Disclaimer : All Character belong to Masashi Kishimoto
Tittle : Ice Prince's Fake Girlfriend
Genre : Hurt/Comfort, Drama, Romance.
Rate : T
Pairing : NaruSaku, slight MenmaSaku.
Warning : AU, OOC, minim deskriptif, typo(s), dll.
.
Chapter 1: The Person who I Love
.
Aku sedang menonton acara Drama Korea favoritku, saat tiba-tiba kudengar adik sepupuku—Konohamaru merengek padaku.
"Sakura-Nee, aku ingin nonton Upin dan Ipin! Cepat ganti chanel TV-nya!"
Tahukah kalian siapa Upin dan Ipin itu? Mereka adalah tokoh kartun produksi Negeri Jiran Malaysia yang sangat digemari oleh adik sepupuku. Setiap kali aku bertanya apa yang ia suka dari Animasi 3D itu, Konohamaru selalu menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang sama.
"Mereka lucu dan benar-benar menikmati masa kecil mereka dengan bermain dan belajar. Dan yang paling kusuka adalah keakraban Upin dan Ipin itu sendiri. Melihat mereka aku jadi ingin punya adik deh, tapi mereka harus kembar kayak Upin dan Ipin."
Aku hanya menghela nafas mendengar jawaban Konohamaru itu.
"Konohamaru, saudara kembar yang benar-benar bisa akur seperti Upin dan Ipin itu tidak ada!"
"Maksud Nee-chan?" Konohamaru memiringkan kepalanya.
"Ingat adegan ini—" kukatakan itu pada adik sepupuku, lalu kutirukan gaya Upin dan Ipin di episode lalu.
"Upin, anak ayam itu kasihan, ayo cepat turun dan tolong dia!"
"Alah, kau saja yang turun, aku kan Abang!"
"Apa masalahnya dengan adegan itu?" tanya Konohamaru padaku.
"Bayangkan saja Maru-chan, kalau seandainya kau Ipin, apa kau tidak akan marah pada Upin, apalagi Upin selalu ngeselin kayak gitu… apa-apa ia pasti bilang, 'aku kan abang' lalu dia menimpakan semuanya pada Ipin?!"
Konohamaru terdiam sekian menit, nampaknya dia benar-benar memikirkan pertanyaanku.
"Di suruh bawa karet seember sedangkan Upin tidak mau bantu. Terus mau bantu Mei Mei bawain jeruk-jeruknya yang jatuh, tapi Upin Cuma bawa dua buah, sedangkan Ipin harus bawa sisanya? Kalau aku jadi Ipin aku tentu saja akan marah, terus nantangin Upin berantem!"
"See?" kataku puas.
Konohamaru mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk. "Ngomong-ngomong kok Sakure-Nee kayak yang sensi banget sama orang kembar? Kenapa?"
"Yang satu sedingin es dan yang satu lagi menyebalkan, bagaimana mungkin aku tidak sensi!" kataku.
"Oh, Saku-Nee sedang kesal sama siapa sekarang? Naruto-Nii atau Menma-Nii?"
"Tentu saja keduanya!" teriakku yang kemudian berjalan cepat menuju kamarku.
Aku melirik Konohamaru sekilas, dia hanya mengangkat bahu, lalu kembali menonton acara kartun favoritnya.
Oh ya, hampir lupa. Namaku Haruno Sakura. Umurku 18 tahun, sekarang. Aku seorang Stylish Artis. Kalau ada yang bertanya apa aku seorang Siswa SMA atau seorang Mahasiswi? Jawabannya, aku sebenarnya ingin kuliah. Sebenarnya aku ingin sekolah fashion di Paris atau minimal di New York, tapi keluargaku bukanlah keluarga kaya. Kami hanyalah keluarga sederhana tapi tetap harmonis, jadi aku terpaksa menunda impianku itu. Aku melamar kerja di salah satu Agency Entertainment ternama di Jepang—Starlite Entertainment—
Kalian semua pasti bertanya-tanya, kenapa aku yang hanya lulusan SMA bisa diterima kerja di sana? Jawabannya kalian semua juga pasti sudah tahu! Yup, Koneksi! Ya, zaman sekarang koneksi adalah segalanya. Jika kau punya koneksi yang bagus, kau akan mudah diterima bekerja di Perusahaan apapun yang kau inginkan. Lain halnya jika kau tak punya koneksi, melamar jadi cashier di Supermarket saja susah. Masih untung jika CV milikmu dibaca, bagaimana jika CV-mu hanya ditumpuk bersamaan puluhan CV lain, lalu berakhir di tempat sampah atau berakhir di Gudang hingga akhirnya lusuh oleh debu? Percayalah 'sakitnya tuh di sini' aku pernah mengalaminya.
Yup, untungnya aku punya Kakak sepupu yang sangat baik dan suka menolong, namanya Akasuna Sasori. Sasori-Nii memang lebih beruntung dariku karena Ayahnya adalah salah satu Karyawan Starlite-Ent. Saat aku curhat kepadanya kalau aku ingin bekerja agar kelak Impianku tercapai, ia mengatakan akan membantuku. Ia akan berbicara pada Ayahnya agar aku juga bisa bekerja di sana. Well, berkat Pamanku itu pada akhirnya aku bisa diterima bekerja di sana. Sekarang hanya tinggal satu langkah lagi menuju Impianku. Sayangnya menjadi seorang make up Artis itu tidaklah mudah, apalagi jika kau harus bekerja untuk Grup Band terkenal macam Konoha Band. Well, dan deritaku pun di mulai di sini.
.
.
Aku memasuki ruang ganti nomor 4A. Di sana keempat Members Konoha Band sudah selesai memakai kostum untuk penampilan mereka satu jam lagi. Leader mereka Uchiha Sasuke tengah duduk di salah satu kursi sambil membaca sebuah buku. Dia sedang di dandani oleh salah satu make up artis yang juga adalah sahabatku, namanya Yamanaka Ino. Di sofa, Inuzuka Kiba sedang bermain game di Smartphone miliknya karena ia sudah selesai didandani, sedangkan Nara Shikamaru malah enak-enakan tidur. Bagaimana kalau make up-nya rusak? Dasar cowok pemalas!
"Haruno, sampai kapan kau akan berdiri di depan pintu? Cepat dandani aku!"
Tebak, itu suara siapa? Yup, itu adalah suara Ipin—Oops! Maksudku itu suara Vocalis Konoha Band, Namikaze Naruto. Dialah yang paling menyebalkan diantara semuanya. Udah playboys sikapnya ngalahin Sasuke-kun lagi! Bahkan teman-temanya sampai menyebutnya Ice Prince. Aku ingin tertawa terbahak-bahak rasanya, habis sikapnya itu bersebrangan sekali dengan ciri fisiknya. Ia memiliki rambut kuning keemasakan dan mata biru samudra. Bukankah itu adalah warna-warna yang cerah? Makanya kubilang sikapnya itu sama sekali tidak cocok dengan penampilannya.
"Haruno, cepat lakukan kalau tidak ingin kucium!" perintahnya.
Aku menghela nafas panjang dan mengelus-ngelus dadaku, menghadapi orang yang satu ini tuh harus sabar. Aku pun berjalan menghampirinya. Aku mulai menata rambutnya. Saat aku hendak memberi make up ke wajahnya, aku jadi agak mengkhawatirkannya. Hari ini wajahnya terlihat agak pucat, bahkan dalam jarak sedekat ini aku bisa melihat ada lingkaran hitam di bawah matanya.
"Apa kau sedang sakit?" tanyaku sambil memoleskan bedak ke wajahnya.
"Tidak!"
"Tidak bisa tidur? Stres? Kenapa? Apa karena Menma-kun lagi?" tanyaku kepo.
"Tutup mulutmu dan lakukan saja tugasmu!"
"Kau menyukai binatang dan suka menolong orang. Aku tidak percaya kalau hatimu dingin," kataku.
Naruto hanya tersenyum sinis dan melayangkan deathglare padaku. Aku tidak akan marah kali ini. Aku bicara hal yang sebenarnya, kok. Aku percaya bahwa sebenarnya dia adalah orang yang hangat. Kemarin saat ada sesi pemotretan di pantai, ia membantu anjing yang tersesat dengan mencari majikan anjing itu. Ia juga menunggui telur penyu yang diincar oleh Rakun semalaman. Teman-temannya yang lain tidur dan bersenang-senang di Hotel, sedangkan dia rela duduk sendirian di Pesisir pantai semalaman untuk menjaga telur-telur itu dari ancaman Rakun. Ia juga membantu seorang Nelayan yang sudah renta. Ia tidak keberatan membantu orang tua itu membawa hasil tangkapannya hingga sampai Rumah.
Apa barusan ada yang bertanya kenapa aku mengetahui itu semua? Ya, tebakan kalian benar, aku memang menyukainya. Aku hanya baru bekerja untuk mereka selama satu tahun, tapi aku sendiri tidak yakin, kapan pertama kalinya aku memperhatikan cowok ini dan jatuh cinta.
Selesai mendandani Naruto, aku pun merapikan kostumnya dan memasangkannya assesoris.
"Apa kau bisa membelikan aku permen?"
"Permen? Permen apa?"
"Aku merasa tidak nyaman, sepertinya aku terkena radang tenggorokkan."
"Jadi benar, kan, kau itu sedang sakit?"
"Hanya demam dan gejala flue, bukan masalah besar."
"Itu masalah besar utuk Lead Vocalis sepertimu, baka! Akan kubelikan kau obat juga!" kataku yang lekas pergi dari sana.
Aku harus secepatnya ke Apotik untuk membelikannya obat dan permen radang tenggorakan, kalau tidak bisa bahaya. Jika penampilan Naruto buruk malam ini, semuanya bisa kacau. Hari ini adalah hari pertama Tour Konser Album ke-3 mereka. Mereka harus membawakan semua lagu dalam Album ke-3 selama 3-4 jam.
.
Waktu yang tersisa hanya tiga puluh menit lagi. Saat aku kembali Ino sedang membangunkan Shikamaru dengan berbagai cara. Sasuke dan Kiba tidak ada, mungkin mereka sedang menelpon seseorang atau sedang pergi ke Toilet. Naruto malah tertidur di kursinya. Aku jadi semakin cemas, dia pasti lelah. Saat aku mendekatinya wajahnya berkeringat. Aku pun memberanikan diriku untuk menyentuh keningnya. Naruto langsung terbangun dan menatapku.
"Kau sudah kembali?"
"Aku beli thermometer juga, boleh kucek suhu tubuhmu?"
Dia hanya mengangguk. Aku pun membuka segel, lalu memintanya untuk membuka mulut. Kami menunggu beberapa detik sampai thermometer tersebut berbunyi 'Beep!'
"Apa perlu aku panggil manajer kalian?" tanyaku setelah melihat angka yang tertera di thermometer tersebut.
"Kenapa?"
"103,7 derajat fahrenheit. Naruto, kau harus ke dokter! Kau tidak mungkin bisa tampil maksimal dalam konser kali ini!"
"Bagaimana dengan fans kami? Mereka sudah membeli tiket! Haruskah aku mengabaikan mereka?" tanyanya dengan nada tinggi. Ino dan Shikamaru sampai menoleh ke arah kami.
"Ada apa, Sakura?" tanya Ino.
"Naruto sakit. Aku hanya menyarankannya untuk ke dokter tapi dia malah mebentakku!" kataku pada Ino,
Aku yakin mataku sudah berkaca-kaca sekarang, karena aku memang ingin menangis. Aku hanya mengkhawatirkannya, itu saja.
"Maaf Haruno… aku—"
"Sudah, tidak apa-apa. Ini obatmu dan juga permennya. Kalau kau sudah selesai meminumnya katakan padaku, aku akan memperbaiki make up-mu. Sekarang aku mau ke Toilet," kataku yang langsung pergi.
Aku bisa mendengar suara Ino dan Shikamaru yang menyarankan agar Naruto istirahat saja. Mereka bilang biar Sasuke yang menggantikannya menyanyi, tapi Naruto malah membentak mereka, sama seperti saat ia membentakku. Di dalam Toilet aku hanya bisa menangis. Dia menyakitiku. Aku tahu kalau dia tidak bermaksud membentakku. Dia hanya ingin membalas cinta para fans-nya tapi tetap saja aku sedih. Aku sedih karena dia tak mempedulikan kondisi tubuhnya sendiri.
ooOOIce Prince's Fake GirlfriendOOoo
.
.
Aku tidak salah dengan memintanya untuk menemui Dokter. Begitu Konser Konoha Band selesai, Naruto langsung ambruk di Backstage. Demamnya bertambah tinggi. Suhu tubuhnya sekarang 104,5 derajat Fahrenheit. Para staff langsung mengangkatnya dan membaringkannya di sofa. Saat mereka hendak menelpon Ambulance, Naruto menyuruh mereka untuk tidak melakukan hal itu.
"Aku istirahat di Dorm saja! Besok baru pergi ke dokter," katanya.
"Lalu siapa yang akan menjagamu? Kita harus menemui artis-artis lain untuk merayakan suksesnya performance kita tadi, bahkan Direktur kita akan hadir!" kata Kiba.
"Masih ada manajer kita, kan?" sahut Naruto sambil melirik Karin Uzumaki.
"Tidak bisa, Naruto. Aku harus mendampingi teman-temanmu. Sudah, kau ke rumah sakit saja! Apa susahnya sih?"
"Tidak mau, Karin-Nee!"
"Dasar keras kepala! Biar kutelpon seseorang," kata Karin yang langsung menghubungi seseorang. Dia mengaktifkan loadspeaker agar kami semua bisa mendengar percakapanya.
"Ada apa, Onee-chan? Kenapa menelponku malam-malam begini?"
"Menma-kun, adikmu demam tinggi, bisakah kau merawatnya malam ini saja?"
"Huh! Apa peduliku? Dia mati pun aku tak peduli!"
"Jaga bicaramu, teme! Dia itu saudara kembarmu! Kalian sudah berdua sejak di dalam kandungan Ibu kalian. Aku hanya memintamu untuk menjaganya selama beberapa jam, karena kami masih ada pekerjaan lain yang harus kami kerjakan!"
"Jangan mengangguku lagi! Aku mau tidur!"
"Kuso, dia mematikan ponselnya!" teriak Karin.
"Aku saja yang menjaganya kalau begitu," kata Sasuke.
"Kau itu leader, teme! Jangan lari dari tanggung jawabmu!"
"Justru karena itulah biar aku saja yang merawatmu, dobe! Kau itu tanggung jawabku juga!"
"Aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Kalau begitu, Sakura-san…"
"Ya, Sasuke-kun?" kataku gelagapan karena Sasuke-kun tiba-tiba menyebut namaku.
"Tolong rawat Naruto malam ini, ya!" katanya sambil tersenyum tipis.
"Aku sudah bilang kalau aku—"
"Jika kau tidak mau, akan kuseret kau ke Rumah Sakit sekarang juga!" tegas Sasuke.
"Oke, fine."
Shikamaru melemparkan kunci mobil dan kunci Dorm mereka kepadaku. Aku pun reflek menangkap kedua kunci tersebut.
"Saat kau keluar kau harus hati-hati! Suka ada beberapa fans fanatic yang mengikuti kami," kata Shikamaru. Aku pun mengangguk.
.
Aku merawat Naruto semalaman. Aku membuatkan bubur untuknya dan memaksanya untuk memakan bubur itu sebelum ia minum obat, tapi dengan seenaknya dia malah menyuruhkun untuk membuatkannya Chiken soup saja. Dasar Naruto sialan, saat sedang sakit pun dia masih saja menyebalkan. Aku sudah cukup menghadapi Menma yang menyebalkan, haruskah dia bersikap menyebalkan juga padaku?
Ah, benar juga, ada yang lupa kuceritakan. Namikaze Menma adalah sahabatku semasa SMA. Aku tahu di mana alamat rumah orang tuanya. Aku juga tahu alamat Apartement tempat dia tinggal. Namun aku tidak tahu kalau ternyata Menma mempunyai saudara kembar. Selama tiga tahun kami menjadi sahabat baik, Menma tidak pernah menceritakan soal Naruto padaku. Saat aku bertanya kenapa dia tak pernah cerita, Menma cuma bilang,
"Apakah itu penting? Dia tinggal di London sebelum pindah ke Jepang! Dan aku tidak peduli padanya!"
Saat Menma berusia 6 tahun kedua orang tuanya bercerai. Hak asuh Menma jatuh ke tangan Ibunya, Uzumaki Kushina, sedangkan Hak Asuh Kakak Menma dan juga Naruto jatuh ke tangan Ayahnya, Namikaze Minato. Itulah sebabnya Naruto baru pindah ke Jepang 4 tahun yang lalu, dan ia sudah menjadi selebriti selama 3 tahun belakangan ini. Namikaze Minato meminta rujuk kembali dengan Uzumaki Kushina, makanya Minato-san dan Naruto memutuskan untuk kembali ke Jepang. Namikaze Kyuubi—Kakak Naruto dan Menma meninggal dalam kecelakaan dua tahun yang lalu, padahal seharusnya tahun ini dia sudah menikah karena kala itu dia sudah mempunyai Fiancee.
"Uhuk! Uhuk!"
Aku mendengar Naruto batuk-batuk, aku pun lekas meletakkan Chiken Soup yang baru selesai ku masak di atas nampan dan berjalan cepat menuju kamar Naruto. Naruto masih batuk-batuk sambil duduk bersandar di tempat tidurnya. Wajahnya yang pucat sudah dipenuhi keringat lagi, padahal dia sudah mandi saat aku sedang memasak bubur untuknya. Badannya menggigil, hidung dan pipinya merah karena demam dan flue. Aku pun mengambilkannya sweater tambahan. Itu adalah sweater rajutan yang terbuat dari benang wool, kuharap sweater tersebut bisa membuatnya merasa hangat. Aku pun membantunya mengenakan sweater tersebut. Lalu, aku menyodorkan sesendok sup padanya. Dia hanya menggeleng.
"Kau harus makan, baka!"
"Aku pusing, mau tidur, buang saja sup-nya!" katanya dengan suara serak.
Sialan, aku tidak tahan lagi! Awalnya dia tidak mau memakan bubur buatanku, dan sekarang dia menyuruhku untuk membuang sup yang dengan susah payah kubuatkan untuknya juga? Dia benar-benar jauh lebih menyebalkan daripada Menma bahkan Sasuke-kun. Kalau dia tidak sedang sakit sudah kuhajar habis-habisan dia. Aku pun memutuskan untuk bersabar dan mengelus dadaku lagi.
"Kau harus makan dulu, lalu minum obat, setelah itu baru boleh tidur!" kataku berusaha untuk tersenyum manis.
"Kepalaku sakit, Haruno, dan aku lelah. Buang sana, dan jangan berisik!"
Tak tahan lagi, aku pun memukul kepalanya dengan sendok. Masa bodoh! Aku tak peduli kalaupun dia langsung pingsan karena kupukul. Aku hanya ingin melampiaskan kekesalanku padanya.
"Makan atau kubunuh kau!" ancamku.
Naruto hanya menghela nafas dan bergumam. "Dasar cerewet!"
Aku menyuapinya dengan sabar, tapi baru beberapa suap saja, Naruto langsung berlari ke kamar mandi dan muntah-muntah. Percuma saja, makanannya pun ia muntahkan lagi. Dia benar-benar membutuhkan dokter, bukan butuh aku.
"Haruno!" panggilnya dari dalam kamar mandi.
Aku pun lekas memasuki kamar mandi dan menghampirinya. Wajahnya semakin pucat dan penuh dengan keringat dingin. Aku tahu alasan dia memanggilku mungkin karena ia merasa lemas sehingga membutuhkan bantuanku untuk kembali ke tempat tidur. Aku pun membantunya berdiri, saat ia memberiku isyarat untuk berhenti dan kembali memuntahkan seluruh isi perutnya. Makanan yang tadi ia makan pasti sudah termuntahkan semua karena kali ini ia hanya memuntahkan air.
"Kalau begini terus kau bisa dehidrasi. Kau ngeyel sih, sudah kubilang untuk tidak memaksakan diri, kan? Sasuke-kun bisa kok menggantikanmu. Suaranya pasti tak kalah bagus dari suaramu."
"Kau pikir, tidak butuh perjuangan untuk melihat konser kami? Mereka harus menyisihkan uang tabungan mereka dan mengantri selama seharian untuk menukarkan tiket kami. Mereka bahkan tidak peduli walaupun cuaca saat itu panas atau dingin. Aku tidak mau membuat mereka kecewa."
Aku terharu mendengar perkataannya. Naruto benar, aku pun pernah merasakan hal yang sama saat ingin menonton konser . Namun, aku tak bisa pergi karena saat itu Ayahku tak memberiku izin untuk menonton, padahal aku sudah membeli tiketnya secara online. Gara-gara itu aku sampai menangis semalaman. Aku sangat iri pada teman-temanku yang bisa menonton. Aku mencintai . Aku bahkan sudah merasa cukup jika hanya bisa melihat konser live mereka sekali saja dalam seumur hidupku, tapi Ayahku tidak pernah mau mengerti. Ia selalu mengatai aku remaja labil. Ia bilang, lebih baik uangnya kugunakan untuk membeli sesuatu yang jauh lebih bermanfaat.
"Haruno?"
"Ah, gomen. Ya, kau benar Naruto. Ayo kubantu kau ke tempat tidur!"
Aku memapahnya menuju tempat tidur. Kusodorkan obat dan segelas air mineral kepadanya. Dia tersenyum dan lekas meminum obatnya. Aku menyuruhnya untuk minum satu gelas lagi agar dia tak dehidrasi. Naruto menurut. Setelah itu aku menyuruhnya berbaring dan menyilimutinya hingga dada. Aku meminta izin padanya untuk membawa sisa makanan tadi ke dapur. Tak lupa kubawakan juga satu wadah air hangat untuk mengompresnya. Aku sama sekali tidak merasa di repotkan oleh Naruto, karena aku senang melakukannya. Maafkan aku Yonghwa-oppa, sekarang aku lebih menyukai Naruto daripada oppa.
Naruto sudah jatuh tertidur. Aku masih terus mengompres keningnya agar suhu panasnya segera turun. Aku mulai menguap saat kulihat waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Naruto terbangun lagi saat aku hendak berjalan menuju sofa untuk tidur.
"Ada apa?"
"It's so cold. Can you sleep with me, Sa-sakura –chan?"
Aku tercengang. Apa dia baru saja memanggilku 'Sakura-chan' ataukah aku cuma salah dengar?
"Sa-sakura –chan, please, come here!"
Aku tidak salah dengar. Haruno Sakura, kau tidak salah dengar. Naruto terlihat begitu kedinginan, jadi aku pun tersenyum dan mengangguk. Dia berbisik padaku saat aku berbaring di sampingnya.
"Thanks, Sakura-chan."
Aku menyingkirkan helaian rambut yang menutupi mata sapphire-nya dan tersenyum. Ia tersenyum lemah dan aku pun langsung memeluknya.
.
Aku merasa terganggu saat cahaya matahari masuk melalui ventilasi jendela. Untuk sesaat aku merasa linglung sampai akhirnya aku teringat kalau aku ketiduran, bahkan aku masih memeluk Naruto. Aku pun lekas beranjak dari tempat tidur dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sialan, apa kalian tahu bagaimana tampilan wajahku di cermin. Aku blushing, Oh My God!
Aku sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Saat aku keluar dari kamar mandi, kulihat Naruto sudah bangun dan dia langsung melempar Smartphone miliknya. Setengah panik, aku pun menghampiri Naruto. Ia terlihat begitu kesal dan frustasi.
"Ada apa, Naruto?" tanyaku hati-hati.
"Kau mengabaikan peringatan Shikamaru, kan?"
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti…"
"Ada fans fanatic yang mengikuti kita dan sekarang foto-foto kita sudah tersebar di Internet!"
"APA? YANG BENAR? Jadi maksudmu aku sudah terlibat skandal dengan selebriti terkenal?"
"Harusnya kau hati-hati, Sakura!" bentaknya.
"Mana aku tahu kalau ada fans fanatic yang mengikuti kita! Lalu apakah adil jika kau menyalahkanku setelah semua yang telah kulakukan untukmu? Kau marah karena aku membuat imej-mu jadi jelek? KAU INGIN MENUNTUTKU? KALAU BEGITU LAKUKAN SAJA!"
Aku tidak bisa menahan air mataku lagi. Aku pun menangis tersedu-sedu. Kenapa Naruto begitu jahat padaku? Kenapa dia tak pernah menghargaiku?
"Sakura-chan, aku bukannya marah padamu. Aku marah pada mereka, meski aku juga agak kesal dengan kecerobohanmu itu. Mereka akan terus memburumu mulai sekarang. Mereka akan mencari tahu semua tentangmu. Hanya itu yang aku khawatirkan. Aku tidak mau kau terlibat masalah karena aku. Tolong jangan salah paham, Sakura-chan!"
Aku tertegun, jadi itukah maksud Naruto? Dia bukannya menyalahku? Dia bukannya marah padaku? Justru dia peduli padaku. Dia peduli pada keluargaku.
"Aku akan bicara dengan pihak Manajemen nanti. Kita akan mencari cara untuk membersihkan namamu."
Aku menangis semakin kencang. Aku tidak menyangka Naruto begitu baik padaku, padahal semua ini memang salahku. Seharusnya aku lebih berhati-hati waktu itu, tapi Naruto tidak menyalahkanku sedikit pun. Aku tidak bisa menghentikan isak tangisku dan Naruto langsung memelukku untuk menenangkanku.
"I am sorry, Sakura-chan… I'm so sorry."
Bodoh! Kau tidak perlu meminta maaf. Harusnya aku yang meminta maaf padamu. Gara-gara aku kau jadi terlibat skandal, padahal kalian baru meliris Album ke-3 kalian.
"Aku tidak bisa menyelesaikan masalah kita dalam keadaan seperti ini. Kau tidak keberatan untuk segera mengantarku ke dokter, kan?"
Aku menatap mata Naruto. Kenapa aku bisa lupa? Dia masih sakit. Aku pun mengangguk padanya. Ia memintaku untuk sarapan dulu sementara dia pergi mandi. Aku menghapus air mata di pipiku dan tersenyum kepadanya. Sebelum membuat sarapan, aku menyiapkan air hangat untuk Naruto. Naruto berterimakasih padaku.
"Kau mau kubuatkan apa, Naruto?" tanyaku sebelum pergi ke dapur.
"Hangatkan saja Chiken Soup yang kau masak kemarin," katanya. Aku mengangguk.
Naruto mengambil handuk dan lekas masuk ke kamar mandi. Aku tidak salah, kan. Bagi orang lain dia mungkin adalah Pangeran yang dingin, tapi bagiku Naruto adalah Pangeran tampan yang baik hati dan tentu saja rasa cintaku padanya tumbuh semakin besar sekarang, dan aku bahagia.
.
.
Saat aku membawa mobil Naruto dan keluar dari gerbang, aku terkejut setengah mati karena di depan Dorm Konoha Band sudah berkumpul banyak sekali wartawan. Mereka semua tak berhenti memotret kami dan mendesakku untuk membuka kaca mobil. Aku menoleh pada Naruto dan dia berbisik kalau semuanya akan baik-baik saja.
"Naruto-san, mohon konfirmasinya! Apakah anda mempunyai hubungan spesial dengan Stylish kalian ini?" tanya seorang wartawan.
"Apa yang kalian berdua lakukan di Dorm semalaman? Apakah kalian had sex? Apa Haruno-san berasal dari keluarga terpandang?" tanya seorang wartawan yang lain.
Rasanya aku ingin menangis lagi. Kenapa hal seperti ini harus terjadi padaku.
"Bisakah kalian semua diam? Haruno Sakura adalah pacarku! Ayo pergi Sakura!"
Aku menurut dan menyembunyikan klakson keras-keras agar kumpulan orang-orang kepo itu menyingkir dari jalan yang akan kami lalui.
"Mereka membuat kepalaku semakin sakit," kata Naruto sambil memijat-mijat keningnya.
Dasar wartawan tidak punya perasaan. Kalau kondisi Naruto semakin parah bagaimana? Aku berhenti saat lampu merah menyala. Aku menoleh pada Naruto yang sedang memejamkan kedua matanya.
"Naruto, kenapa kau bilang pada mereka kalau aku ini adalah pacarmu?" tanyaku.
"Itu pilihan terbaik untuk saat ini," kata Naruto dengan suara lirih. Tiba-tiba saja kepala Naruto jatuh ke pundakku dan aku bisa merasakan nafasnya yang tersengal-sengal.
"Naruto, sebaiknya kita ke Rumah Sakit saja, ya?" kataku.
"Hn," kata Naruto singkat.
Saat aku menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, Naruto tak bergerak. Dia pingsan. Naruto pasti stress berat sekarang. Ini semua gara-gara para wartawan itu. Andai aku punya uang banyak akan aku tuntut mereka semua. Tiba-tiba saja terdengar suara klakson di belakangku. Aku langsung tersadar kalau lampu sudah hijau. Aku pun lekas menginjak pedal gas.
ooOOIce Prince's Fake GirlfriendOOoo
.
.
Jantungku terus berdebar dengan kencang saat pihak Manajemen Konoha Band terus menatapku. Apa yang akan mereka lakukan padaku? Apakah aku akan dipecat, dituntut, dan di usir? Ataukah aku akan dimarahi habis-habisan karena kecerobohanku? Sungguh aku tak sengaja, tolonglah aku Kami-sama!
Mereka memberiku sebuah map. Kubuka map itu dan membaca tulisan yang tertera di sana.
.
Fake Relation Rules
Obliged to support each other's work.
Follow all instructions given by Management that have been scheduled.
During the one year, not allowed to have a relationship with others and make the scandal with the opposite other than the partner that was.
Prepared receive any reaction from Konoha Band fans.
No one should be that aware of this agreement
Relationship will be last for one year: (a) First two months to know each other; (b) Third month, You will be the one of them. You must be Naruto partner for his new single. Prepare yourself for duet with Namikaze Naruto and do the recording together; (c) Forth month, do the Album promotion; (d) Fifth month, announcing to the public about relationships that have been undertaken; (e) Until eleventh month, show the relationship to public; (f) Twelfth month, statement of the separating which will comfirmed by Managements.
P.S: If you broke the rules. You must pay us, 5.000.000 US Dollar!
.
"Apa maksudnya ini?" tanyaku kesal. Karin-san memberikan tatapan menyesal padaku. Dia menggumamkan kata 'gomennasai' tanpa suara dan memintaku untuk mendengarkan perkataan pimpinan Manajemen Konoha Band
"You will be Ice Prince's Fake Girlfriend from now!"
"WHAT? ARE YOU KIDDING ME!" teriakku sambil menggebrak meja.
"Do it! or Naruto's career will the end, right now!"
"…but I'm not Singer you know. Beside, I can't do this. I don't have money."
"Sign in or Naruto's Career THE END!"
"You cruel, Mister! I Can't just Fake Girlfriend for him. Please, I can't do this… I can't. He is a person…"
Aku tidak bisa melanjutkan perkataanku. Aku tidak mungkin mengatakan pada mereka kalau Naruto adalah orang yang aku cintai, jadi aku tidak mau jika hanya menjadi pacar bohongannya. Terlebih hubungan kami harus berakhir dalam waktu satu tahun, dan aku harus membayar ganti rugi 5 juta dollar Amerika, jika aku melanggar kontrak ini? Yang benar saja! Aku tidak punya uang sebanyak itu. Dan yang terpenting, kenapa mereka begitu kejam pada Naruto? Mereka mengancam akan membatalkan kontrak mereka dengan Naruto jika aku tidak menandatangani surat perjanjian itu. Bagaimana bisa mereka melakukan hal sekejam ini pada kami. Kenapa mereka harus memanfaatkan ketenaran Konoha Band dan skandalku dengan Naruto demi kepentingan Perusahaan mereka. Dan Kenapa semua ini harus terjadi padaku?
"Miss Haruno, deal or not?"
Naruto, aku sangat mencintaimu. Aku tidak mau kariermu hancur karena aku. Ini adalah masa depan yang kau pilih. Cita-citamu! Bagaimana bisa aku merusak semuanya dan bersikap egois?
"DEAL!" tegasku.
Aku tak bisa menahan air mataku saat aku menandatangani surat kontrak tersebut. Hal yang kupikirkan adalah, bagaimana jika aku benar-benar tidak bisa melupakan Naruto setelah kontrak ini berakhir? Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa, jika pada akhirnya aku harus menghilang setelah kontrak ini selesai. Aku mencintainya, Kami-sama. Aku sangat mencintainya! Aku tidak ingin dijauhkan dengannya apalagi untuk kontrak bodoh ini. Aku bahkan bisa mendengar suara isak tangis Karin-san. Karin pasti merasa bersalah padaku, apalagi Naruto adalah adik sepupunya.
"You aree good girl. Thank you!" kata Mr Simon Dylan sambil mengambil surat kontrak itu dariku.
Mereka semua pergi. Kini yang masih berada di ruangan yang menyesakkan ini hanya Karin-san dan aku. Karin berdiri dari kursinya dan langsung memelukku. Kami pun menangis sambil berpelukan.
"Maafkan aku, Sakura-san, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak bisa membujuk Mister Dylan."
"Apa Naruto tau? Apa members yang lain juga tahu?"
"Pihak manjemen kami akan memberitahu mereka setelah Naruto sembuh."
.
.
Aku mendengar keributan di ruang Manajemen saat aku sedang lewat. Itu suara Naruto dia memaki-maki Mr Dylan dengan Bahasa Inggris. Aku juga bisa mendengar Shikamaru mencoba menenangkan Naruto, tapi Naruto terus mengamuk, bahkan sekarang terdengar barang-barang yang di banting. Bukan hanya itu saja, aku juga bisa mendengar suara kaca yang pecah.
"NARUTO, CALM DOWN! ARE YOU FORGET THAT YOU HAVE CARDIAC ARRHYTHMIA?" teriak Sasuke-kun.
Aku terjatuh karena lututku langsung melemas saat aku mendengar perkataan Sasuke-kun. Apa maksudnya ini? Sejak kapan Naruto mengidap penyakit jantung?
"I DON'T CARE! WHY YOU SO CRUEL MISTER? SAKURA IT'S JUST ORDINARY GIRL!"
"THIS IS A BUSINESS! YOU HAVE TO DO THIS, IF YOU WANT SAKURA'S NAME CLEAR!"
"WHAT? ARE YOU SURE?"
"DO IT, OR I FIRE ALL OF YOU!"
Aku tidak sanggup lagi mendengar ini semua. Mr Dylan sampai mengancam akan memecat semua members Konoha Band jika Naruto tidak menandatangani surat kontrak yang sama denganku. Mereka mungkin tidak masalah mengorbankan karier mereka demi Naruto dan Aku, tapi aku yakin mereka semua akan disuruh untuk membayar ganti rugi yang sangat besar jika mereka melanggar kontrak mereka sebagai Artis Starlite. Jika sudah begitu, semuanya akan semakin sulit. Mereka mungkin akan membawa masalah ini hingga ke jalur hukum dan Naruto sudah pasti tidak mau jika teman-temannya harus menderita.
"Kenapa semuanya menjadi begitu rumit, Kami-sama?"
.
.
"Aku minta maaf, Sakura-chan, aku benar-benar minta maaf…" kata Naruto dengan mata berkaca-kaca.
"Jadi kau juga menandatangani surat kontrak itu?"
"Aku harus melakukannya demi Sasuke dan yang lainnya. Maafkan aku… Aku benar-benar menyesal."
Aku tidak tahan melihat Naruto sesedih ini, semenderita ini. Aku tidak ingin dia terluka karena aku mencintainya. Dan aku ingin melihatnya bahagia. Aku pun memaksakan diri untuk tersenyum.
"Itu bukan salahmu. Lagipula kita hanya perlu berpacaran bohongan saja, kan? Apa susahnya?"
"…tapi Sakura-chan, bagaimana jika aku jatuh cinta beneran padamu? Bagaimana jika pada akhirnya aku tak ingin kau hanya menjadi pacar bohonganku? Bagaimana jika—"
"Sstt, itu tak akan pernah terjadi. Kau tidak mungkin jatuh cinta padaku karena itu hanya akan membuat Menma-kun semakin jauh darimu."
"Maksudmu Menma—"
"Ya, saat kami masih SMA dia pernah menyatakan cintanya padaku."
"Huh?"
"Aku tidak bisa membalas cintanya karena aku hanya menganggapnya sahabat, tidak lebih!"
"Sakura-chan, apa kau tahu kenapa selama ini aku mengencani banyak wanita?"
"Aku tak tau dan aku tak mau tau!"
"Keluargaku berantakan. Orang tuaku memutuskan untuk rujuk, tapi adakalanya mereka lagi-lagi hanya mementingkan ego mereka. Aku sering mendengar mereka berdua berkelahi. Menma membenciku karena dia pikir Kyuu-Nii meninggal karena aku. Itu kecelakaan. Demi Tuhan itu kecelakaan, tapi Menma tidak pernah mau mengerti! Aku… aku mengencani banyak gadis karena aku ingin merasakan emosi lagi, tapi tidak ada seorang pun yang bisa melelehkan hatiku yang beku ini, hingga akhirnya aku bertemu denganmu, Sakura-chan. Denganmu aku bisa merasakan emosi itu lagi…"
Aku benar-benar shock mendengar pengakuannya. Jadi itukah alasannya menjadi playboys? Dia mulai menangis dan Demi Tuhan, itu membuat hatiku semakin sakit! Aku tidak bisa melihatnya seperti ini. Aku pun merangkulkan kedua lenganku di lehernya dan mencium bibirnya. Dia membalas ciumanku dan memelukku erat. Ciuman kami semakin dalam. Aku bahkan tidak tahu sudah berlalu berapa menit, hingga akhirnya aku tersadar kalau aku sudah hampir kehabisan nafas dan butuh oksigen. Aku pun melepas ciuman panas itu. Naruto mengap-mengap sambil meremas dada kirinya
"Na-naruto, are you alright?" aku cemas setengah mati, kenapa aku bodoh sekali. Tentu saja dia tidak baik-baik saja.
"My pill.." desisnya lemah.
"Where?"
"Sa-saku jeans…"
Aku pun lekas mencari obat Naruto di dalam saku celana jeansnya. Aku membuka tutup botol tersebut dan memasukkan dua buah pil ke mulut Naruto. Aku berlari menuju dispenser, membawakan air untuknya. Aku membantunya memegang gelas. Setelah ia meminum air itu sampai habis, dia terseyum lemah padaku.
"Thanks…"
"Are you Sick? This medicine…You have hearts diseases?" tanyaku pura-pura tak tahu.
"Yes, arrhythmia, but now… I feel better, don't worry!"
"Apa teman-temanmu tahu?"
"Yes!"
"Kalau begitu sebaiknya kau istirahat. Aku akan mengantarmu pulang."
Naruto hanya menggeleng. "I fine, believe me…"
"Okay than…"
"Hn, soal perjanjian itu?"
"Kita nikmati saja! Lagipula kita sudah menandatangani kontrak…"
"Lalu bagaimana dengan pacarmu?"
Aku hanya tertawa mendengar pertanyaannya. "Aku tidak punya pacar..."
"Tidak, kau pasti bohong."
"Seriously, I don't have boyfriend… believe me. How about you?"
"No, I don't. Sejauh ini aku belum pernah benar-benar jatuh cinta pada seseorang."
"Satu kali pun?"
"Yeah!"
"How about me? Do you love me?" tanyaku. Naruto membelalakkan matanya.
"Just kidding…"
"Sakura... You!" kata Naruto yang langsung menggelitiku.
"No! Stop please…." kataku sambil tertawa kegelian.
Berapa umurmu sekarang, kawan? Jika kalian sudah berumur 17 tahun ke atas, kalian pasti akan segera mengalami berbagai masalah yang rumit sama sepertiku. Aku mengalaminya tentu saja, sebab aku sudah 18 tahun, believe me!
Yah, tapi seberat atau serumit apapun masalahmu, jangan pernah menyerah! Bukankah hidup kita akhirnya harus bahagia? Karena seperti itulah yang namanya kasih sayang. Cinta biar saja ada. Yang akan terjadi biar saja terjadi. Bagaimana pun hidup ini hanya cerita. Cerita antara yang meninggalkan dan ditinggalkan.
Kami hanya diberikan waktu satu tahun untuk melakukan kebohongan ini, tapi apapun yang akan terjadi nanti, semuanya harus ku hadapi. I'm Sakura Haruno. Naruto's fake girlfriend. Do you love me?
See ya!
.
.
TBC
.
.
A/n: Hy, minna-san! Maaf karena lagi-lagi Author bikin fict baru. Aku tiba-tiba kepikiran bikin story ini, saat aku tengah stres karena lagi kesel banget sama saudara kembarnya pacarku. Ish, dia maunya apa sih? #Gomencurcoll
Oke, sebenarnya fanfiction kali ini adalah setengah fiksi dan setengah ceritaku. Arigatou for reading. I hope you like that!
Boo, this story for you too. I Love you… ^^
.
Regard
Maya Kaminaga/Sakurai Mitsumuki
