Refleks aku tersenyum sambil mengepalkan tangan dan mengucapkan yes! dalam hatiku. Kini giliranku memberikan senyuman ledekan untuk tousan. "Aku harus memeriksa beberapa berkas untuk rapat besok." kata tousan.

Berhubung kaasan tidak mungkin menyuruh Kiyoshi mencuci piring, aku yakin kaasan yang akan bertugas mencuci piring. Dibandingkan semua piring dan gelas hancur gara-gara Kiyoshi yang kurang atau bisa disebut tidak pernah berhati-hati setiap kali mencuci piring.

"Padahal hari ini episode terakhir." kata kaasan dengan ekspresi sedih. Sudah bisa kutebak, ini pasti soal sinetron yang sudah tayang lebih dari tiga ribu episode, sebut saja 'Tukang Ramen Mencari Mantu' yang memang lagi hits di kalangan para ibu di Jepang.

"Troublesome!" kataku, tousan, dan Kiyoshi bersamaan.

"Kiyoshi-kun, kau cari gambar pakai komputer. Nanti neesan cari gambarnya pakai laptop tousan. Biar lebih cepat." kataku sambil berjalan meninggalkan ruang makan yang sudah didahului oleh tousan sebelumnya.

"Eits! Kiyoshi-kun tidak perlu mencari gambar, nanti kalau dia menemukan gambar yang aneh-aneh, bagaimana?"

"Eh… apa? Itu sih sama saja semuanya aku yang mengerjakan tugasnya, bukannya membantu." Kataku protes merasa tidak adil.

Kedua tangan kaasan sudah terlipat di depan dadanya. "Cepat lakukan! Setelah itu baru cicil tugasmu." Perintah kaasan.

Aku hanya menggerutu sambil berjalan menuju ruang kerja tousan yang terletak di lantai dua, di sebelah kamar orang tuaku. Sementara Kiyoshi mengikutiku dari belakang sambil memainkan yoyo berwarna hijau tua pemberian tousan.

.

.

.

Tinggal 20 gambar lagi dan aku selesai membantu menyelesaikan tugas Kiyoshi, atau lebih tepatnya mengerjakan tugas Kiyoshi. Pantas saja Kiyoshi dan kaasan tidak shock mendengar tugas yang diberikan sensei Kiyoshi untuk mencari gambar. Karena, mereka berdua pasti sudah punya feeling kalau aku yang akan mengerjakan tugas Kiyoshi. Selama aku mencari gambar, Kiyoshi dengan asiknya bermain yoyo kesayangannya. Untungnya google gambar saat ini benar-benar menjadi dewa penyelamatku mengerjakan tugas Kiyoshi. Jaman Kiyoshi memang enak, mencari gambar tinggal searching di google. Berbeda dengan jamanku dulu, tousan dan kaasan belum bisa memberikan fasilitas internet untuku.

"KIYOSHI!" teriak kaasan membuat yoyo yang sedang dimainkan Kiyoshi terjatuh di atas lantai. "Bereskan semua kaset PS-mu! Atau akan kaasan buang!" ancam kaasan membuat Kiyoshi langsung berlari dan aku yakin segera membereskan semua kaset PS-nya. Setidaknya itu lebih berguna dibanding menungguku mengerjakan tugasnya.

Selesai mencari gambar-gambar untuk tugas Kiyoshi, aku mencetak gambar-gambarnya dan berniat menyuruh Kiyoshi untuk mengguntingnya sendiri. Seenaknya saja dia yang mendapat nilai padahal aku yang berusaha mencari semua gambarnya. Sambil menunggu printer mencetak gambar sebanyak sembilan halaman, aku membuka new tab untuk sekedar mencari sesuatu di account twitter-ku. Siapa tahu ada pengumuman kalau besok libur dikarenakan kepala sekolah sakit, walaupun aku tahu, kepala sekolahku sepertinya tidak pernah sakit.

Sebelum aku memasukan password account twitter-ku, suara yang cukup membuatku refleks menutup kedua telingaku. "ARASHI!" suara teriakan kaasan seolah-olah menggema di seluruh sudut ruangan rumah ini. Aku meninggalkan tugas Kiyoshi dan segera berlari untuk menemui kaasan.

Rupanya kamarku ikut-ikutan di-check oleh kaasanseperti kamar Kiyoshi. Sebenarnya tidak ada yang salah dari kamarku, cat merah mudanya masih bagus, jendela juga sudah tertutup sehingga tidak ada angin malam yang masuk ke kamarku, sayangnya, kondisi kamarku yang bentuknya sudah seperti kapal pecah. Buku pelajaran berserakan di atas kasur dan karpet berbentuk lingkaran dengan warna ungu, rak sepatuku bukan berisi sepatu melainkan kertas-kertas fotocopy-an, tas-tas yang sering aku pakai berada di setiap sudut kamarku, dan setoples cemilan berada di setiap meja di kamarku.

"Ada yang mau kau jelaskan tentang suasana kamarmu, nyonya?" tanya kaasan sambil menatap mataku yang serupa dengannya, aquamarine.

"Iya-iya, akan Arashi rapikan kamarnya." Jawabku sambil mengambil beberapa buku yang berada di lantai. Namanya juga perempuan yang super sibuk, mana mungkin sempat merapikan kamarnya, bahkan, aku sendiri pun tidak sadar kalau kamarku sudah seberantakan ini. Sementara aku membereskan kamarku, kaasan keluar dari kamar dan akan bisa aku pastikan, menuju ruang kerja tousan untuk melihat pekerjaannya. Mendokusai Mom.

.

.

.

"SHIKAMARU!" suara kaasan terdengar sampai kamarku. Aku yang sedang memasukan beberapa buku pelajaran ke lemari langsung meninggalkan tugasku merapikan kamar. Dengan segera aku berlari menuju sumber suara kaasan. Sesampainya di depan kamar tousan dan kaasan, aku melihat Kiyoshi berdiri di belakang kaasan. Ternyata suara kaasan benar-benar kencang sampai terdengar Kiyoshi. Padahal, jarak kamar tousan dan kaasan cukup jauh dari kamar Kiyoshi. Seandainya kaasan mengikuti lomba kaasan terhebat, aku yakin kaasan akan menang dengan suara merdunya yang begitu keras, dan sepertinya kaasan cocok menjadi penyanyi.

"Troublesome!" kata tousan-ku yang dipanggil Shikamaru oleh kaasan. Rupanya tousan berbohong kalau mau memeriksa beberapa berkas. Berkas-berkasnya memang berada di atas kasur yang biasanya digunakan tousan dan kaasan untuk tidur, tapi, berkas-berkas itu rapi sekali. Bahkan aku yakin, tousan belum membaca bahkan membuka berkas-berkas itu.

"Katanya mau memeriksa beberapa berkas, ternyata malah tidur di sini." Sindir kaasan.

"Aku ketiduran." Jawab tousan singkat dan malah membuat kaasan semakin jengkel dengan ulah tousan. Sementara aku dan Kiyoshi hanya berdiri mematung melihat adegan kaasan dan tousan yang sepertinya akan berdebat.

"Ketiduran? Jangan berbohong! Aku bahkan sampai berkorban nggak nonton sinetron buat nyuci piring, Eh, kau malah enak-enaknya tidur di sini."

"Pelankan suaramu, Ino." Pinta tousan.

Aku dan Kiyoshi saling pandang. Di rumah sederhana ini, hiduplah satu keluarga kecil yang benar-benar merepotkan. Terutama wanita cantik yang selalu merapikan rumah bernuansa hitam dan putih ini. Ya… dialah kaasan-ku. Jika ada lomba keluarga paling merepotkan, aku yakin keluarga Nara, alias keluargaku akan meraih juara pertama. Short story from Mendokusai Family.

"Troublesome!" kataku dan Kiyoshi bersamaan.

"Kalian berdua! DIAM! Ini urusan kaasan dengan tousan." kata kaasan.

"Eh… baiklah, Kiyoshi-kun ayo pergi!" kataku mengajak Kiyoshi keluar dari acara ceramah malam dari kaasan Ino untuk tousan Shikamaru.

"Tousan, ganbatte!" ucap Kiyoshi sebelum meninggalkan kamar kaasan dan tousan. Sementara aku memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka account twitter-ku. Thanks a lot for my daddy, I love you. Kalau bukan karena tousan, pasti aku tidak akan bisa membuka account twitter-ku.

.

.

.

FINISH

.

.

.

Haha :D Gimana sama fict yang ini? :v Sepertinya lebih cocok di kasih judul Mendokusai Kaasan ya? :v Sudahlah yang jelas fict ini kelar~:3 Oh iya, fict ini terinspirasi dari sebuah keluarga kecil yang anak cewe-nya mendapat predikat cucu termales (baca: yola:P)

Tanpa banyak ba-bi-bu lagi, silahkan tinggalkan review anda wahai para readers!

Konbanwa! (beres ngetiknya malem2 tgl 2 Februari mepet amat haha xD)

Jangan lupa liat fict SHIKAINO #CSIFBirthdayPartyFict yang lain

=KEEP HYPER AND LOVE SHIKAINO!=
=LOVEY DOVEY CSIF=
=LIGHT GUARDIAN=