Cast :

-Park Chanyeol

-Park Baekhyun

-Oh Sehun

-Xiao Lu

Chanbaek /Twoshoot/GS/Drama/Romance/Incest / Rate M

Don't Like – Don't Read!

Hari bahagia itu, kini benar-benar hanya tinggal hitungan hari.

Sipitnya tak henti berbinar saat menatap bayang dirinya dalam cermin. Sedikit tak percaya jika sosok anggun dalam balutan gaun putih itu adalah dirinya. Selembar gaun putih dengan ekor menjuntai panjang yang membuat paras cantiknya kini berada pada kasta tertinggi, nyaris sempurna. Sebuah nikmat tuhan yang tak dapat ia dustakan.

Xiao Lu menyematkan sebuah tiara diatas kepala Baekhyun, sebuah sentuhan akhir yang membuat Baekhyun kian terlihat bak seorang putri dari negeri dongeng.

"Perfect! Kau terlihat sangat cantik,Bee..."

"Terimakasih,eonni..."

Xiao Lu mencubit kedua belah pipi Baekhyun dengan gemas. Bahagia sekaligus tak percaya jika sahabat mungilnya akan melepas masa lajangnya secepat ini.

Bagi Xiao Lu, pernikahan Baekhyun terasa sedikit janggal. Bagaimana tidak? Baekhyun yang selama ini tak pernah berkencan dengan seekor lelakipun, tiba-tiba membuatnya terkena serangan jantung ringan saat berujar akan menikah dengan lelaki pilihannya. Seorang lelaki antah berantah yang bahkan ia tak tau bagaimana bentuk dan rupanya.

Maka tak heran, jika pada akhirnya ia tergoda untuk berasumsi negatif dan lancang menerka, perihal alasan di balik pernikahan Baekhyun dengan si lelaki misterius.

Mungkin Baekhyun menikah karena sebuah kecelakaan. Sebuah kecelakaan yang berakar dari one stand night yang membuatnya kini berbadan dua. Terlalu larut oleh hentakan erotis pada pangkal pahanya, hingga ia lalai dan mengabaikan sebuah fakta, bahwa rilisan hangat yang telah membuatnya menjerit, bisa menghasilkan sebutir makhluk mungil serupa dirinya.

"Bee...Aku masih tidak percaya jika kau akan menikah secepat ini...Apakah kau sudah yakin dengan keputusanmu?"

"Seratus persen yakin,eonni...Walaupun kami belum lama kenal, tapi aku yakin dia adalah seorang pria yang baik..."

"Aku harap dia benar-benar pria baik...Aku hanya tidak ingin kau jatuh pada pelukan pria yang salah..."

"Jangan khawatirkan itu...Walaupun dia lebih muda dariku ,tapi aku yakin, dia akan menjadi suami yang baik..."

"Bagaimana kau bisa seyakin itu? Bukankah kalian belum lama kenal?"

Baekhyun mengerutkan kedua alisnya, berakting seolah dirinya tengah berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Xiao Lu.

"Karena aku yakin, dia adalah takdirku..."

Ajaib.

Baekhyun yang selama ini kerab bersikap absurd, ternyata bisa sebijak ini setelah jatuh cinta. Cinta memang seajaib itu.

"Tadinya aku fikir, seleramu adalah seorang CEO mapan yang memilik black card dan jet pribadi... Tapi nyatanya, kau justru menikah dengan seseorang yang lebih muda..."

"Selama ia bisa menjaga dan mencintaiku dengan baik, aku tidak peduli jika pada kenyataannya dia lebih muda dariku...Bukankah umur hanyalah sebuah angka?"

"Kau benar...Aku jadi semakin penasaran dengan calon suamimu..."

"Dia hanya seorang pria biasa...seorang pria yang berumur lima tahun lebih muda dariku...Dia tinggi...tampan dan..."

Baekhyun sengaja menjeda ucapannya, menunggu reaksi Xiao Lu yang dengan lugunya justru terlihat antusias pada ceritanya.

"Dan apa? Cepat katakan...Jangan membuatku penasaran..."

"Dan memiliki penis yang besar..."

"Yak,Byun Baekhyun...Dasar mesum!"

Baekhyun terkekeh geli sembari menerima takdirnya, menerima pukulan-pukulan anarkis yang dilayangkan Xiao Lu pada lengannya. Lihatlah, daripada seorang sahabat, Xiao Lu bahkan lebih terlihat seperti seorang ibu tiri.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau datang sendiri, Bee? Bukankah seharusnya calon suamimu juga datang untuk fitting baju?"

"Dia sangat sibuk,eonni...Dia bilang akan menyusulku setelah pekerjaanya selesai..."

"Sepertinya dia adalah seorang yang sibuk...Apakah dia seorang penyiar berita sepertimu?"

"Bukan...Dia seorang dokter..."

Drrrrrttttttt

Ucap keduanya sejenak terjeda saat sebuah panggilan tiba-tiba hadir menginterupsi. Sebuah dering nyaring yang berasal dari ponsel Baekhyun dengan nama "Bocah tengik" yang terpampang besar-besar pada layar panggilan.

"Wae?"

Baekhyun memutar bola matanya dengan malas, setengah hati menjawab panggilan itu dengan nada yang tak bersahabat.

"Aku sedang dalam perjalanan untuk menjemputmu...Tetap disana sampai aku datang..."

Baekhyun menghela nafas berat, meratapi moodnya yang seketika terjun bebas karena kalimat ajaib tadi. Sebuah kalimat tanpa intro yang terdengar sedikit urakan dan bernada pemaksaan.

"Pulanglah...Aku bisa pulang sendiri..."

"Jika bukan karena eomma yang terus mengomel, aku tidak akan sudi menjemputmu..."

"Cukup katakan pada eomma, noona akan pulang bersama calon menantunya yang tampan..."

"Berhenti memuji brengsek itu didepanku! Aku tutup teleponnya...Dan ingat...Jangan coba kabur dariku!"

Lihatlah, tak peduli seberapa sering Baekhyun mengingatkan, bocah kurang ajar itu tetap saja memanggil calon kakak iparnya dengan sebutan brengsek.

"Siapa,Bee? Kau terlihat sedikit emosi setelah menerima telepon..."

"Adik laki-lakiku...Dia bilang sedang dalam perjalanan untuk menjemputku...Jika nanti dia datang, tolong usir saja...Aku tidak mau pulang dengannya..."

"Kau punya adik laki-laki? Kupikir kau anak tunggal..."

"Sebenarnya aku punya seorang adik laki-laki yang tiga tahun lebih muda dariku...Tapi dia menetap di Jepang sejak kuliah...Jadi wajar jika eonni tak pernah melihatnya..."

Detik ini, Xiao Lu benar-benar merasa seperti orang paling primitif sedunia. Sebab nyatanya, ia tak tanya buta perihal calon suami Baekhyun, namun juga buta perihal eksistensi si maknae. Ia bahkan kini sangsi, masih pantaskah ia disebut sahabat?

Tiiiin...Tiiinn...

Keduanya saling pandang saat gaduh terdengar mengusik. Gaduh yang berasal dari jeritan klakson yang Baekhyun yakini adalah ulah adiknya.

"Itu pasti dia..."

"Kau tunggu saja disini...Biar aku yang keluar dan menyusirnya pergi..."

"Terimakasih,eonni..."

Xiao Lu melenggang keluar, bersiap memasang mode galak untuk mengusir berandal cilik yang telah menabuh kegaduhan di butiknya.

"Annyeong haseyo...Apakah Baekhyun ada di dalam?"

Bukannya menjawab, Xiao Lu justru terkesima dengan sosok tinggi pucat yang kini berdiri di hadapannya. Sosok menawan dengan proporsi tubuh bak seorang model dan wajah rupawan yang membuat netranya enggan untuk berkedip. Niat hatinya untuk bersikap bar-bar dan mengusir bocah ini seketika menguap pergi. Berganti dengan niat busuknya untuk mengajak si tampan minum kopi dan saling bertukar nomor telepon. Sedikit modus memang.

"Sial...Kenapa Baekhyun tidak pernah bilang kalau punya adik setampan ini..."

"Ah...Aku lupa belum mengenalkan diri...Aku Sehun..."

"Dan aku Xiao Lu...Sahabat Baekhyun sekaligus pemilik butik ini..."

Xiao Lu tergesa memotong intro yang tengah Sehun ujarkan, membuat kesalahpahaman ini terus bergulir tanpa sempat ter-klarifikasi. Ia hanya terlalu bernafsu menjabat tangan Sehun, mencoba menikmati dengan syahdu, bagaimana rasanya menggenggam masa depan?

"Senang bertemu denganmu,Xiao Lu-sshi...Ngomong-ngomong, apakah Baekhyun ada di dalam? Bisakah aku bertemu dengannya?"

Xiao Lu terpaksa menyudahi halusinasinya tentang Sehun. Sejenak mengubur mimpinya untuk menjadi adik ipar Baekhyun dan memaksa fokusnya untuk kembali pada misi yang harus ia selesaikan.

"Baekhyun baru saja pulang...Sepertinya kau datang sedikit terlambat..."

"Benarkah? Padahal aku sudah bilang jika aku sedang dalam perjalanan kesini..."

"Dia baru saja pergi, dan aku pikir dia belum terlalu jauh...Mungkin kau masih bisa menyusulnya..."

"Baiklah...Kalau begitu aku pamit..."

Sehun berlalu, meninggalkan Xiao Lu yang kini menatap kepergiannya dengan sesal dalam dada. Andai Baekhyun tak memintanya untuk mengusir Sehun, pasti sekarang ia sudah berhasil mendapatkan nomer Hp Sehun dan bersiap untuk memulai aksi pendekatannya. Apa boleh buat.

Tak berselang lama, saat Xiao Lu bersiap kembali ke habitat, atensinya terjagal oleh sosok jangkung yang kini mengurai langkah ke arahnya. Sosok rupawan dengan look badboy dan jaket kulit yang membalut tubuh tegapnya.

Entah sopan atau tidak, nyatanya Xiao Lu tak bisa mengontrol matanya yang reflek melihat ke arah sebuah gundukan di antara pangkal paha. Sekedar untuk memastikan, jika pria tampan di depannya benar-benar calon suami Baekhyun.

"Dia tinggi, tampan, dan juga memiliki penis yang benar...Tidak salah lagi, dia pasti calon suami Baekhyun..."

"Permisi,noona...Apakah Baekhyun ada di dalam? Saya datang untuk menjemputnya..."

Suara baritone itu benar-benar membuat Xiao Lu meleleh. Terdengar berat, sexy dan mengundang birahi. Baekhyun benar-benar pandai memilih suami.

"Ya...Baekhyun di dalam...Dia sudah menunggumu dari tadi...Kau pasti..."

"Park Chanyeol..."

Chanyeol tergesa mengulurkan tangannya, tak sengaja memotong dugaan Xiao Lu yang berada tingkat ke-soktahu-an di atas rata-rata. Tak puas mencuri pandang ke area terlarang, Xiao Lu kini sibuk meneliti setiap jengkal wajah Chanyeol yang ternyata serupa dengan Baekhyun. Mungkin ini yang disebut dengan jodoh.

"Mari ku antar masuk...Bukankah kau juga harus fitting tuxedo untuk pernikahanmu?"

Xiao Lu menggamit lengan Chanyeol dan memboyongnya masuk ke dalam butik. Bersikap sok akrab seolah keduanya adalah sepasang sahabat yang lama terpisah.

"Ini tuxedomu...Kau bisa mencobanya di ruang sana...Aku yakin, kau akan menjadi pengantin pria paling tampan dengan tuxedo ini..."

Xiao Lu menyerahkan seperangkat tuxedo pada Chanyeol yang masih berada pada mode gagal paham. Ia bahkan hanya bisa melenggang pasrah saat Xiao Lu mengiringnya masuk ke dalam ruang fiiting. Tak kuasa melawan Xiao Lu yang terlalu antusias melihat ketampanannya dalam balutan tuxedo.

"Tapi noona,ini..."

"Jangan khawatir, aku ini profesional...Walaupun aku tak sempat mengukurmu sebelum membuatnya, aku yakin ini akan pas ditubuhmu..."

"Bukan tentang itu,tapi..."

"Aku akan menunggumu di luar...Jangan lama-lama,okey?"

Xiao Lu berlalu, meninggalkan Chanyeol yang masih menatap kosong pada seperangkat tuxedo yang tak tahu harus ia apakan. Haruskah ia mencoba memakainya? Mencoba berperan sebagai pengantin pria pada pernikahan terkutuk yang tak ingin ia saksikan?

"Kau sudah selesai? Wah...Daebak...Kau benar-benar terlihat sangat tampan..."

Xiao Lu sedikit berjinjit, mencoba menyamakan tinggi tubuhnya agar bisa memperbaiki letak dasi Chanyeol yang sedikit miring. Ia memang sangat perfectionis, tak menyukai sedikitpun cacat yang berpotensi mengurangi keindahan pada hasil karyanya.

"Perfect! Sekarang ayo masuk...Kita temui calon istrimu..."

Xiao Lu menuntun Chanyeol masuk, ke sebuah ruangan dimana Baekhyun tengah asik berputar-putar di depan cermin, mengagumi betapa anggun gaun yang kini melekat di tubuh mungilnya.

"Bee,lihat...Siapa yang ku bawa?"

"Yak! Kenapa kau disini?"

Baekhyun menatap tajam ke arah Chanyeol, mengutuk eksitensi Chanyeol yang ingin segera ia enyahkan dari pandangan.

"Tentu saja aku datang untuk menjemputmu pulang..."

"Eonni, kenapa dia ada disini? Bukankah kau sudah berjanji padaku akan mengusirnya pulang?"

Baekhyun mengujarkan sebuah protes pada Xiao Lu. Sedikit tak percaya jika Xiao Lu telah mengingkari janjinya untuk mengusir bocah sialan ini.

"Tentu saja untuk fitting baju pengantin,Bee...Dan soal adikmu...Kau tak perlu khawatir...Aku sudah mengusirnya pulang..."

"Ya tuhan...Aku benar-benar frustasi...Apakah kalian berdua sengaja ingin membuat tekanan darahku naik?"

Xiao Lu terdiam sesaat, perlahan mencoba mencerna, apa yang membuat tekanan darah Baekhyun tiba-tiba naik seperti ini?

"Bukankah misi pengusiran itu sudah rampung dengan baik dan benar? Lalu, apa salah dan dosaku?"

"Bee...Aku benar-benar sudah mengusir adikmu pulang...Aku bahkan melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau dia pulang dan hilang dari peredaran..."

"Tapi nyatanya dia masih disini...Dia yang seharusnya eonni usir..."

Baekhyun menatap sinis ke arah Chanyeol yang tengah sukacita menertawakan kesalahpahaman ini. Menertawakan Baekhyun yang masih berusaha keras membentang jarak darinya dan membuatnya tersisih.

"Ommo! Jadi dia adikmu? Lalu, Sehun yang tadi aku usir itu siapa?"

Ingatan Xiao Lu seketika tertuju pada si berondong tampan yang tadi ia halusinasikan. Jadi...Dia...?

"Dia calon suamiku!"

...

"Tunggu apa lagi? Ayo cepat naik! Atau mungkin kau lebih suka pulang jalan kaki?"

Baekhyun menghela nafas berat, diam-diam memupuk kebencian dan mengutuk setiap patah kata yang terucap dari bibir Chanyeol. Entah kenapa, kata demi kata yang Chanyeol ucapkan, seolah sengaja menggugah hasratnya untuk baku hantam.

"Cukup kembalikan tasku dan biarkan aku pulang sendiri...Aku tidak mau pulang naik besi tua ini..."

Chanyeol bergegas menangkis Baekhyun yang mencoba merebut tas miliknya, sebuah tas mungil berwarna merah jambu yang kini ia jadikan sebagai sandera. Melindunginya dengan segenap hati agar Baekhyun tak memiliki pilihan lain selain pergi bersamanya. Sedikit busuk memang.

"Hei...Ini bukan besi tua...Ini motor balap..."

"Aku tidak peduli ini besi tua atau besi balap...Aku tetap tidak mau menaikinya..."

"Apakah pulang naik motor begitu terlihat memalukan? Kau terlihat seperti seorang wanita matrealistis..."

"Matrealistis kau bilang? Seharusnya kau tahu jika aku tidak mungkin naik motor dengan pakaian seperti ini..."

Atensi Chanyeol kini tertuju pada potongan kain yang melekat di tubuh Baekhyun. Selembar blouse of shoulder berwarna peach yang dipadukan dengan mini skirt putih yang hanya berukuran beberapa sentimeter di bawah pangkal paha. Sebuah looks feminim yang cukup mengundang birahi.

"Sudah ku bilang, jangan bepergian dengan pakaian yang seperti ini...Aku tidak ingin pria lain menatapmu dengan pikiran kotor..."

Chanyeol melepas jaket kulit yang semula membalut tubuh tegapnya, mengikatkannya pada pinggang ramping Baekhyun agar aset berharganya tak terekspos dan menjadi tontonan gratis. Terlihat sangat gentleman, meski sebenarnya ia hanya terlalu posesif.

"Kau tidak berhak mengatur apa yang ku pakai..."

"Tentu saja aku berhak, karena hanya aku yang boleh melihat tubuh indahmu..."

"Omong kosong..."

Baekhyun menyudahi pertengkarannya dengan Chanyeol. Tubuh mungilnya melompat ke atas besi tua yang beberapa saat lalu ia olok-olok, bersiap berlari membelah jalanan.

"Kita akan lari dengan kecepatan penuh, jadi pastikan kau memelukku dengan erat..."

"Tidak akan..."

Chanyeol hanya terkekeh. Tak peduli seberapa sering Baekhyun mengabaikannya, hasrat dan perasaannya justru kian menggebu dan tak pernah berkurang satu desimalpun.

Chanyeol benar-benar melarikan motornya dalam kecepatan penuh, membuat jarum pada speedometernya berlarian diatas angka seratus. Mencoba berkejaran dengan angin dan mengabaikan gigil ketakutan si mungil yang telah mengaku kalah.

Baekhyun tak memiliki pilihan lain selain melingkarkan lengan kurusnya pada pinggang Chanyeol. Memeluk erat adik bongsornya dengan wajah yang telah tenggelam di balik punggung kokoh Chanyeol.

Baekhyun memilih untuk memejamkan sipitnya dengan erat. Tak sanggup lagi melihat betapa horornya Chanyeol yang berlari kesetanan bak seorang pembalap di sirkuit liar. Bibir mungilnya tak henti merapalkan doa, mengiba belas kasih pada tuhan agar ia tak mati konyol sebelum hari pernikahannya.

"Turunlah...Kita sudah sampai..."

Chanyeol mengusap lembut punggung tangan Baekhyun yang masih melingkar erat di pinggangnya. Mengabarkan pada si mungil jika scene balap liar yang ia lakonkan telah berakhir.

"Ini dimana? Kenapa kita tidak pulang ke rumah?"

Jujur, Baekhyun mulai diserang panik dan buruk sangka saat ia mendapati sebuah seringai mencurigakan di sudut bibir Chanyeol. Entah kenapa ia begitu yakin, jika Chanyeol benar-benar telah menculiknya ke sebuah tempat asing. Ke sebuah apartemen yang entah berada di belahan bumi sebelah mana.

"Kita ada di apartemenku..."

"Mwo? Aparttemenmu? Untuk apa? Jangan coba untuk macam-macam atau aku akan mengadukanmu pada eomma..."

"Untuk apa? Tentu saja untuk unboxing keperawananmu..."

"Kau sudah gila? Yak! Chanyeol...Turunkan aku!"

Chanyeol memanggul tubuh mungil Baekhyun di atas pundak layaknya tengah membawa sekarung beras. Ia sengaja menuli, tak menghiraukan si mungil yang terus meneriakinya dengan kata-kata kasar dan mulai berulah dengan mencakar-cakar punggungnya.

"Ya,Brengsek! Turunkan aku! Aku akan melaporkanmu ke polisi jika kau tak mau menurunkanku!"

"Jangan terlalu berisik...Kau harus menyimpan suaramu untuk nanti...Untuk mendesahkan namaku dan memohon agar aku menusukmu lebih dalam..."

"Yak! Dasar mesum! Turunkan aku!"

Chanyeol membanting tubuh Baekhyun ke atas ranjang, menikmati raut pucat dan ketakutan yang tercetak di wajah Baekhyun. Chanyeol perlahan merangkak naik, sengaja menggoda Baekhyun yang kini beringsut mundur ke sudut ranjang untuk menghindarinya.

"Berhenti menatapku dengan cara seperti itu..."

Baekhyun mengujarkan sebuah protes saat Chanyeol terus menatapnya tanpa berkedip. Sebuah tatap hangat dan memuja pada desimal jarak yang tak lagi berarti. Terlihat seperti seekor predator lapar yang tengah menandai mangsanya.

"Seperti itu bagaimana?"

"Tatapanmu menelanjangiku..."

"Aku memang melakukannya..."

"Aku harap kau tak serius dengan perkataanmu tadi..."

"Tentang apa? Tentang aku yang akan unboxing keperawananmu?

Baekhyun mengangguk cepat, secepat tangannya yang sibuk menepis tangan nakal Chanyeol yang mulai menapaki tubuh bawahnya. Mengusap betis dan paha dalamnya dengan gerakan yang lembut dan sensual.

"Tentu saja tidak...Kau bahkan sudah tak lagi perawan..."

"Seharusnya kau ingat, jika kau yang melakukannya pertama kali..."

Baekhyun memukul dada Chanyeol yang tiba-tiba merangkak naik diatasnya. Membuat tubuh mungilnya kini terpenjara di antara kedua lengan kekar faforitnya. Sipitnya menatap sayu ke arah Chanyeol, menikmati detik-detik berharga yang mungkin tak dapat lagi ia nikmati setelah ini. Setelah ia resmi menjadi nyonya Oh dan menjadi milik Sehun seutuhnya.

"Tentu saja aku ingat...Jadi berhentilah bersikap canggung di depanku...Kita bahkan sudah sering melakukannya..."

"Itu karena kau nakal dan selalu menggodaku..."

"Hei...Aku tidak nakal...Aku adalah seorang anak yang baik..."

"Anak baik macam apa yang tega memperkosa noonanya sendiri?"

"Itu adalah hukuman karena kau telah mengendap-ngendap masuk ke kamarku dan tiba-tiba menghisap penisku..."

Chanyeol tersenyum menang saat ia melihat Baekhyun mulai melingkarkan kedua lengan di lehernya. Menariknya mendekat dan melabuhkan sebuah kecupan singkat di bibirnya. Begitu lembut dan berkadar gula tinggi.

"Aku merindukanmu, Chanyeol..."

Ucap manja Baekhyun adalah kelemahan terbesar bagi Chanyeol. Sebuah candu yang tak pernah gagal menjalarkan seberkas hangat di hatinya.

"Curang...Bagaimana mungkin kau hanya merindukanku, sedangkan aku sangat merindukanmu?"

"Apa yang kau rindukan dariku?"

"Semuanya...Mata bulan sabitmu...Mole menggemaskan di sudut bibirmu...Desahan erotismu...Semuanya...Pantas saja rasanya sangat berat...Ternyata aku memikulnya seorang diri..."

Baekhyun tak sempat mengujarkan sebuah pembelaan, sebab Chanyeol telah lebih dulu membungkam bibirnya dengan sebuah pagutan hangat. Mengukir seberkas kebasahan melalui lumatan-lumatan adiktif yang membuat keduanya kembali terjebak pada dosa yang sama.

Baekhyun bahkan menyambutnya dengan suka cita, membiarkan sepakan lidah Chanyeol bermain liar di rongga hangatnya. Mengecap dan membelit lidahnya hingga saliva keduanya luruh di sela-sela bibir.

Kedua tangan Chanyeol kini telah raib di balik Blouse yang Baekhyun kenakan. Terus mengusik dan mencoba meluruhkan selembar kain yang menutupi sepasang squishy kenyal faforitnya.

Chanyeol menangkup squishynya dengan gemas, memberikan remasan-remasan adiktif yang membuat Baekhyun mendesah tertahan di sela ciumannya. Namun, desahan itu akhirnya lolos saat permainan jari di pucuk dadanya terasa semakin liar. Membuat tubuh mungilnya melengkung dan mendambakan sentuhan yang lebih memabukkan.

"Ahhhh...Chanyeol..."

Chanyeol menyukai kebiasaan Baekhyun yang berisik saat bercinta. Ia menyukai bagaimana Baekhyun merintih kesakitan dan mendesahkan namanya dengan manja.

Baekhyun hanya terlalu menggilai sentuhan adiktif yang Chanyeol lakukan di setiap jengkal tubuhnya yang sensitif.

Chanyeol memerankan perannya dengan sangat baik, peran sebagai seorang bayi besar yang dahaga. Ia melahap payudara Baekhyun dengan rakus, menikmati dua gundulan sintal milik Baekhyun dengan lumatan kasar dan gigitan-gigitan kecil.

"Chanyeol...Jangan gigit...Sakit..."

"Aku sengaja melakukannya...Aku suka mendengarmu merintih kesakitan..."

"Tapi jangan tandai...Aku tidak ingin Sehun salah paham dan menuduhku yang tidak-tidak..."

"Bisakah kau berhenti menyebut nama brengsek itu saat kita sedang bercinta?"

Chanyeol menjeda aktivitasnya, sengaja melayangkan tatapan tajam ke arah Baekhyun yang sepertinya terlalu gemar menabuh cemburu dan amarahnya. Ia jelas membenci Sehun, pria asing yang sebentar lagi akan merampas Baekhyun dari sisinya.

"Kau cemburu,hum? Lihatlah...Kau terlihat semakin tampan saat sedang cemburu seperti ini..."

Baekhyun menangkup kedua belah pipi Chanyeol dengan telapak tangannya. Menghadiahkan sebuah usakan lembut pada belah pipi Chanyeol untuk menyusir amarahnya yang semula berada pada titik didih.

"Pembual..."

Chanyeol urung melanjutnya cumbuannya. Hasratnya untuk bercinta telah menguap pergi sejak nama Sehun lancang mengusik pendengaran. Kini ia lebih memilih untuk mengusakkan wajahnya di dada Baekhyun, menyamankan diri pada pelukan hangat yang Baekhyun berikan padanya.

"Noona, tak bisakah kau membatalkan pernikahanmu dengan pria albino itu? Dia sama sekali tidak cocok menjadi suamimu...Dia bahkan masih anak-anak...Dia tidak akan tau cara membuatmu menjerit di malam pertama..."

"Dia bukan anak-anak,Chanyeol...Dia hanya dua tahun lebih muda darimu..."

"Tapi tetap saja, dia hanya seorang bocah ingusan..."

Baekhyun mengangguk lirih, memilih untuk berpura-pura sependapat dengan apa yang Chanyeol ujarkan. Ia hanya sedang menghindari pertengkaran yang riskan terjadi saat nama Sehun tak sengaja hadir di antara keduanya.

"Noona, bagaimana kalau kita kawin lari saja? Aku tidak peduli jika nantinya appa dan eomma akan mencoret nama kita dari kartu keluarga..."

"Tidak semudah itu,Chanyeol...Itu hanya akan melukai hati eomma dan appa..."

"Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak sanggup melihatmu berdiri diatas altar dengan pria lain..."

Baekhyun menyelami manik cokelat Chanyeol yang detik ini terlihat sayu. Jujur, ia merasa jahat dan bersalah karena harus mengakhiri cinta terlarang di hati keduanya dengan cara seperti ini. Namun sungguh, ia benar-benar tak memiliki pilihan lain.

Ia hanya terlalu pengecut untuk mengaku pada dunia, jika ia telah jatuh hati pada adik kandungnya sendiri. Ia sadar, cintanya pada Chanyeol terlalu mustahil untuk di perjuangkan, namun juga terlalu menyakitkan untuk dilepas.

Baginya, Chanyeol adalah dosa terindah yang pernah ia lakukan.

"Maafkan,noona...Tapi kita benar-benar tidak memiliki pilihan lain..."

"Tak bisakah aku saja yang menjadi suamimu?"

"Tidak bisa,Chanyeol….Kumohon jangan membuat semua ini bertambah rumit..."

"Seharusnya kau tau jika aku tak suka berbagi...Aku hanya tak ingin waktu, perhatian, dan cintamu terbagi untuk pria lain..."

"Jangan khawatirkan apapun...Selamanya aku adalah milikmu...Milikmu seutuhnya..."

TBC

A/N :

- Sebuah story yang terinsipirasi dari pernikahan Yoora Eonni. Dan kalian pasti taulah,kalo Everglow ini adalah lagu yang dinyanyiin Chanyeol saat Noonanya wedding.
- Ini gue post ulang karena kemarin sempet di remove sama FFN. Buat kalian yang ga suka FF GS, atau mungkin ga nyaman sama genre incest kaya gini, please jangan report. Will be better if you give me bad review or just close tab.
- Salam Chanbaek is Real