Disclaimer : J.K Rowling own the greatest imagination ever. And she really own Harry Potter stuff
No Voldemort here, he died long ago after he killed The Potters except Harry, of course.
Timeline: Tahun ketujuh dan selanjutnya.
Enjoy
Prolog
Angin berhembus hangat disela jatuhnya bulan Mei yang cerah. Tidak ada yang bisa mengurangi kebahagiaan murid-murid kelas 7 sekolah sihir Hogwarts selain terpilihnya Draco Malfoy sebagai murid dengan peringkat nomor 2 setelah sang putri Gryffindor, Hermione Granger, diakhir tahun pelajaran mereka. Satu hal yang tidak akan pernah terjadi didalam sana, keakraban antar asrama Gryffindor dan Slytherin.
Apalagi kelakuan Draco yang sudah terkenal sangat Malfoy yang sangat menyebalkan serta mulai tidak beretika akhir-akhir ini dan terkadang membuat sebagian besar penghuni asrama Gryffindor geram. Bergonta-ganti teman tidur, mengerjai murid-murid kelas 1, melakukan hal yang ia inginkan semaunya, dan banyak lagi. Yang paling parah adalah bahkan sempat terdengar bahwa Draco mengincar agar bisa tidur bersama Hermione. Kalau saja bukan Harry dan Ron, serta Ginny yang berada disekitar gadis itu, tentu ia sudah berhasil menyentuhnya dari lama.
Malam ini pesta kelulusan akan diselenggarakan seperti biasa, setiap tahun. Dan setiap tahun pula setiap lulusan terbaik harus memberikan pidato terakhirnya.
Hermione melirik Draco sekilas yang balik memandangnya dengan kerlingan. Tidak satu gadis pun tidak terpukau dengan tampilan Draco malam itu. Setelan tuxedo hitam dengan tatanan rambut sedikit acak-acakan. Hermione maju dan diiringi oleh Draco yang berjalan setelahnya.
"Well," Hermione memulai mengambil perhatian seluruh hadirin termasuk para guru, "Selamat bagi kita semua untuk kelulusan ini. Tidak banyak yang akan saya katakan. Tapi ada beberapa hal yang harus saya sampaikan juga..."
Hermione melanjutkan berpidato dengan lancar dan membahas segala hal yang membuat Draco hanya mampu mengeluarkan satu kalimat pendek karena semua sudah didahului oleh gadis yang satu itu. Kesabaran akan berbuah hasil yang memuaskan.
"Selamat untuk kita semua dan terimakasih untuk semua guru yang telah membantu selama ini."
Aplause meriah meramaikan akhir pidato Draco. Anggukan pelan mereka berdua mengisyaratkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Setelah perjalanan turun dari panggung dan saat mereka sudah sampai dibelakang kerumunan didepan panggung, Draco membisikkan sesuatu pada Hermione untuk keluar dari Aula Besar.
"Apa maumu?" tanya Hermione juga dengan berbisik. Draco tidak menjawab, ia mengarahkan wajahnya menghadap Hermione dan menggandeng gadis itu keluar setelah mereka sedikit agak lebih jauh dari kerumunan murid.
Gandengan Draco lebih tepat bila disebut dengan seretan ataupun paksaan. Mereka berjalan dengan kendali Draco menuju lorong kosong dipojok belokan Aula Besar yang tertutup. Draco menekan Hermione ke dinding dan mendesaknya hingga belakang kepala gadis itu terantuk dinding batu. Sepatu hak tinggi Hermione patah dan berderit diatas lantai marmer yang licin. Tidak ada jeritan dari gadis itu, seolah kejadian seperti ini hanya tinggal menunggu waktu dan giliran untuknya. Ia tahu betul karakter saingannya yang satu itu. Draco tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Sekarang, Malfoy? Kau gila!"
Draco terkekeh sarkatis. Ia menciumi Hermione dengan ganas sementara gadis itu meronta tanpa suara dan merasakan desiran aneh diantara ciuman Draco penuh-penuh dimulutnya, "Ya, sekarang. Atau kita tidak akan punya kesempatan lagi, Granger."
"'Kita?' kau tepatnya yang menginginkannya dan ketakutan akan kehilangan kesempatan meniduriku setelah malam kelulusan ini karena kau telah gagal selama ini, benar kan?"
Lagi-lagi Draco hanya terkekeh lebih keras dan tajam lalu terus menciumi, menjamah, dan menyeret Hermione hingga entah bagaimana, mereka sudah sampai dikamar Draco di asrama Slytherin dibawah danau hitam. Setelah itu, tidak ada yang bisa menghalangi Draco melampiaskan hasratnya pada Hermione, yang meskipun masih dengan rontaan, menyerah pada tiap sentuhan Draco yang menelanjanginya.
Ditengah malam yang panas, peluh mereka bercucuran dengan sebab yang sama sekali berbeda dengan hawa diluar sana. Desahan diantara tiap ciuman dan sentuhan yang dirasa sangat janggal diantara mereka berdua. Hermione bisa merasakan kelembutan rambut pirang platina Draco saat sang pangeran Slytherin menciumi lehernya dan membenamkan wajah didadanya.
Adakah hal lain yang bisa mengalihkan perhatian Draco dari tubuh indah sang putri Gryffindor? Tidak. Ia terlalu senang dengan kemenangannya atas malam ini. Memenangkan hadiah kelulusan yang luar biasa yang sudah ia incar sejak beberapa waktu yang lalu. Ia tidak pernah bisa menahan saat Hermione memakai roknya yang mini dan menonjolkan kaki jenjangnya yang putih dan langsing.
Malam itu saja, dan mereka tidak akan pernah bertemu lagi secara berkala seperti 7 tahun terakhir ini. Malam ini saja, dan semua perjuangan pencarian Draco akan berakhir. Toh ia akan tetap menikah dengan Astoria Greengrass, berkat perjodohan bodoh yang diatur oleh kedua orangtuanya. Ia bahkan bisa lebih pandai dan memilih Daphne yang lebih atraktif ketimbang adik gadis itu atau bahkan Pansy yang sering menemaninya dimalam yang sepi.
Diluar sana, tidak ada yang tahu kemana perginya dua murid kebanggaan sekolah itu. Malam itu murid kelas 7 bebas melakukan apa saja untuk memuaskan diri di hari terakhir di sekolah sihir tersebut. Dan itulah yang dilakukan Draco. Siang hari esoknya, tepat pukul 11, Hogwarts Ekspress akan membawa mereka pergi.
Matahari menampakkan cahaya dan embun pagi jatuh satu persatu menutup perjalanan mereka. Siang ini mereka semua akan kembali pada kehidupan yang sebenarnya, dimana mereka harus berjuang didalamnya. Hermione sudah kembali dari kamar Draco 3 jam yang lalu sebelum para penghuni Slytherin yang lain mengetahui apa yang didapatkan oleh pangeran mereka, setelah menatap tajam mata Draco dan berharap pertukaran pandangan mata itu adalah yang terakhir kalinya.
"Kau menang, Draco. Dan aku tidak akan menyerangmu jika sesuatu terjadi padaku. Kuharap kita tidak pernah bertemu lagi."
Sebuah hadiah istimewa. Draco menghampiri Hermione dan tanpa disangka langsung mencium bibirnya dengan lembut seolah tidak terjadi apa-apa beberapa jam sebelumnya.
"Kenang itu. Dan kau akan mencariku untuk memintanya lagi suatu saat nanti."
Hermione melepaskan diri dan membenahi gaun yang tadi malam ia kenakan dan jatuh dengan sempurna ditubuhnya. Ia berjalan keluar dengan pikiran gamang. Sama sekali tidak bisa berpikir jernih tentang yang baru saja terjadi diantara dirinya dan saingan terbesarnya. Draco Lucius Malfoy.
Malfoy.
Ia terdiam sejenak dan menghembuskan napas pelan secara teratur lalu kembali berjalan dengan tenang menuju ruang rekreasi asrama Gryffindor dimana semua barang-barang dan kenangannya berkumpul selama ini. Melupakan tangan Draco yang menyentuh tiap jengkal tubuhnya.
Setidaknya, pagi ini semua sudah berakhir.
Chapter 1.
Simbol plus berwarna merah pada sebuah alat muggle kecil itu membuat gadis yang sedari tadi memegangnya dengan was-was itu sempoyongan tak tertahankan hingga menabrak wastafel dan terduduk didekat kloset dikamar mandi flat kecil miliknya dipinggiran kota London.
Hermione Granger menatap nanar kesekeliling ruangan berwarna putih tersebut. Menahan emosi yang bersiap melonjak dari dalam dirinya yang bergejolak tak karuan. Semua kejadian yang pernah terjadi sebelumnya berputar ulang dengan cepat diotaknya dan membuat segalanya menjadi kian jelas dan kian memusingkan kepalanya.
Benda kecil itu berkelontangan dilantai kamar mandi yang basah. Seketika pertahanan Hermione runtuh menatap tanda plus itu tergambar tepat ditengah lingkaran.
2 bulan.
2 bulan ia tidak mendapatkan gangguan bulanan yang biasa dialami oleh setiap gadis didunia. 2 bulan ia tidak menyadarinya. 2 bulan..
Seharusnya ia tahu apa yang ia lakukan 2 bulan yang lalu beresiko besar untuknya. Seharusnya. Jika saja ia masih memiliki akal sehat setelah dijamah oleh seorang yang bahkan tidak memiliki otak.
Ia berdiri dan bergegas mengerjakan sesuatu yang membuatnya tidak teringat lagi dengan kebodohan yang pernah ia lakukan. Ia berpakaian dan pergi menuju sebuah pusat perbelanjaan untuk mengunjungi toko buku dan menghabiskan waktu disana sembari melepaskan penyesalan yang ia rasakan.
Ia bukan gadis yang mudah larut dalam kesedihan sesaat. Ia harus bangkit.
Jalanan kota London yang ramai setidaknya bisa mengusir kejenuhan dan kerisauan yang menggeliat mengganggu pikirannya. Tapi apa yang ia rasakan sekarang malah membuat matanya berputar dan pandangannya terlihat gelap. Hermione terhuyung kebelakang tak mampu menahan berat tubuhnya sendiri dan jatuh pingsan di trotoar.
.
Tidak seorangpun menyadari bahwa seseorang baru saja terjatuh ditrotoar sebelum Draco Malfoy terkesiap dan berlari dengan sigap mencoba meraih tubuh gadis tersebut dari kejauhan tanpa tahu siapa gadis yang terhuyung tersebut. Meski ia tidak berhasil menangkap tubuh gadis itu, ia memperlambat pendaratannya dengan mantra non verbal dan segera mendekatinya sebelum ada muggle yang menyadari keanehan yang ia perbuat.
Perlahan Draco melihat wajah gadis itu dan terkejut menatap wajah yang amat ia kenal. Ia menyibak rambut poni cokelat yang menutupi matanya. Dengan cekatan, Draco mengangkat Hermione dan membawanya menuju Rolls Royce miliknya yang ia parkir tak jauh dari sana. Ia tadi baru saja akan membeli makanan sebelum ia melihat kejadian tersebut.
Ia terdiam sesaat setelah duduk dibalik kemudi mobil mewahnya dan melihat lagi Hermione yang terbaring di kursi belakang dengan wajah tegang dan pucat. Draco mengemudikan mobilnya menuju Malfoy Manor dan mengharap suatu keajaiban agar ayah dan ibunya tidak berada dirumah saat ini. ia harus tahu kenapa gadis itu bisa sampai seperti itu.
.
Hermione mengerjap-ngerjapkan matanya yang berair dan mencoba melihat secara benar ke sekeliling ruangan tempatnya ia terbaring daritadi. Ia mengubah posisinya menjadi duduk dan tidak yakin dengan pandangan matanya sendiri saat menangkap sebuah foto besar dengan frame kuno yang terpajang di dinding dengan gambar tiga orang yang ia kenal.
Ia berdiri dan mengamati lebih dekat. Tidak salah lagi, foto itu adalah foto keluarga Malfoy. Lucius, Narcissa, dan Draco. tapi, bagaimana bisa...
"Baguslah kau sudah bangun."
Hermione terlonjak kaget melihat Draco yang asli berdiri tak jauh darinya di lubang pintu dengan membawa segelas penuh susu putih dan berjalan pelan kearahnya. Sontak Hermione mundur untuk menghindarinya.
Draco mengerti dan menaruh gelas yang ia pegang itu dimeja didekatnya berdiri. Ia tidak lagi mencoba mendekati Hermione yang memasang wajah ketakutan dan tegang.
"Ini... rumahmu kan?" tanya Hermione takut takut.
Draco mengangguk dan sedikit lega gadis itu tidak mendiamkannya sepanjang hari, "Selamat datang di Malfoy Manor."
Hermione mengangguk-angguk lalu duduk disalah satu sofa dan seketika teringat sesuatu. Ia menatap tajam kearah Draco yang keheranan.
"Apa?"
Hermione menggeleng dan meraih tasnya di meja kecil dekat sofa tempatnya terbaring tadi lalu bersiap untuk pergi dari sana, "Terima kasih, Draco. Aku harus pergi sekarang."
"Tunggu!" Draco menahan tangan Hermione yang terlihat aneh semenjak terbangun tadi, "Kau bisa katakan padaku ada apa denganmu."
"Kurasa tidak." Hermione menepis tangan Draco pelan dan memaksakan senyum. Namun sekali lagi Draco tidak memperbolehkannya pergi.
"Hermione.."
Gadis itu menarik napas pelan dan melepaskan tas tangannya ke lantai, "Aku hamil."
Draco mundur seketika. Menyadari satu hal yang pasti bahwa ITU adalah kesalahannya. Ia mengernyit.
"Kau tak perlu khawatir. Aku sudah berjanji bahwa apa yang terjadi setelah kejadian itu, aku tidak akan menyerangmu atau meminta apapun padamu." Hermione mengangkat bahunya pelan, "Well, semua sudah terjadi dan tidak akan bisa kembali."
Draco hanya diam dan berkali-kali berusaha mengucapkan kata-kata yang mungkin bisa mengutarakan apa yang ada didalam otaknya namun tetap tidak ada yang terlontar satu pun.
"Sekarang biarkan aku pergi." Kata Hermione lalu berjalan menuju pintu.
"Hermione, tunggu."
Hermione berbalik mendengar Draco memanggilnya pelan dengan tatapan lembut, "Ya?"
"Maafkan aku."
Sejujurnya, Hermione sama sekali tidak bisa menerima permintaan maaf Draco yang kini sudah sibuk dengan tetek bengek masalah bisnis keluarga Malfoy, tapi ia hanya mengangguk dan meneruskan perjalanan pulangnya.
TO BE CONTINUED
ehem tes tes, aduh kebodohan lagi nih bikin fict multichap sementara yang kemaren kemaren juga maih kacaaaauuuu. tapi saya pada dasarnya bukan orang yang cepet puas dan selalu penasaran pengen nyoba terus. so, gini deh jadinya. dapet inspirasi dikit aja udah langsung sok sok an bikin multichap yang ceritanya abal dan chapternya pendek.
so, what do you think gals? :)
