"Aku rasa aku sudah gila..." gerutu pemuda berambut hitam sesaat ketika ia membaur dengan sekelompok pemuda tampan.
"Ada apa lagi Jaehwan hyung?" pemuda dengan mahkota pirangnya bertanya separuh hati. Bukan hal baru seniornya yang satu ini datang menggerutu.
"Kemarin aku pergi untuk memancing tuna di laut.. Dan kau tahu? Aku hanya mendapatkan seekor ikan mas.. Ikan itu terus memakan umpanku.."
"Itu sungguh lucu.. Dia menggerutu sepanjang hari.. Hahaha..." gelak tawa terlahir dari pemuda pemilik mata sipit dan senyum kelinci.
"Hanya itu?" tanya yang lain
"Aku membawanya pulang. Lalu.. Aku mulai mendengar suara yang memanggilku.. Rasanya seperti ikan itu memanggilku.."
Seketika kelompok itu membeku selama beberapa detik. Sebagian dengan mata terbuka lebar, sebagian dengan dahi berkerut.
"Mungkin dia hybrid hyung. Tapi aku belum pernah mendengar hybrid dalam wujud ikan."
Sesosok pemuda berkulit gelap yang baru saja tiba bersama seekor kelinci di pelukannya semakin membekukan suasana.
"Apa yang kau bicarakan Woojin hyung? Hybrid? Makhluk apa lagi itu? Dan lagi sejak kapan kau memelihara kelinci?"
"Tak bisakah kau bertanya satu persatu Lee Daehwi? Daniel hyung jelaskan"
"Aku? Bagaimana ya. Aku juga tidak begitu paham. Intinya sosok hewan yang dapat berubah wujud menjadi manusia itulah hybrid. Tolong diingat mereka bukan siluman."
Daniel paham betul teman-temannya ini akan memikirkan nama-nama aneh seperti siluman. Setidaknya itulah yang terjadi ketika ia harus menjelaskan hal yang sama kepada Woojin. "Dan kelinci imut ini kemungkinan adalah hybrid. Dia tidak mau lepas dari Woojin. Begitulah sifat hybrid terhadap matenya."
"Mate?" tanya anggota termuda yang terlihat kebingungan dengan pembicaraan ini.
"Hybrid dapat sepenuhnya menjadi manusia dengan bantuan matenya. Benar begitu Seobie?"
Kelinci dalam pelukan Woojin mengangguk lucu.
"Hii.. Kau bicara dengan kelinci hyung.." Daehwi melonjak kaget dan segera memeluk teman yang hanya beberapa bulan lebih muda darinya saat si kelinci menoleh seketika.
"Melihat beberapa hybrid sudah menemukan matenya, kurasa kalian juga akan mendapatkan hybrid kalian dalam waktu dekat," Daniel melambaikan tangannya meninggalkan mereka termenenung di tempat.
"Hyung.. Aku akan datang ke rumahmu sore ini. Kuingin lihat hybridmu."
"Hell no Woojinie. Kau berbahaya," Jaehwan pun beranjak pergi setelah meninggalkan pukulan ringan tepat di dahi Woojin.
•
•
HybridWorld
•
•
Salahkan Daniel dan Woojin dengan teori hybrid mereka atas apa yang terjadi pada Jaehwan selama beberapa jam terakhir. Pemilik suara surga itu sudah menghabiskan waktu berharga yang biasa ia gunakan untuk mengasah kemampuan bermusiknya untuk memandangi ikan di dalam aquarium mininya.
"Kau hybrid? Tidak.. Tidak mungkin.. Tunggu.. Apa kalau kau menjadi manusia kau bisa bertahan tanpa air?"
Seketika ikan yang membuat Jaehwan kesal seharian itu berhenti menjelajahi rumah barunya, menatap Jaehwan, lalu bergerak ke sana ke mari memberi tanda bahwa ia akan baik-baik saja.
Jaehwan sedikit memundurkan wajahnya karna rasa terkejutnya. Setelah tampak berfikir sejenak, perlahan Jaehwan menenggelamkan tangannya ke dalam dinginnya air dan meraih satu-satunya ikan yang ada, membawanya keluar menyapa udara.
"Sesungguhnya.. Kau menggemaskan.. Aku tidak mengerti apa pun tentang hybrid atau apa pun itu yang dikatakan oleh Daniel, tapi aku akan menjagamu."
Hari demi hari Jaehwan semakin menyayangi hybridnya meskipun ia masih belum memahami apa yang harus ia lakukan terhadap ikan itu. Siang itu, teman-temannya tengah berkumpul seperti biasa. Dan seperti biasa terjadi pembicaraan hal-hal sederhana yang membosankan. Sangat membosankan hingga Jaehwan merasa sungguh ini kembali ke kamarnya menyapa makhluk dalam kaca bulatnya. Ketika ia mengemasi barang-barangnya, matanya menangkap sesuatu yang janggal, begitu pula telinganya. Ia memandang teman-temannya, memastikan bukan dirinya saja yang menyadari keanehan itu. Dan ia benar. Semua. Semua teman di meja kantin itu mengarah ke sudut lain ruangan. Menatapi sosok pemuda berambut merah gelap yang terus tengah mengusap lembut surai hitam pemuda lain.
"Aku.. Tak salah mendengarkan? Yang baru saja memanggil Woojin hyung dengan nada sangat amat manja.. Laki-laki itu?" tanya Daehwi tak percaya.
"Siapa dia hyung? Aku belum pernah lihat.." kali ini Guanlin yang bertanya, mencari jawaban dari senior-seniornya.
"Jinie.. Jangan bilang.. dia Seobie mu?" Daniel bertanya dengan hati-hati setelah memperhatikan pemuda mirip kelinci yang bersembunyi di belakang tubuh kekar Woojin.
"Eoh.. Semuanya, ini Seobie, Ahn Hyeongseob.. Hyeongseobie, ini teman-temanku, kau sudah bertemu mereka kan? Ayo duduk, kau tidak perlu takut."
Detik berikutnya Woojin sudah duduk berdampingan dengan pemuda berkulit putih yang kini tersenyum cerah.
"Tunnggu.. Dia kelincimu itu hyung?" Daehwi berusaha menyatukan puzzle puzzle di kepalanya.
"Yup, dulu aku kelinci milik Woojin.. Sekarang aku kekasihnya."
UHUUUK
Guanlin menciptakan air mancur dengan jus yang sedang diminumnya, Jaehwan tersedak roti yang tadi masih berusaha ia hancurkan dengan giginya, sedang Daniel hanya tersenyum geli.
"Rupanya kau sudah menjadi manusia seutuhnya. Bagaimana kau melakukannya Woojinie?" Daniel menatap Woojin penuh rasa ingin tahu.
"Nanti kau juga tahu hyung." sahutnya singkat.
"Dia memuaskanku ketika aku dalam masa heatku, dan setelah heatku selesai aku sudah manusia seutuhnya." Hyeongseob melontarkan kata demi kata dengan begitu polosnya. Membuat wajah seisi meja memerah.
"Jangan katakan itu di tempat umum Seobie, lihat mereka memerah. Itu cukup diantara kita berdua"
"Eoh? Jadi itu rahasia? Maafkan Seobie Woojinie~" Hyeongseob menunduk malu bahkan ketika Woojin kembali mengusap lembut surai hitamnya.
"Aku akan mampir ke apartmentmu sore ini~ banyak yang inginku tanyakan." Ucap Daniel sembari melanjutkan urusannya dengan salad di meja.
"Eoh~ kau juga punya hybrid.. hmm hyung?" Hyeongseob menatap Jaehwan.
"Huh? Aku? Aku hanya memiliki seekor ikan, kurasa dia tidak akan berubah sepertimu."
"Ikan? Itu pasti Sewoon hyung~ Aku ingin ke sana, Woojinie aku ingin ke sana." Wajah Hyeongseob seketika bersinar cerah. Membuat Jaehwan tak tega mengecewakan anak itu. Maka tak lama kemudian Jaehwan terjebak bersama anak super aktif yang kini dengan kekasihnya yang sangat suka menjahili Jaehwan.
Begitu pintu apartmentnya terbuka Hyeongseob segera menghambur masuk meneriakan nama Sewoon berulang-ulang.
"Aaah~ Sewoon hyung, aku merindukanmu~" tanpa peringatan Hyeongseob mengusapkan wajahnya dengan ikan berwarna oranye itu.
"Jadi itu hybridmu hyung?"
"Bagaimana Seobiemu bisa mengenalnya?"
"Seobie adalah hybrid yang mudah bergaul, dia mengenal hampir semua hybrid. Mulai dari hybrid milik Jonghyun hyung hingga milik Niel hyung?"
"Daniel juga?"
"Yup, tapi dia belum berhasil mengubahnya, kurasa itu yang akan dia tanyakan padaku."
"Bagaimana kau mengubahnya?"
"Seobie sudah mengatakan semuanya padamu."
"Jaehwan hyung~"
Jaehwan menoleh ke arah suara yang memanggilnya hanya untuk mendapati bibir merahnya bersentuhan dengan ikan oranyenya.
"Yak! Apa yang kau..."
POP
Sosok ikan itu berubah menjadi sesosok manusia dengan kaki yang terlihat seperti menggunakan piyama hewan.
"Hyeongseobie, apa yang kau lakukan? Ada mate-mu di sini!"
Sosok manusia baru itu dengan cepat meraih bantal sofa untuk menutupi area pribadinya. Woojin terkekeh pelan melihat tingkah hybridnya sedangkan Jaehwan sudah sepenuhnya diliputi rasa malu karena dihadapkan dengan ciptaan indah.
"Kau sedang heat hyung, kalau kau melewatkan ini mereka akan mengambilmu, dan adikku akan sedih."
"Siapa yang akan mengambilnya?"
"Sekelompok orang. Mereka mengambil hybrid yang tidak berubah ke wujud manusia. Kemarilah Seobie" jawab Woojin sebelum memberi isyatat pada Hyeongseob untuk duduk di pangkuannya, "Jaehwan hyung kau harus mengubahnya, atau ini akan menjadi akhir baginya."
"Sudah berapa lama kau heat hyung?"
"Ku rasa ini baru mulai. Tunggu, kenapa kau bertanya seperti itu Hyeongseob?!" Sewoon mengalihkan wajahnya yang memanas.
"Kurasa kita harus pergi Seobie, Daniel hyung akan segera datang. Bukankah kau mencemaskan Ong hyung juga?" Wajah Hyeongseob berubah mendung. Seperti diliputi kekhawatiran yang mendalam.
"Ong hyung... Baik-baik saja?" Jaehwan menekuk dahinya melihat Sewoon yang bertanya dengan penuh kekhawatiran.
"Sejujurnya tidak baik, tapi saat ini biarkan kami yang mengkhawatirkannya. Hyung khawatirkan dirimu saja dulu. Hyungku yang bodoh ini bisa saja membiarkanmu diambil."
"Tidak boleh! Tidak!" Hyeongseob menatap tajam ke arah Jaehwan.
"Aku akan menjaganya."
"Baguslah kalau begitu.. sampai bertemu lagi hyung, kami permisi. Jangan lupa kunci pintumu"
Woojin tersenyum jahil sebelum meninggalkan Jaehwan dengan sosok baru itu.
"Jadi.. Namamu Sewoon?"
Yang diajak bicara hanya mengangguk.
"Kau baik-baik saja?" Jaehwan mendekatkan tubuhnya, mengulurkan tangannya untuk memeriksa suhu tubuh Sewoon karna keringatnya tak kunjung berhenti mengalir meski pendingin ruangannya sudah pada suhu maksimal. Sewoon menggeleng lemah.
"Jae.. nggh.. hwanie~" tubuh Sewoon terkulai lemah dalam pelukan Jaehwan. Jaehwan mungkin tidak paham dengan hal-hal hybrid termasuk heat. Tapi dalam dunia manusia dia tidak sepolos itu, dia tau apa yang terjadi dengan pemuda dalam pelukannya.
Entah otaknya mendapat perintah darimana kini tangannya tengah menyusuri lekuk wajah Sewoon, hingga ia tiba pasa bibir chery pemuda itu. Bibir chery itu seakan memannggilnya. Perlahan ia mengangkat wajah indah itu, mendekatkannya hingga bibir mereka bersentuhan. Manis. Hanya kata itu yang terbesit dalam benak Jaehwan membawanya lebih jauh lagi merasakan bibir cherry itu. Sewoon yang sedang di bawah pengaruh masa heatnya pun membalas ciuman manis itu, tangannya mengalung indah pada leher pemuda bermarga Kim itu.
Dalam hitungan menit Sewoon telah terbaring di sofa utama dengan tubuh lain yang menghimpitnya tengah menggoda titik sensitif di atas bahunya. Tak terhitung desahan keberapa yang keluar dari bibirnya. Alunan nada terindah dalam telinga Jaehwan yang membuatnya sempat berfikir untuk menyanyi bersama insan ini di masa depan.
"Aaah Jaehwanie~" tubuh Sewoon mengejang merasakan sentuhan hangat pada daerah sensitifnya. Siapapun yang melihat ini tak akan percaya kalau ini adalah yang pertama untuk Jaehwan. Tangannya begitu lihai memanjakan Sewoon, membawa hybridnya pada kenikmatan dunia. Belum sepenuhnya mengembalikan nafas pasca mengeluarkan hasrat duniawinya, Sewoon kembali meneriakan nama Jaehwan sebagai respon jari-jari panjang Jaehwan yang tengah memanjakan bukan lagi daerah pribadinya. Jari-jari itu bergerak lembut namun pasti di dalam gua hangat milik ikan oranye. Belum sempat mencapai klimaksnya, Jaehwan menghentikan aksinya melukis rasa kecewa di wajah Sewoon. Namun itu tak berlangsung lama karna Jaehwan dengan cepat memposisikan miliknya untuk menggantikan jari-jaei tersebut. Perlahan-lahan ia mendorongnya masuk. Tangannya kini dengan lembut mengusap air mata Sewoon sebelum memutuskan bermain dengan nipple pink Sewoon untuk mengalihkan rasa sakit luar biasa itu. Melihat Sewoon mulai terbiasa, Jaehwan mulai menggerekankan tubuhnya. Menghantam titik yang tepat membuat Sewoon berulang kali berteriak memohon lebih.
"Aahhh... Jae... ngghh.. Aku hampir..."
"Sshh... Sewoonie bersama..."
"Jaehwaaan aaaahh~~~"
"Sewoon aaaahhhh~"
Suara merdu itu diikuti dengan terjatuhnya Jaehwan di sisi Sewoon. Beberapa saat setelah mengatur kembali pernafasannya, Jaehwan tersentak akan kehangatan pada bagian bawahnya. Dengan terpaksa ia membuka matanya dan mendapati Sewoon tengah memainkan jemarinya di bawah sana. Maka dimulailah ronde berikutnya.
•
•
Hybridworld
•
•
Burning Up hooo we burning white white
Setengah hati Jaehwan meraih ponselnya. Menjawab panggilan dari sebrang sana tanpa membuka matanya.
"Yak hyung! Kenapa kau tidak masuk 3 hari?!"
"Kau bicara apa Lee Daehwi?"
"Kau sudah tidak masuk 3 hari hyung! Kau melewatkan latihan untuk penampilan panggung kita!"
Sesaat Jaehwan membuka matanya dan melirik layar ponselnya.
Sejak kapan hari berlalu? Aku harus bersiap sekarang.
Kata-kata dalam kepala Jaehwan seakan memuai begitu saja bersama niatnya untuk pergi ketika merasakan kehangatan melingkar di pinggangnya. Ia menatap lembut wajah yang tengah terlihat begitu tentram dalam tidurnya.
"Aku akan datang besok, aku tidak bisa datang sekarang. Kututup, bye"
"Kau tidak pergi?" suara lembut dan menenenangkan menyapa gendang telinga Jaehwan yang baru saja menderita dengan teriakan Daehwi.
"Nope. Kau sudah membuatku lelah. Apa heatmu sudah selesai?"
Sewoon mengangguk malu sebelum kembali menatap Jaehwan, "Maafkan aku."
"Itu bukan salahmu Sewoonie. Lagipula hanya itu yang bisa dilakukan untuk menghentikan heatmu."
"Terima kasih Jaehwan-ah." Ia membenamkan kepalanya dalam pelukan Jaehwan.
Seiring bedetiknya jarum jam, hanya nafas tenang dari dua pemuda tampan yang terdengar.
