Takkan Kulepas
Sinopsis: Kyoya Hibari bukanlah herbivora yang takut akan perpisahan. Tetapi, bertemu dengan seorang remaja yang selalu tersenyum sendu dapat merubah segalanya. 1827 –AU-
Bab 1: Senyuman.
Kyoya Hibari. Umur enam belas tahun dan sudah lulus dari Universitas Tokyo. Dia adalah pewaris tunggal perusahaan Skylark dan penerus utama dari sekolah bela diri dengan Tonfa yang bernama sama dengan keluarganya, Hibari.
Setelah dua tahun yang terasa amat panjang, Kyoya telah menyelesaikan kuliah jurusan Bisnis Finansial di Tokyo dan akhirnya kembali ke kampung halaman yang begitu dicintainya, Namimori.
Kyoya tidak membuang waktu untuk membereskan barang-barangnya. Tetapi langsung menuju ke pusat perkotaan Namimori untuk berpatroli. Ia sangat membenci keributan dan kerumunan orang, tetapi berpatroli adalah salah satu hal yang membuatnya merasa senang.
Kyoya tersenyum kecil saat dia kembali mengendarai motor kesayangannya yang telah ia tinggal selama dua tahun. Entah mengapa dia tak pernah menyukai Tokyo. Namimori akan selalu menjadi tambatan hatinya. Kyoya juga tidak memikirkan perempuan, ia tidak punya waktu untuk itu. Yang dia inginkan adalah cepat-cepat menyelesaikan kuliah agar dia bisa kembali ke Namimori, ke rumahnya.
Tanpa mengenakan helm-nya, Kyoya menyusuri jalan-jalan yang dia kenal. Tidak banyak yang berubah selama dua tahun ia meninggalkan cintanya. Rasa rindu kampung halaman menghangatkan hati remaja berambut hitam itu saat angin beraroma roti khas Namimori yang begitu ia kenal menerpa wajahnya. Kyoya tersenyum hangat, sesuatu yang tak pernah ia lakukan baik di depan orang-orang, ataupun saat dia berada di Tokyo.
Sang remaja begitu senang sehingga dia lupa untuk membuka matanya. Teriakan seseorang membangunkannya dari nostalgianya. "Kau tidak apa-apa?" Kyoya meminggirkan motornya dan menuntun remaja yang masih terlihat kaget. Nada suaranya khawatir, namun tetap tenang dan tidak panik. "Y-ya." Jawab seorang laki-laki yang ditabraknya.
Kyoya memeriksa orang itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia menggunakan jubah panjang berwarna cokelat dengan tudung yang menutupi matanya. Pakaian yang aneh jika melihat bahwa musim semi hampir berakhir dan udara sudah mulai lembab dan panas. "Te-terima kasih…" Sang remaja terlihat begitu kikuk dan canggung. Kyoya membantunya berdiri dengan susah payah.
"Kau tidak terlihat sehat." Kyoya bergumam saat melihat wajah remaja yang hampir ditabraknya. "Apa?" Sang remaja terlihat kaget mendengar pernyataan Kyoya. "Wajahmu pucat." Kyoya berkata singkat. Remaja itu spontan menyentuh wajahnya dengan kedua tangannya. "B-benarkah? Aku… umm… tidak sadar."
Perut si remaja berbunyi dengan suara kencang. Kyoya mengangkat sebelah alisnya. Pipi si remaja yang tadinya pucat langsung merona merah karena malu. "M-maaf…" Ia bergumam pelan. "Kapan terakhir kali kau makan?" Tanya Kyoya dengan nada tajam. "Umm… kapan ya…?" Si remaja melihat ke arah langit sambil memegang dagunya. Tanpa basa-basi, Kyoya menarik pergelangan tangan si remaja dan memaksanya duduk di bagian belakan jok motornya. "E-eh?"
"Aku tidak bisa membiarkan herbivora sepertimu mati di kota-ku karena kelaparan, kau mengerti?" Kyoya menaruh helm yang sejak tadi digantungnya ke kepala si remaja yang tampak kebingungan. "Pegangan yang erat, herbivora, aku juga tidak ingin kau mati karena terpental dari motor-ku." Kyoya berkata sebelum men-gas motornya dengan kencang. "HIII!" Si remaja berteriak dan langsung memeluk pinggangnya.
"Ughhhh, perutku terasa mual…" Si remaja memegang pinggir tempat sampah dengan erat. Kyoya memutar bola matanya. Lemah, pikirnya singkat. Tetapi, Kyoya langsung mengembalikan pandangannya ke arah herbivora lemah yang sekarang melihat ke segala arah dengan ekspresi panik. "Dia… semoga dia tidak disini…"
"Ada apa?" Hibari bertanya, matanya terpicing karena perubahan ekspresi yang begitu tiba-tiba. "T-TIDAK APA-APA!" Si remaja mendadak berteriak hingga Kyoya kaget. "Kalau begitu jangan membuang waktu dan cepat masuk." Kyoya menggeram pelan dan menarik pergelangan tangan si remaja dengan tak sabar.
Restoran yang mereka masuki adalah restoran yang telah menjadi favorit Kyoya sejak dia berumur dua belas tahun. Para pegawai restoran terlihat begitu terkejut sekaligus senang bahwa pelanggan setia mereka, tuan muda dari keluarga Hibari telah kembali ke Namimori! Seorang kepala pelayan dengan gaya rambut regent bergegas menuju dapur untuk mengumumkan pesta.
Para pelayan lain langsung menutup restoran agar mereka dapat khusus menjamu tamu kesayangan mereka.
"U-umm…" Si herbivora lemah tampaknya sadar akan hal ini dan menatap Kyoya dengan sorot mata bingung. Alisnya berkerut dan ia menatap ke bawah. "Apa?" Kyoya memaksa si remaja duduk di sebuah matras dan duduk disebelahnya. Kedua mata berwarna biru-metalik memeriksa si remaja canggung dengan tajam.
"…" Ia diam seribu bahasa dan tetap menatap ke bawah. "Katakan apa yang ada di kepalamu, karena itulah kau akan terlihat seperti herbivora menyedihkan didepan orang-orang." Kyoya berkata tajam. Si remaja berjengit. "Maaf… maaf… maaf…" Ia bergumam amat pelan. Kyoya memicingkan matanya. Setelah beberapa menit, Kyoya mengacak-acak rambut si remaja dan menggumamkan maaf dengan suara amat pelan.
"Tidak apa-apa…" Si remaja menjawab pelan. "Kau ada benarnya," Si remaja menurunkan tudungnya dan menatap Kyoya dengan sorot mata sendu. "Orang itu juga mengatakan hal yang sama." Dia tersenyum. Tetapi Kyoya tidak merasa bangga karena dia membenarkan Kyoya, dia justru merasa sangat kesal.
"Namaku Kyoya Hibari," Ucapnya tiba-tiba. Ia juga tidak begitu mengerti kenapa dia menyebutkan namanya. Dan sepertinya si remaja juga merasakan hal yang sama dengannya. Raut mukanya begitu bingung dan kaget hingga Kyoya merasa perlu untuk menertawakannya.
Setelah tertawa untuk beberapa saat (yang ia sadari diperhatikan dengan sorot mata kaget oleh para pelayan) Kyoya kembali ke ekspresi dinginnya yang biasa. Ia menatap remaja yang terlihat seperti bocah dengan sorot mata menilai. Matanya agak besar dan berwarna cokelat-karamel. Rambutnya juga berwarna cokelat dan sangat berantakan. Postur tubuhnya kecil, dan jika bukan karena dadanya yang sangat rata, Kyoya yakin dia akan mengira bahwa si remaja adalah perempuan.
"Aku sudah memberi tahu namaku," Kyoya berkata dingin. "Seharusnya kau juga mengerti apa yang harusnya kau lakukan." Kyoya menjetikkan jarinya dan para pelayan berbondong-bondong membawakan makanan favoritnya. Kyoya mengambil sebuah hamburger dan memotongnya hingga potongan kecil-kecil. Ia menusuk potongan terkecil dengan hati-hati dan memakannya dengan elegan.
"Ummm," Remaja bermata cokelat itu melihat ke bawah lagi. Ia terlihat malu dan bersalah. "Namaku Tsuna…" Dia berkata pelan. "Tsunayoshi Sawada…" Kyoya hampir tersedak saat mendengar nama si remaja lemah.
Tsunayoshi, nama seorang kaisar Tokugawa. Sungguh nama yang aneh, berat, dan tidak cocok untuk herbivora seperti remaja berambut dan bermata cokelat yang ada di depannya.
Hibari memejamkan matanya sejenak dan menusuk potongan hamburgernya dengan hati-hati dan memasukannya secara paksa ke mulut si herbivora. Ia terlihat terkejut, tetapi senang karena perutnya yang lapar akhirnya terisi. Kyoya mengira dia akan dapat melihat ekspresi senang dari si herbivora. Tetapi, Kyoya justru merasa sangat amat kesal.
Dia, Tsunayoshi Sawada, melihat ke arah makanan yang disuguhkan di depannya dengan ekspresi sendu sebelum memakannya.
"Te-terima kasih, Hibari-san." Ia membungkuk ke arah Kyoya dengan kecanggungan yang menurut Kyoya menyebalkan, tetapi Kyoya bertoleransi dengan hal itu. "Bukan masalah, herbivora, akan lebih merepotkan jika aku melihat mayatmu yang akan mengotori sejarah kota-ku di berita." Kyoya memejamkan matanya, raut mukanya dingin dan tidak peduli.
Tsunayoshi Sawada tersenyum kecil, lalu membungkuk sekali lagi. Ia mundur dua langkah dari Kyoya lalu berbalik badan untuk pergi. "Hey," Hibari memanggil si herbivora lemah yang langsung menoleh. "Kapan kita bertemu lagi? Aku harus memastikan kau tidak mati dan mengotori Namimori." Kyoya bertanya sambil menjelaskan.
Si herbivora terlihat kaget, tetapi dia memejamkan matanya dan menggeleng.
Dia tersenyum sendu ke arah Kyoya, dan berkata dengan nada yang sama sendunya dengan sorot matanya.
"Sebaiknya kita tidak bertemu lagi, Hibari-san."
Kyoya ingin membalas kata-kata kurang ajar si herbivora. Tetapi, cahaya mentari yang sedang terbenam menyilaukan matanya.
Saat Kyoya membuka matanya, si herbivora, Tsunayoshi Sawada telah pergi. Hibari menggelutukan giginya, kekesalan membara di matanya.
Tidak ada, Kyoya ulangi, tidak ada orang yang meninggalkan Kyoya Hibari dengan senyuman yang membuatnya begitu kesal.
Haaaai! Pertama kali nulis di fandom Indo! Makasih IFA atas message-nya yang memicu aku untuk menulis fic ini!
Ummm, review? :D
Fangirl-mu yang bersahabat,
~Chiri-tan
