.
Two Hours
.
Remake From Melani KyuminElfSha's Fanfiction
.
FanFiction
.
Romance, Family, Drama, Hurt.
.
M For Language
.
GS For Baekhyun, OOC, Typo(s), Vulgar Language.
.
Sejak tadi Baekhyun mendengarkan musik dari earphone yang menyumpal di lubang telinganya seraya sesekali sibuk dengan ponsel pintar di tangannya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menyibukkan diri di kursi tunggu bandara itu karena memang penerbangannya ditunda hingga dua jam kedepan. Baekhyun mengumpat dalam hati jika mengingat penundaan itu. Dia sudah bersiap sejak pagi namun apa balasan untuknya? Sebuah keterlambatan dan hal itu hanya pihak bandara tanggapi dengan kata maaf tanpa mau berbuat apapun.
Bandara itu ramai, jelas karena bukan hanya Baekhyun yang ingin menggunakan jasa penerbangan dan sesekali pengumuman terdengar di antara mereka. Baekhyun tak ingin masuk kedalam hiruk-pikuk itu dan memilih menyendiri dengan musik serta ponselnya. Perbuatan yang lebih baik menurut Baekhyun.
Sementara itu dari arah pintu masuk tampak satu orang pria tinggi datang dengan menyeret koper dan pria itu menghentikan langkah tepat di ambang pintu seraya mengedarkan pandangan sebelum tersenyum melihat kursi kosong yang tersedia di samping Baekhyun. Tanpa buang waktu pria itu melangkah mendekat dan duduk di samping Baekhyun tanpa meminta izin sebelumnya. Wajar jika pria itu tak meminta izin, ruang tunggu bahkan kursi ini milik umum dan siapa saja boleh menguasainya.
Baekhyun belum sadar dengan tamu asing di sebelahnya dan masih sibuk dengan ponsel. Entah melakukan apa, mungkin memperbaharui status weibo, twitter, Instagram atau apapun itu yang jelas bisa membuatnya sibuk dan mengalihkan rasa bosan.
Pria tadi menyandarkan punggung di sandaran kursi sebelum menatap punggung hangat Baekhyun. Ia tersenyum sebelum menyentuhnya cepat, sebuah tepukan lembut seolah memberitahu jika sekarang Baekhyun tak sendiri di kursi tunggu itu. Dan berhasil, dalam beberapa detik Baekhyun menatap arah pria itu dan sempat kaget melihatnya.
"Hai." Sapa pria itu ramah namun tidak bagi Baekhyun, ia lebih memilih menatap lagi ponselnya dan mengabaikan tatapan ramah pria itu untuknya.
Namun di antara sikap dingin Baekhyun, ia masih bisa melirik koper besar berwarna hitam yang pria itu bawa dan disana ada secarik kertas bertuliskan Park Chanyeol sebagai tanda pengenal. Jadi namanya Park Chanyeol.
"Mau liburan?" Pria itu, Chanyeol bertanya walau tahu Baekhyun tak bisa mendengar di karenakan earphone masih bertengger nyaman di telinga perempuan itu. "Nona." Chanyeol tanpa canggung menarik bahu Baekhyun agar kembali menatapnya, sontak membuat Baekhyun menatap mata pria itu tajam namun Chanyeol malah tersenyum manis mendapati tatapan tak bersahabat Baekhyun. "Mau liburan? Kemana?" Tanya Chanyeol.
Sebenarnya Baekhyun bisa mendengar suara pria itu karena volume musik dari earphone nya tak terlalu keras namun Baekhyun ingin mengabaikan pria itu makanya sejak tadi tak menanggapi apapun ucapan yang Chanyeol layangkan. "Bukan urusanmu." Akhirnya Baekhyun menjawab walau dengan nada ketus seraya menggoyangkan bahu kirinya, memberitahu Chanyeol agar pria itu menarik tangannya dari sana.
"Ups, maaf." Ujar pria itu setengah menggoda dan menjauhkan tangannya dari bahu hangat Baekhyun.
Baekhyun memutar bola mata malas dan kembali sibuk dengan ponsel, Baekhyun lebih senang menghabiskan waktu dengan ponsel namun semua kebahagiaan itu sirna saat pria ini datang, membuat perasaan Baekhyun kacau seketika.
Tak ada perbincangan hampir beberapa menit kedepan dan Chanyeol bosan, ingin melakukan sesuatu hal untuk menghilangkan rasa bosan seperti memainkan PSP yang ada di saku depan kopernya namun pria itu tak berselera. Entahlah, kini ia hanya ingin menatap punggung Baekhyun serta ingin mengajak perempuan itu berbincang tapi melihat gelagat Baekhyun niat Chanyeol tak akan begitu mudah terlaksana.
"Penerbanganku di tunda dua jam?" Ujarnya membuka suara lagi, bermaksud bercerita pada Baekhyun namun perempuan itu tak bereaksi. Chanyeol tersenyum lagi sebelum menarik bahu Baekhyun dan kali ini perempuan itu sukses bersandar pada kepala kursi.
"KAU!" Baekhyun melotot marah melihat sikap lancang Chanyeol dan bermaksud memakinya namun gagal saat pria itu malah bergerak dan melepaskan earphone dari telinga kanan Baekhyun lalu memakaikan sendiri di telinga kanannya tanpa meminta izin dari Baekhyun.
"Apa yang kau dengar?" Pria itu mengabaikan tatapan marah Baekhyun dan menyambar ponsel di tangan perempuan itu.
"YA!" Baekhyun sukses berteriak saat melihat ponselnya berpindah tangan.
"Lebih enak mendengarkan lagu ini." Pria itu berkomentar seraya sibuk menyentuh layar ponsel Baekhyun lalu beberapa detik kemudian suara musik dari earphone itu menghilang, tampaknya Chanyeol sengaja menghentikan suara musik dari ponsel Baekhyun. Mendapati kelakuan lancang pria di sampingnya Baekhyun mengepalkan tangan, ingin berteriak namun ia urungkan karena tahu akan percuma saja. Baekhyun lebih memilih melipat tangannya di dada seraya membuang tatapan kearah lain, asal jangan arah Chanyeol karena melihat wajahnya membuat emosi Baekhyun makin menggebu-gebu.
Chanyeol menatap kesamping seolah tengah mengintip Baekhyun dan semakin tersenyum melihat wajah masam perempuan itu.
"Kau marah?" Ia malah menanyakan pertanyaan yang jelas saja ia tahu jawabannya tanpa Baekhyun jawab. Sudah tahu itu namun Chanyeol belum ingin memberikan ponsel pada Baekhyun, malah mengenggamnya kuat dengan tangan kiri seolah ponsel itu adalah ponselnya. "Kau marah?" Sekali lagi Chanyeol bertanya namun kali ini tangannya dengan lancang mampir di pucuk kepala Baekhyun dan mengarahkannya agar wajah mereka bertatapan.
Mata mereka bertemu tatap dalam beberapa detik sebelum Baekhyun tersadar jika ini adalah hal yang salah. "Tsk!" Baekhyun menepis tangan itu dari kepalanya dan kembali bersikap dingin. "Kau seorang pencuri? Pembuat masalah? Atau pria tak tahu malu?" Ucapan ketus Baekhyun kembali terdengar membuat Chanyeol lagi-lagi tersenyum.
"Apapun. Kau bebas menganggapku apapun asal kau bahagia." Jawab Chanyeol.
"Tsk. Kembalikan ponselku." Baekhyun ingin merebut ponselnya dari tangan kiri Chanyeol namun gerakan pria itu lebih gesit, ia menyembunyikan ponsel Baekhyun tepat di punggungnya dan membuat Baekhyun kembali menggeram mendapati ulah pria itu.
Baekhyun benar-benar kesal. Ia hanya ingin sendiri namun pria ini mengacaukannya dan sekarang malah berbuat seenaknya begini. "Kembalikan. Ponselku. Sekarang." Baekhyun menekan setiap kata-katanya dan menatap tajam Chanyeol yang malah dibalas tatap oleh pria itu.
"Tak mau." Chanyeol setengah berbisik dan membuat Baekhyun mengepalkan tangan, sedetik kemudian kepalan tangan gadis itu mendarat di perut Chanyeol dan sukses membuatnya meringis tertahan. Tinjuan Baekhyun cukup keras dan Chanyeol tak menyangka jika perempuan itu berani meninjunya tepat di perut.
"Kembalikan. Aku ingin pindah kursi." Ujar Baekhyun seraya berdiri dan mengulurkan tangannya pada Chanyeol.
Chanyeol masih meringis seraya mengusap perutnya yang berdenyut sebelum menatap kearah Baekhyun. "Kau mau duduk di mana? Semua kursi tunggu penuh." Jawab Chanyeol dan seketika itu pula pandangan Baekhyun mengedar dan benar saja, semua kursi tunggu sudah dihuni oleh orang-orang yang terjebak bersamanya di sini.
"Tsk!" Baekhyun menggeram sebelum kembali duduk. Dengan angkuh ia menyandarkan punggung dan melipat tangannya seraya menatap ke depan.
Tak ada perbincangan setelah itu. Mereka sibuk dengan dunianya sendiri hingga Chanyeol merasa bosan lagi, tampaknya pria itu tak bisa membungkam mulutnya lebih dari beberapa detik. "Kau mau kemana? Jepang? Australia? Amerika atau Korea Utara?" Pria itu hampir tertawa kala menyebut nama Negara terakhir yang menjadi objek tebakannya.
"Sudah kubilang. Itu. Bukan. Urusanmu." Lagi-lagi Baekhyun menjawab dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.
"Oh ayolah jangan pelit." Chanyeol menabrakkan bahu kanannya ke bahu kiri Baekhyun beberapa kali dan sukses membuat perempuan itu kembali menggeram marah. "Aku ingin ke Jepang tapi penerbangan ditunda dua jam jadi jika kita mengadakan percakapan seperti sekarang mungkin semua rasa bosan akan menghilang." Ujarnya saat tak mendengar jawaban Baekhyun.
Baekhyun mendengus sebentar mendengar penjelasan itu, terlalu klasik menurut Baekhyun. Ia yakin Chanyeol hanya mencari cara agar mereka terlibat percakapan tak penting hingga dua jam kedepan. "London." Jawabnya singkat, mau tak mau Baekhyun memberitahu tujuan penerbangannya pada pria cerewet yang dengan lancang menganggunya sejak tadi.
"Jauh sekali." Komentar Chanyeol. "Apa tujuanmu kesana? Berlibur?" Tanya Chanyeol yang jelas tak akan diberitahu Baekhyun. "Jika aku ke Jepang dalam rangkan membujuk istriku."
Istri?
Dahi Baekhyun mengerut sekilas dan melirik kearah Chanyeol dengan hati-hati. Pria ini sudah menikah dan sekarang malah membuka kehidupan pribadinya pada Baekhyun? Yang benar saja.
"Aku tak tahu kenapa semua perempuan terlalu sensitif, hanya karena masalah kecil dia tega meninggalkanku sendiri. Kenapa perempuan begitu egois?" Tanya Chanyeol dan kembali menatap Baekhyun.
Baekhyun ingin marah saat mendengar pria itu mengatakan semua perempuan sensitif dan egois namun tak bisa ia mengamuk pada pria itu dan lebih memilih mengendikkan kedua bahunya, mana ia tahu jika perempuan memiliki sifat buruk begitu. "Tak semua." Jawab Baekhyun singkat.
"Ya~" Chanyeol menjawab lirih sebelum kembali menyandarkan punggungnya di kepala kursi. "Tak semua dan kenapa harus istriku yang masuk dalam daftar perempuan bersifat egois?" Tanya Chanyeol frustasi.
Baekhyun memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Chanyeol. "Jika tak tahan ceraikan saja dia."
"Lalu menikahimu?" Tanya Chanyeol dan sontak mendapat tatapan tajam dari Baekhyun. Chanyeol tertawa sebentar melihat ekspresi itu.
"Apa kau selalu begini? Menggoda perempuan yang kau anggap menyenangkan tanpa memikirkan perasaan istrimu?" Tanya Baekhyun. "Pantas dia begitu sensitif dan egois." Lanjutnya.
"Tidak juga." Chanyeol mengendikkan kedua bahu seraya mulai merebahkan kepala di bahu kiri Baekhyun, pria itu memejamkan mata untuk bersiap mendapat pukulan Baekhyun lagi karena sudah lancang menyandarkan kepala di bahunya, namun detik berlalu dan tepisan itu tak Chanyeol terima. Apakah ini pertanda jika Baekhyun mengizinkan Chanyeol berbuat sesukanya? Chanyeol tersenyum mendapati keadaan itu dan kembali menyambung ucapannya. "Aku memang terbiasa di kelilingi gadis cantik namun di antara ratusan bahkan ribuan gadis cantik itu hanya istriku yang paling bersinar." Jawab Chanyeol.
Baekhyun mencebikkan bibirnya sebentar mendengar kalimat Chanyeol. Pria ini sepertinya pemburu wanita dan bisa saja ia adalah seorang kasanova. 'Mengerikan.' Batin Baekhyun.
"Walau gadis semanis dan semenggoda kau datang, merangkak bahkan memohon padaku untuk kutiduri namun aku tak akan tergoda." Ujar Chanyeol.
"Apa?" Baekhyun sontak menatap ke samping dan mendapati pucuk kepala pria itu. "Sial kau! Siapa yang mau menggoda, merangkak bahkan menyerahkan diri pada pria brengsek sepertimu." Jawab Baekhyun ketus, berbicara dengan pria ini benar-benar membuat emosinya meningkat berkali-kali lipat.
Mendengar jawaban itu membuat Chanyeol terkekeh sebentar. "Hanya bercanda, kau jangan anggap serius nona." Jawabnya.
"Cih!" Baekhyun benar-benar kesal dan ingin sekali menendang pria itu hingga terpental ke luar bandara.
Tak ada perbincangan setalah itu, jeda sejenak sebelum Chanyeol menghela nafas berat. "Rindu sekali." Pria itu berbisik dan tentu saja Baekhyun mendengar karena jarak di antara mereka sangat dekat. "Aku sangat merindukannya. Hampir dua minggu terpisah dan aku ingin sekali menidurinya jika nanti kami bertemu. Tak peduli dimanapun itu, kereta, bus, toilet bahkan bandara. Jika kami bertemu aku akan segera menidurinya." Ujar Chanyeol dan terdengar terlalu vulgar di telinga Baekhyun, membuat perempuan itu hanya bisa menghela nafas berat, ingin menegur pria itu atas kalimat kasarnya namun Baekhyun tak bisa melakukannya karena tahu tak akan berhasil.
"Masih ada anak di bawah umur disini tuan." Hanya itu yang bisa Baekhyun ucapkan untuk menegur Chanyeol.
Chanyeol terkekeh sebentar dan tanpa peringatan sebelumnya mulai mengenggam tangan kiri Baekhyun dengan tangan kanannya, menyatukan sela-sela jari mereka dan mengenggamnya dengan kuat.
Sekali lagi Baekhyun tak menolak kelakuan itu, ia membiarkannya dan tak tahu karena alasan apa. Baekhyun saja bingung dengan sikap pasrah dirinya.
"Aku kesepian dan kedinginan setiap malam tanpa dia di ranjangku dan itu sangat menyiksa. Tak bisa jika lebih dari dua minggu jika begini, aku bisa hancur dan musnah seketika." Ujar Chanyeol.
Baekhyun kembali mencebikkan bibir. Pria ini begitu hebat bermain kata-kata yang sukses meluluhkan hati para perempuan. Pria ini benar-benar bahaya untuk para gadis dan beruntung Baekhyun tak jatuh dalam pesonanya.
"Katakan terus terang padanya." Jawab Baekhyun singkat, bisa dibilang saran untuk Chanyeol.
"Tak bisa. Dia saja menghindariku, makanya aku membuat rencana membujuknya ke Jepang." Jawab Chanyeol.
Baekhyun memutar bola matanya malas sekali lagi. "Apapun itu aku tak peduli." Komentarnya dan sekali lagi Chanyeol tersenyum.
"Kenapa kau pergi ke London? Berlibur atau menghindari seseorang?" Tanya Chanyeol.
Baekhyun diam sebentar lalu tak lama menjawab pertanyaan itu. "Berlibur."
"Kenapa jauh sekali? Lebih baik berlibur di Korea saja, Jeju mungkin. Lebih hemat pengeluaran dan Jeju tak kalah memukau dari tempat lain." Saran Chanyeol.
"Kau sudah terlalu cerewet dan aku muak." Baekhyun mencibir mendengar ucapan pria itu. "Yang ingin berlibur itu aku, dengan uangku dan aku memiliki hak untuk pergi ke manapun." Ujar Baekhyun.
"Oh. Baiklah, baiklah. Kau juga terlalu sensitif sepertinya." Komentar Chanyeol lagi.
Baekhyun tak menjawab, kehilangan tenaga dan kata-kata menghadapi pria satu ini.
"Lalu apa kau memiliki kisah cinta sepertiku?" Kembali pria itu membuka suara agar percakapan mereka tak putus begitu saja .
"Kau tak perlu tahu." Ketus Baekhyun.
Chanyeol tersenyum sekilas namun senyumannya kali ini tersirat kesedihan. "Aku menyukainya sejak masuk Sekolah Menengah Atas. Hampir tujuh tahun. Bukankah itu hebat?" Tanya Chanyeol.
Baekhyun terdiam mendengar pengakuan pria itu. Tujuh tahun? Itu bukan waktu yang sebentar.
"Awalnya dia menganggapku teman, saudara lebih tepatnya namun aku tak mau kalah. Gila saja cintaku harus berakhir dalam status saudara, siapa yang mau?" Ujar Chanyeol.
Mendengar ucapan satu ini entah kenapa membuat Baekhyun tersenyum. Ternyata masih ada orang yang tak mau dianggap saudara.
"Aku pria yang gigih. Terus mengejarnya hingga suatu malam, di tengah guyuran hujan ditemani sinar kilat terang yang menghiasi langit hitam serta suara guruh yang bersahutan di mana-mana aku menyatakan cinta. Awalnya dia kaget, tentu saja. Pria tampan sepertiku menyatakan cinta padanya dan itu adalah mimpi semua gadis."
Baekhyun memutar bola matanya malas lagi. Selain pembuat onar, perayu ulung dan kasanova ternyata pria ini memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi.
"Namun detik berikutnya dia menerima cintaku. Dan kau tahu? Kami berciuman panas di bawah guyuran hujan dalam durasi yang sangat lama. Kau tak akan menyangka jika ada ciuman selama dan sepanas itu." Bangga Chanyeol.
Baekhyun menggelengkan kepalanya saat mendengar sekali lagi ucapan vulgar dari Chanyeol. Apa pria satu ini menang tak punya otak dan rasa malu? Kenapa menceritakan secara blak-blakan kisah cinta panasnya pada Baekhyun?
"Lalu kami menikah sebulan yang lalu. Hubungan yang masih sangat amat panas dari sepasang pengantin baru. Kau tak akan menyangka jika ranjang kami selalu berantakan setiap paginya." Ujar Chanyeol kembali tersenyum, kali ini senyuman mesum yang berarti ia tengah memikirkan pergumulan bersama istrinya, atau yang lain? Entahlah.
"Tsk!" Baekhyun hanya bisa berdecak kesal. "Apa harus kau ceritakan semua kejadian dalam rumah tanggamu termasuk urusan ranjang padaku?" Tanya Baekhyun.
"Oh maaf. Aku tak kuasa menahannya." Jawab Chanyeol tanpa dosa.
"Tsk!" Baekhyun kembali menggeram frustasi.
"Tapi semuanya berakhir saat dia datang ke perusahaan. Dia salah paham saat aku dan sekertarisku berdua saja di dalam ruangan." Ujar Chanyeol sedih, entah kemana suara ceria yang menggebu-gebu miliknya sejak tadi. Baekhyun terdiam namun detik berikutnya mencoba merespon ucapan pria itu.
"Itu memang salahmu, kenapa kau berduaan saja bersama wanita lain yang jelas-jelas bukan istrimu." Kali ini Baekhyun bisa berkomentar panjang dan membuang nada ketusnya.
"Untuk apa lagi jika bukan karena pekerjaan. Sekertarisku membawa berkas dan masuk ke ruangan, namun saat ingin pergi tak sengaja ia hampir terjatuh, ternyata anemianya kambuh. Sebagai atasan yang baik aku menolongnya, memapahnya agar bisa berjalan dengan lancar namun istriku masuk dan terdiam di ambang pintu. Pikirannya melayang kemana-mana saat melihat aku yang masih memapah sekertarisku dan dia marah, mengamuk lalu lari dari rumah. Aku mencarinya kemana-mana dan mencoba menjelaskan namun tak bisa. Ia tak ada dimanapun, ponsel juga dimatikan. Semuanya hilang dan dua minggu ini aku hanya bisa menahan kerinduan padanya." Ujar Chanyeol seraya memejamkan mata dan makin mengenggam erat tangan Baekhyun.
"Aku tak menyalahkan istrimu dan memang kau yang harus dipersalahkan." Ujar Baekhyun lagi.
"Tapi harusnya dia mengerti. Aku bekerja untuknya dan walau aku di kelilingi banyak perempuan namun sampai detik ini aku masih memikirkannya, tak ada niat secuilpun untuk berselingkuh. Asal kau tahu saja…" Chanyeol menegakkan kepalanya dan mendekatkan wajahnya ke telinga kiri Baekhyun. "Aku masih perjaka saat merenggut keperawanannya di malam pertama kami."
Sontak Baekhyun membulatkan matanya dan menatap Chanyeol tak percaya namun detik selanjutnya tatapan mereka terkunci untuk beberapa saat. "Berhenti membahas hal yang harusnya tak kudengar." Baekhyun berujar hampir berbisik seraya mengalihkan tatapannya, entah kenapa perasaan aneh dan tak enak merasuk dalam jiwa perempuan itu.
Melihat tingkah Baekhyun membuat Chanyeol tersenyum dan kembali mengeratkan genggamannya. "Kau manis sekali. Aku jadi ingin memilikimu."
Baekhyun kembali membulatkan mata dan menatap Chanyeol tajam. "Kau… apa begini kelakuanmu pada semua gadis? Kuharap kau benar-benar bercerai dari istrimu dan…"
"Menikahimu? Aku setuju." Ujar Chanyeol seraya tersenyum saat berhasil memotong ucapan Baekhyun.
"Brengsek." Maki Baekhyun. "Harusnya istrimu tahu kelakuan kurang ajarmu. Harusnya ia tahu dan…" Baekhyun menghentikan kalimatnya saat melihat Chanyeol tanpa permisi mencium punggung tangannya yang masih dipenjara lelaki itu. Baekhyun kembali membulatkan mata saat kecupan itu beralih menjadi jilatan dan Chanyeol hampir mengulum ibu jarinya jika saja tak Baekhyun cegah.
"Brengsek!" Baekhyun melepaskan tangannya dari genggaman Chanyeol dengan sentakan kasar sebelum pria itu berhasil mengulum ibu jarinya dan sontak gadis itu berdiri dari duduk. Chanyeol tersenyum dan menatap perempuan itu dengan pandangan yang sulit Baekhyun artikan. Baekhyun mendengus kasar. "Kau benar-benar menjijikkan untuk ukuran seorang suami." Maki Baekhyun lagi sebelum melepaskan dengan paksa earphone yang menyumpal di telinga kirinya lalu tanpa pamit perempuan itu melangkan menuju toilet, berniat mengurung diri disana agar menjauh dari Chanyeol.
"Tsk!" Baekhyun menendang pintu toilet itu agar bisa masuk. Dengan sedikit emosi ia menghidupkan kran air di wastafel dengan masih memendam kekesalan. Baekhyun bernafas memburu saat melihat bayangan wajahnya di cermin besar itu. "Dasar pria kurang ajar." Maki Baekhyun lagi dan berniat membasuh tangannya di bawah guyuran air, Baekhyun berniat menghilangkan semua bekas kecupan pria itu di punggung tangannya. "Aish! Sentuhannya benar-benar membuatku muak." Baekhyun nyaris mencuci punggung tangannya namun segera menghentikan niatan itu. Entah karena apa Baekhyun terdiam sebentar sebelum mengenggam pinggiran wastafel keramik. Baekhyun menghela nafas sebentar sebelum beralih mencuci wajahnya yang tampak semakin kusut. Perempuan itu mengusap bibirnya dengan baju bagian bahu dan saat itupula parfum yang dikenakan Chanyeol tercium.
"Aish! Bahkan parfumnya tertinggal di pakaianku. Benar-benar pria brengsek kurang ajar." Geram Baekhyun seraya mengibaskan pakaian tepat di bahunya dengan tangan guna menghilangkan wangi memikat pria itu di pakaiannya. "Parfum apa yang ia kenakan? Kenapa tak mau hilang." Baekhyun ingin marah namun kembali menyerah saat tahu tindakannya sia-sia saja.
Tak ada ucapan lagi dari mulut Baekhyun dan perempuan itu menatap wajahnya dari pantulan cermin sebelum ia tersenyum mengejek. "Kau makin menyedihkan." Bisiknya sebelum kembali mencuci wajah, kali ini ia sedikit berlama-lama agar wajahnya kembali segar dan saat Baekhyun menatap lagi ke cermin alangkah terkejutnya perempuan itu kala melihat sosok Chanyeol sudah berdiri di belakangnya.
"Omo!" Baekhyun sontak membalikkan tubuh dan menatap antisipasi pria yang kini tersenyum manis itu tepat kepadanya. "Apa yang kau lakukan? Ini… ini bukan tempat yang seharusnya kau… YA!" Baekhyun berteriak saat Chanyeol menariknya menuju salah satu bilik kamar mandi dan dengan cepat mengunci pintu.
"Kau…"
"Ssttt." Chanyeol segera meletakkan telunjuk kanannya tepat di bibir Baekhyun dan sukses membuat perempuan itu terdiam, namun detik berikutnya Baekhyun segera menepis kasar tangan Chanyeol.
Chanyeol tersenyum melihat ulah perempuan itu. "Jangan berisik jika tak mau diketahui yang lain." Bisik pria itu lagi seraya maju selangkah.
"A-apa?" Baekhyun tergagap dan kala mengetahui Chanyeol bergerak mendekat segera saja Baekhyun mundur guna menghindari pria itu.
"Aku berusaha bersikap baik padamu namun kau malah membuatku kehilangan kendali."
Baekhyun membulatkan mata. "Apa maksudmu?" Tanya perempuan itu hampir membentak.
"Ssttt. Tenang sayang." Chanyeol kembali melangkah dan hal itu sukses membuat Baekhyun terduduk di atas kloset tepat di belakangnya. Perempuan itu terdiam saat Chanyeol terus mendekat, lalu beberapa detik kemudian sedikit membungkuk untuk menyejajarkan wajah mereka. "Kau semakin manis jika tengah panik begini." Bisik Chanyeol seraya menyusuri setiap inci wajah Baekhyun dengan pandangannya.
"Kurang ajar." Bisik Baekhyun yang tentu saja Chanyeol mendengarnya. "Kau sakit! Gila! Tak normal!" Pandangan Baekhyun berubah tajam dan itu tepat menusuk ke mata Chanyeol.
"Ya." Chanyeol mengangguk. "Aku semakin gila mendapati tingkahmu."
"Aku tak tahu kau memiliki niat apa tapi sungguh jangan kau libatkan aku dalam pertengkaran rumah tanggamu dan…" Mata Baekhyun membulat saat tahu-tahu Chanyeol menempelkan bibir mereka.
To Be Continued
