Upacara Varokah

Pairing: MidoTaka

Disclaimer: Kuroko No Basuke © Tadatoshi Fujimaki-sensei

Story © ranmaru23

Genre: Romance, Friendship, Comedy

Length: Oneshot

Rating: T+

Warning: Boys Love, AU!, OOC, Gaje, Typo(s), Bahasa kasar dan masih banyak lagi xD

Summary: Malangnya Takao Kazunari, 2 hari sebelum upacara penerimaan murid baru, ia terlibat kecelakaan yang harus membuat kakinya sampai digips. Dengan keadaan itu, ia tetap saja ikut upacara penerimaan murid baru. Ingin cari teman katanya. Beruntung saja dia punya ketua kelas yang care dan mau memapah bahkan menggendongnya. Eak. Yah, walaupun ketua kelasnya ini terlihat freak dengan kemana - mana membawa gunting ala mz - mz tukang kebon.

Mind to read, fav, follow & review?^^

.

.

.

Hari itu hari Senin, sering dianggap sebagai hari yang mengundang kemalasan. Bagaimana tidak? Senin itu hari setelah hari libur kebanggaan kita, hari Minggu. Ditambah lagi, wajib mengikuti upacara, sudah berdiri, kepanasan pula. Kurang kampret apa lagi.

Tapi tidak bagi murid kita satu ini, Takao Kazunari. Ia melangkah riang walaupun terpincang karena luka di kakinya. Auranya secerah terik sang surya. Senyumnya segar, sesegar susu soda gembira yang diiklankan oleh mbak Junpei, eh Jupeh. Gips yang melekat pada kakinya, tidak mengurangi semangatnya untuk menempuh pagi.

Tunggu, sepertinya ada yang salah. Bhaks. Ternyata Ia bukannya tengah ber riang gembira menyambut hari. Ternyata, karena hambatan luka di kakinya, dia jadi terlambat, vroh. Duh, emang dasar Takao itu caper, sebenarnya bisa saja dia pergi ke UKS saat ini. Namun, ia tetap saja melangkahkan kakinya menuju lapangan di bawah ruang kelasnya yang berada di lantai tiga. Capek deh.

.

.

.

Bel sudah berbunyi sedari tadi, teman - teman seangkatan, adik kelas juga senpainya sudah berkumpul di lapangan. Hanya tinggal beberapa anak tergesa menuju barisan kelas mereka. Takao melangkah perlahan melewati tangga panjang yang langsung mengarahkannya menuju lapangan bawah SMA Shuutoku itu.

"Yosh, dikit lagi kok Kazu~, semangat." Takao sesekali meringis merasakan nyeri pada kakinya.

Terlihat barisan sudah disiapkan oleh pemimpin upacara. Dan Takao masih juga berusaha untuk berjalan menuju barisan kelasnya. Tiba - tiba ia merasakan tangan kirinya diangkat tinggi oleh seseorang dibelakangnya.

"Kamu Takao-san kan? Aku tadi membereskan meja di kelas dahulu -nanodayo. Aku turut sedih mendengar kabar mengenai kecelakaanmu. Cepat sembuh ya -nodayo." Laki - laki tinggi itu merundukkan badannya dan meletakkan tangan Takao di bahunya.

Takao berkedip beberapa kali. Mencerna setiap gerakan pria bersurai hijau di sampingnya.

"Ano, Terima kasih. Tapi, kamu siapa ya?" Takao masih menelusuri setiap gerakan pria itu.

'Anak ini logatnya aneh, mana tinggi banget lagi kaya galah, Terus itu gunting kenapa nggantung cantik di lengannya! Plis, ini anak kayaknya bahaya!'

"Ah, kamu tidak masuk ya hari Sabtu. Aku Midorima Shintarou. Aku terpilih sebagai ketua kelas baru- nodayo. Mulai saat ini, mohon bantuannya." Pemuda yang memperkenalkan diri sebagai Midorima Shintarou tersebut tersenyum simpul dan menganggukkan kepalanya pada Takao.

Takao mau tidak mau jadi doki - doki melihatnya. Duh, itu senyum kok sejuk banget sihhh.

"Ah iya, mohon bantuannya juga Midorima-kun."

.

.

.

Keduanya berjalan menuju barisan kelas mereka. Sedikit menarik perhatian para fujoshi dan fudanshi di sana juga. Ya masa enggak sih. Dua anak dengan postur yang satu keseme - semean dan satunya lagi keuke- ukean mana bisa membuat fujodan tahan. Banyak yang menggerutu karena tidak membawa ponsel mereka untuk mengabadikan moment langka itu.

Mereka sampai di barisan kelas mereka. Segera Midorima yang memapah Takao membawa pemuda yang lebih pendek darinya itu untuk melangkah ke bagian belakang barisan. Takao dan Midorima mendapat tempat sebaris.

"Yakin nih, kuat ikutan upacara sampai selesai -nanodayo?" Midorima menegakkan tubuhnya yang sebelumnya ia rundukkan untuk memapah Takao dan menurunkan tangan Takao dari pundaknya.

"Yakin, tapi, boleh ya pegang tangan Midorima-kun?"

"Boleh kok." Midorima mulai menoleh pada pemimpin upacara di depan barisan para murid. Pergelangan tangan Takao menggenggam lengan berotot milik Midorima.

Sedikit takut juga Takao melihat gunting yang biasa digunakan untuk merapikan rumput oleh mz - mz tukang kebon, bergantung pada lengan itu. Ketahui saja, saking besarnya gunting itu, salah satu lubang pegangan guntingnya saja sampai muat dimasuki lengan Midorima.

"Omong - omong Midorima-kun, kenapa bawa - bawa gunting ini?"

"Ini lucky itemku hari ini-nanodayo. Cancer katanya akan sangat sial hari ini -nodayo. Zodiak Takao-san apa?"

"Heh? ah em, Scorpio. Maaf Midorima-kun, aku tak begitu percaya hal seperti itu."

"Kau tidak boleh seperti itu -nanodayo. Kau sedang sakit, kalau tertimpa sial lagi kan bisa bahaya. Kalau tidak salah, ini lucky itemmu hari ini -nanodayo." Midorima menyerahkan sapu tangan berwarna hijau muda kepada Takao. Sapu tangan itu terlihat manis.

Takao hanya melongo memandangi sapu tangan itu.

"Eih, Cepat diambil." Midorima masih menyodorkan sapu tangan itu ke arah sampingnya -Ke arah Takao.

Karna terlalu lama Takao tidak mengambil sapu tangan itu, Midorima dengan cepat menempelkan sapu tangan itu ke dahi Takao yang tidak tertutup poni. Ajaibnya sapu tangan itu bisa menempel pada dahinya.

"Pfffft. Bisa nempel ya -nanodayo." Midorima menahan tawa dengan menutup mulutnya menggunakan tangan yang tidak digenggam Takao.

Mendengar pernyataan itu Takao terkikik juga. Ia meraih sapu tangan itu, tapi juga sekaligus menyapu dahi berkeringatnya. Malu kalau misal Midorima tahu dia malah menggunakan sapu tangan itu untuk mengusap keringatnya yang berlebih.

Veulish, fujoshi dan fudanshi di sana ngelihatin kalian kok kayaknya bahagia banget. Sepertinya, pengen rasanya mereka menikahkan kalian berdua ini-_-

"Terima kasih Shin-Chan! Oh, Kau juga bisa memanggilku Kazunari."

"Eh? Panggilan apa itu! Jangan panggil seperti itu -nanodayo."

"Pokoknya aku mau manggil Shin-Chan! titik." Dasar Takao ini.

.

.

.

Upacara sudah sampai di tengah - tengah acara. Panasnya mataharipun makin menyengat saja. Barang - barang di lapangan tampak sangat menyilaukan karena terik mentari. Tidak terkecuali Midorima di mata Takao. Dilihat - lihat dari dekat, Ketua kelas ini berasa silau. Karna ganteng kali ya.

Dari tadi Takao terlihat melirik - lirik pada Midorima. Beruntung banget dia sampai dibantu terus sama ketua kelas ganteng ini. Saat ini ia juga terlihat seperti berteduh di bawah pohon karena tinggi Midorima yang menjulang. Mana di sekitar laki - laki bersurai hijau ini juga terasa segar. Seperti Midorima ini melakukan fotosintesis dan menghasilkan banyak oksigen untuk asupan Takao. Yah. sebenarnya itu karna parfum mahalnya Midorima ini deh kayaknya.

"Ngga pusing kan?" Midorima menoleh pada pemuda di sampingnya.

"Eh, enggak kok." Takao yang notabenenya lebih pendek dari Midorima mendongak menatap wajah bermegane itu.

Pandangan mereka bertemu, degup jantung yang terpacu bersarang pada dada keduanya. Seketika suasana menjadi canggung setelah keduanya mengalihkan pandangan mereka untuk menyembunyikan semu merah pada pipi mereka.

.

.

.

"Upacara selesai, pemimpin upacara, membubarkan peserta upacara." Ucapan dari protokol itu diiringi desah napas lega dari para peserta upacara.

"Habis ini kuantar ke UKS saja-nanodayo" Midorima segera mengalungkan lengan Takao pada pundaknya.

"Hah? tidak, aku mau nyari teman Shin-Chan! Masa iya berangkat ke sekolah cuma mau ke UKS."

"Nggak perlu nyari yang lain, kan udah ada aku -nodayo." Midorima membenarkan letak kacamata di atas tulang hidungnya. Padahal posisinya juga nggak berubah. Pffft, ciee salting ya mz?

Pipi Takao bersemu hebat mendengarnya.

'Aduduh, gombal macam apa sih Shin-Chan!' Plis Takao, digombalin gitu aja seneng amat.

"Agak ribet ya, mending aku gendong aja -nanodayo." Tentunya bukan hal berat bagi Midorima untuk menggendong Takao yang dianggapnya mungil.

Ihir, posisinya bok! kampretnya, kenapa posisinya macem pengantin gitu, saoloh!

"Vangke, gue ga bawa hape!" Gerutu Momoi Satsuki, seorang fujoshi level akut melihat pemandangan indah bagi pengelihatannya.

"Bhaks! untung gue bawa!" Aida Riko beraksi memotret pasangan itu dari berbagai sudut.

"Eh cuk! nanti kirim blueteeth yak!"

"Hoh! Sip vroh!"

.

.

.

Takao menatap datar Midorima yang akan menarik gorden ruang UKS. Saat ini dia sedang duduk di tepi ranjang UKS.

"Ck, masih tetap saja di bawa ke sini." Takao mengerucutkan bibirnya karena keinginannya yang ditentang.

"Kalau terjadi apa - apa aku yang bertanggung jawab -nanodayo. Tau sendiri kan aku itu ketua kelas -nodayo." Midorima ikut mendudukkan diri ke samping Takao.

'Ah gitu, Cuma karena tanggung jawab sebagai ketua ya? Cuma aku yang terlalu berharap?' Rasanya hati Takao nyeri memikirkannya.

"Aku juga bisa sedih melihatmu kenapa - kenapa -nanodayo." Midorima mendekatkan wajahnya pada wajah mungil pemuda di sampingnya.

Kaget Takao melihat wajah rupawan itu sudah berada dekat sekali dengan wajahnya. Begitu juga saat dagunya yang dinaikkan dan bibirnya dikecup, ia tak dapat bereaksi.

Selesai mengecup bibir itu, Midorima menjauhkan sedikit tubuhnya, menerawang, menatap langit - langit ruang UKS. Salting lagi sepertinya.

"Sh-Shin-Chan.." Takao menatap wajah Midorima dengan intens, ia mengedipkan matanya berulang kali.

"Shin-Chan! Kayaknya aku suka Shin-chan deh! Jadian yuk!" Takao berdiri semangat, melupakan luka di kakinya. karena itu, Takao kehilangan keseimbangan tubuhnya, untung saja Midorima cepat tanggap dan menangkap tubuh itu.

"Humph, Jadi kita pacaran ya?" Midorima menenggelamkan kepala Takao di dadanya.

Wew, Si rambut lumut kita kelanjutan modus nih. Main peluk aja.

"I- iya, Shin-Chan!"

.

.

.

END

Ihir, saya lagi ngefeel ama MidoTaka nih xD aciat xD maafkan penggunaan bahasa yang kasar ya :3

Semoga suka dengan fic ini :"D

Terakhir, review ya minna~ :D