[This is not for homophobic. If you don't like you can go.]
Serius, aku gak jago bikin prolog atau awalan cerita. Aku harap kalian bisa terhibur dengan ceritaku meskipun skill menulisku gak seberapa :' Hal yang paling mendorong aku menulis cerita ini yaitu karena ff KaiYuan nyaris gak ada di ffn! Jadi aku berniat meramaikan lapak KaiYuan :3
Oke. Sekian cuap-cuapnya. Langsung mulai aja ya.
3...
2...
1...
START!
*
Junkai's POV
Siapa di sini yang punya teman dekat?
Gimana rasanya?
Senang?
Bahagia?
Ya pasti senang lah ya.
Siapa sih yang gak senang kalau kenal sama manusia yang sehati, sejiwa, sama kita?
Yang ketika kita sedih ada yang bisa ngertiin kita meskipun gak sepenuhnya?
Beruntungnya gua, gua ada kenal manusia yang seumuran sama gua dari gua masih piyik.
Gua aja gak inget gimana waktu kami pertama kali kenalan. Tau-tau kami temenan, aja.
Ajaibnya, dari TK sampai sekarang SMA kelas 11, kami selalu sekelas.
Gila gak? Udah kayak mukjizat aja ya.
Ya gimana kami gak ke mana-mana bareng lah ya.
Oh iya. Ngomong-ngomong sahabat gua itu cowok. Jadi kalau kami dikatain gay, itu udah biasa banget. Udah jadi asupan sehari-hari kami itu mah. Malah gua ngerasa kalo sehariii aja gua gak dikatain gay rasanya aneh. Haha.
Gua juga gak tau ya kok gua bisa-bisanya klop banget sama dia. Seakan-akan kami berdua itu dua magnet dengan kutub yang berbeda. Dia positif gua negatif. Yeeeu bukan maksudnya gua iblis dia malaikat bukan. Ini cuma pengandaian aja.
Jadi otomatis, ada gaya tarik-menarik diantara kami berdua.
ACIAAAAA
OHOK! OHOK!
Sori gaes gua keselek. Seriusan dah gua keselek beneran. Keselek angin.
*PLETAKKKK*
*
Author's POV
"Awww!" Junkai merasakan benda yang tidak bisa dibilang ringan menghantam sisi kiri kepalanya.
"Pssst... Oi...! Jangan tidur...! Daritadi lo itu diliatin Qian laoshi tau gak...?"
Yaps. Junkai tertidur di kelasnya saat pelajaran Kimia berlangsung.
Sebenarnya Yuan sudah menggoyang-goyangkan tubuh Junkai daritadi, akan tetapi sama sekali tidak ada reaksi dari si penerima guncangan. Alhasil Yuan memutuskan untuk memukul kepala Junkai dengan penggaris besinya saja.
Yuan bukannya bermaksud melukai Junkai. Yuan juga bukan seorang psikopat. Hanya saja Yuan memang cuma punya penggaris besi. Sementara penggaris plastik Junkai yang biasanya mereka berdua gunakan secara bergantian baru saja hilang kemarin.
"Lo gak kasian apa sama kepala gua? Mana nanti kalau gua tambah bego lo gak mau tanggung jawab..." Junkai misuh-misuh ngelus kepalanya yang baru saja digeplak Yuan.
"Bukannya bilang makasih udah gua bangunin... Lo itu tiada hari tanpa ngeluh, ya."
Junkai tersenyum masam. Merasa sifat tidak tau diri temannya itu sedang kumat.
"Kayak lo gak gitu aja. Gua udah kenal sama lo dari gua masih fetus ya. Jadi gak usah lah, lo itu pencitraan sama gua. Bahkan gua yakin gua lebih tau aib-aib lo daripada orangtua lo sendiri. Cukup jadi diri lo sendiri aja, Yuan. Gua sayang sama lo apa adanya kok."
Oke, omongan Junkai out of topic. Tapi kenapa? Kenapa kalimat itu yang keluar dari mulutnya? Sejak kapan Junkai jadi kurbel dan bertekad mengasah keterampilan gombalnya?
Tentunya omongan Junkai sukses membuat Yuan tertegun.
"Hah...?!" yaah, nampaknya untuk saat ini hanya itu yang bisa Yuan sampaikan. Sel-sel di otak Yuan masih dalam proses penyaluran spekulasi-spekulasi terkait apa-apaan yang Junkai katakan barusan.
"Yuan, masa tiap hari kita dikatain homo sih? Kalau kita nanti homo beneran gimana?" ujar Junkai asal.
Sesungguhnya, Junkai hanya ingin membuka topik pembicaraan di antara mereka berdua saja. Itu karena Junkai masih belum bisa fokus dengan pelajaran yang dihidangkan di hadapannya itu. Oleh karena itu dia bertekad menyedot perhatian Yuan. Dan dalam waktu yang bersamaan topik 'homo' ini mampir di otak Junkai. Ia ingin Yuan menemaninya berbincang supaya dirinya tidak ketiduran untuk yang kedua kalinya di jam pelajaran Kimia hari ini.
Yuan tampak berpikir sejenak. Sebagai seseorang yang sudah mengenal Junkai selama lebih dari 10 tahun, tentu Yuan sangat mengenal watak Junkai. Ia tahu kapan Junkai sedang serius dan kapan Junkai sedang iseng bertanya. Dan dia tahu betul bahwa sekarang Junkai sedang dalam mood tidak ingin belajar. Ia tahu Junkai tidak bermaksud serius. Maka dari itu Yuan memutuskan untuk memberikan Junkai jawaban yang tak kalah asal.
"Gua gak bakal tanggung jawab lah." dari sekian pilihan jawaban yang hinggap di cerebrumnya, itulah kalimat yang dipilih Yuan. Yuan juga tak bisa terlalu memikirkan kalau-kalau apa yang dikatakan Junkai tadi benar-benar terjadi. Pasalnya saat ini ia ingin fokus mendengarkan materi yang tengah diterangkan laoshi-nya.
Junkai sama sekali tidak puas dengan balasan Yuan.
Bagaimana tidak? Yuan dengan sangat jelas menunjukkan kepada Junkai bahwa ia masih lebih tertarik dengan pelajaran merepotkan yang tertera di papan tulis itu daripada topik pembicaraan yang disuguhi Junkai.
Akan tetapi Junkai tidak ingin terlalu cepat menyerah. Maka dari itu ia kembali berusaha untuk memancing hati Yuan.
"Masa iya lo gak bakal mau tanggung jawab? Kan yang homo bukan cuma gua doang. Lo juga. Gua suka sama lo, lo juga suka sama gua. Nanti kalau lo sengsara gara-gara kita gak direstuin jadi homo gimana?"
Sungguh, Yuan merasa, sekarang ini ia tidak ada waktu untuk memikirkan hal konyol seperti ini. Tetapi belahan otaknya yang lain, penasaran apa maksud Junkai mempersoalkan hal ini. Alhasil terpaksa Yuan menjawab, "Kok tiba-tiba lo mikir kita bakal belok?"
Yuan sama sekali tidak menyangka Junkai akan menjawab pertanyaannya dengan sangat cepat. "Simpel aja sih. Kawan-kawan kita aja tiap hari selalu ngatain kita homo. Sementara omongan itu doa. Berarti gak menutup kemungkinan kalo bisa aja nanti kita homo beneran kan?"
Omongan Junkai tersebut membuat Yuan lumayan tertohoQue. Apalagi Junkai menjawab pertanyaan darinya tanpa pikir panjang. Dan lagi, tidak sama sekali terdeteksi keraguan dalam nada bicaranya. Penuh dengan keyakinan.
Tapi ternyata omongan Junkai belum selesai sampai di situ.
"Terus gimana kalau nanti ibu lo nyuruh lo sebisa mungkin jauh-jauh dari gua? Tapi di sisi lain lo bawaannya pengen sama gua terus."
"WHAT???" Yuan tercengang. Sama sekali tidak habis pikir dengan temannya itu. "Bener-bener lagi gak mau belajar ya..."
Yuan pun memutuskan untuk mengutarakan segenap pemikiran yang mengendap di otaknya. Hitung-hitung membantu menetralkan pola berpikir Junkai yang bisa dibilang tidak ringan dan terlalu tiba-tiba.
"Gini ya. Menurut gua, kita gak perlu takut suatu saat nanti kita bakal belok. Karena kenyataannya pun selama ini kita baik-baik aja kan? Gak ada hal-hal yang terlalu signifikan yang terjadi di antara kita berdua kan?"
'gak ada hal-hal yang terlalu signifikan yang terjadi di antara kita berdua'
Kalimat tersebut tersangkut di telinga Junkai. Tak hanya tersangkut, namun juga memicu memorinya untuk memutar kilas balik suatu kejadian di masa lalu.
Dan Junkai teringat sesuatu.
"Hmmm... Gak ada hal-hal yang signifikan lo bilang?" Junkai sangat meragukan keakuratan ucapan Yuan. Ia bahkan menaikkan sebelah alisnya.
"Lo lupa ya?" tebak Junkai dengan nada menuntut. Kini di dalam otaknya sudah berbaris rapi kata-kata yang ingin dilontarkan sesegera mungkin.
"Lupa apa?"
"Lo lupa ya waktu itu kita pernah nangis gara-gara kita ngira kita gak bakalan satu sekolah lagi?"
Detik itu juga, Yuan membulatkan bola matanya.
Tetapi bukan hanya Yuan yang membulatkan bola matanya.
Kini beberapa dari teman mereka, tepatnya yang duduk tidak jauh dari mereka, melemparkan pandangan mereka pada Junkai dan Yuan.
Seketika waktu terasa seperti berhenti sejenak.
"Apa?" tanya Junkai. Ia tidak suka dipandang seperti itu oleh mereka.
"Jadi kalian beneran homo?!" ujar salah seorang teman laki-laki Junkai dan Yuan dengan volume yang tidak jauh beda dengan orang yang sedang berteriak.
Tentu saja hal itu sukses memancing perhatian seisi kelas. Tidak mungkin tidak.
Kau bisa melihat pandangan-pandangan tidak mengenakkan yang jumlahnya bertambah banyak itu.
Oh ya, jangan lupakan Qian laoshi yang sedang mengajar.
"WHAT THE HECK?!" bola mata Junkai membulat seperti apa yang terjadi pada Yuan.
Bukan Junkai saja yang mengumpat dalam hati. Yuan—oknum yang digadang-gadang menyimpan perasaan spesial pada Junkai—juga melakukan hal serupa.
"Di kelas ini ada yang 'belok'?" tanya Qian laoshi tanpa basa-basi.
Pertanyaan Qian laoshi yang menyapa pendengarannya tanpa peringatan itu membuat Junkai sontak menyangkal ucapan temannya itu.
"APA SEH KALIAN NGATAIN GUA HOMO MULU!" pada cara bicaranya sangat kentara Junkai menegaskan bahwa ia tidak terima dibilang homo.
Teman-teman Junkai juga sebenarnya sudah familiar dengan reaksi Junkai itu. Setiap kali ia dibilang gay, pasti kalimat-kalimat semacam itu yang otomatis akan keluar dari mulutnya. Seisi kelas itu selalu senang menjadikannya bulan-bulanan.
Ini juga bukan yang pertama kalinya Qian laoshi mendengar hal semacam itu dikatakan oleh murid kelas ini. Jadi Qian laoshi tidak ingin terlalu mempermasalahkan juga.
Yak. Sekilas begitulah bagaimana jam pelajaran Kimia di kelas mereka berlangsung. Jam pertama di hari Senin. Dan Junkai sudah ketiduran. Benar-benar murid teladan.
Perlu kalian garis bawahi, omongan Junkai tadi semata-mata hanya untuk menarik perhatian Yuan. Sama sekali tidak terdapat unsur menyinggung atau apapun di dalamnya.
But,
Siapa yang menduga omongan Junkai tadi merupakan sebab utama adanya cerita ini?
*
Seseorang di pojok kantin itu terlihat sedang menyelesaikan beberapa tugasnya yang tertinggal. Ia duduk di sana seorang diri. Tanpa ada satu manusia pun di sekitarnya.
Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Karena sepasang teman dengan nama baik yang sudah tercemar, mendekat padanya. Kemudian menyamankan bokong mereka di kursi yang terletak di depan pemuda itu.
Yah, siapa lagi kalau bukan Junkai dan Yuan? Sepasang teman yang konon katanya satu paket dan tidak dijual terpisah.
Kedatangan Junkai dan Yuan tidak sedikitpun memberikan efek kepada pemuda tersebut. Mendongakkan kepala untuk sekedar mengetahui siapa yang datang saja tidak. Ia masih sangat menekuni apa yang tengah ia selesaikan.
Junkai kan jadi penasaran. Apa sih yang sedang dia kerjakan?
Sayang sekali benteng pertahanan pemuda tersebut tidak sekokoh yang diperkirakan. Separuh konsentrasinya pergi mengkhianatinya semenjak aroma sedap khas ramen menghantui indra penciumannya. "Bangke..."
Junkai menaruh mangkuk ramen mereka di meja. "Yuan, beliin soda sih."
"Nanti aja minumnya di kelas. Gua bawa minum."
"Yeeeu gua kan bukan mau air putih."
"Jangan minum soda mulu ah. Udah mahal, gak baik buat kesehatan lagi."
"Ih anjir kok lo perhatian sama gua?"
"Ya kok lo jadi kegeeran?"
"Fagh. Berisik banget anju." lelaki yang terusik itu berusaha sabar.
"Memang iya kan?"
"Gua cuma kasian sama bakteri baik di tubuh lo. Nanti kerjaan mereka nambah gara-gara harus nangangin virus di soda itu."
"Gak usah tsundere deh mba."
"Apa lo bilang? Mba?!"
"Astaga..." secara tidak sengaja lelaki itu salah menuliskan kata 'masa' menjadi 'mba'. Tangannya menulis apa yang ditangkap indra pendengarannya.
"Lo itu manis tau. Coba geh rambut lo panjang. Pasti semua orang bakal ngira lo itu cewek."
Sekarang bukan hanya indra penciuman atau tangannya saja yang terpengaruh obrolan tidak bermanfaat itu. Bahkan matanya juga ikut-ikutan mengkhianati keteguhan hatinya.
Ia ingin memastikan kebenaran ucapan Junkai. Maka diperhatikanlah wajah Yuan olehnya.
"Aih iya. Kalau diperhatiin baik-baik ternyata lo manis ya." kalimat ini lolos begitu saja tanpa disadari oleh yang mengatakan. Lelaki itu reflek menutup mulutnya dengan tangan kanannya yang tidak memegang pena. Ya, lelaki itu kidal.
Sontak Junkai dan Yuan mengarahkan pandangan mereka ke arah suara sahutan itu berasal.
Dan Junkai tidak tahu mengapa dirinya tidak suka mendengar penuturan itu.
"Ao Ziyi?"
TBC
*
For Your Information
Ke depannya aku bakal menyertakan member NCT (aku NCTzen :3) dan TF family lainnya buat peran teman sekelas KaiYuan dan macam-macam peran lainnya.
Kemungkinan juga aku bakal masukin member girlgroup Korea untuk tokoh perempuannya karena aku gak banyak kenal public figure Cina yang perempuan ㅠ ㅠ
Aku minta maaf banget karena aku menyertakan unsur-unsur Korea di cerita ini yang notabene-nya pemeran utamanya artis Cina :"
Kalau kalian punya pertanyaan lain tanya aja. Atau kalau kalian mau ngasih kritik dan saran atau keluhan lain misal chapternya kurang panjang juga gak masalah (jujur aja aku ngerasa ini masih kurang, tapi karena aku gak sabaran jadi aku publish aja :P). Nanti review kalian bakal aku balas di chapter selanjutnya :D
Review kalian sangat berarti dan mempengaruhi kelanjutan cerita ini, jadi tolong review yang banyak ya :'
See you !
