Luhan menggeliat di tempat tidur, tangan kanannya meraba-raba tampat tidur mencari ponselnya yang berderingkan nada alarm nyaring yang sudah ia setel sejak semalam. Luhan memang 'lemah' dengan bangun pagi, jika tidak menyetel alarm di ponsel bisa di pastikan oemma nya akan mengamuk membangunkannya.
Hooaam...Luhan menggosok-gosok kedua mata dengan kepalan tangan. Namja cantik itu masih memilih berguling-guling kiri kanan, ketimbang bangkit dan melangkah menuju kamar mandi.
"Yak! Kim Luhan! Kenapa masih tidur-tiduran?" omel seorang namja cantik yang tiba-tiba masuk.
"Malas oemma..." lirih Luhan manja sambil merentangkan kedua tangannya pada namja cantik itu.
Si namja cantik yang di panggil Luhan 'oemma' hanya mendengus sebal walau nyatanya ia tetap duduk disamping Luhan dan membiarkan bocah itu memeluk pinggangnya.
"Oemma bosan setiap pagi kau selalu mengatakan itu, Lu." lirih oemma cantik Luhan. Namja itu membelai lembut puncak kepala sang anak, mengerti sepenuhnya apa yang dimaksud anaknya.
Luhan menolehkan kepalanya dan menatap mata bulat oemma nya yang menurun padanya. Ia tersenyum pada namja yang sudah melahirkannya itu.
"Lulu bercanda, oemma!" ujar Luhan ceria. Namja cantik itu mengusap wajah anaknya.
"Aku akan berusaha keras belajar, lalu menjadi Juara Umum di sekolah dan Oemma bisa melihatku di atas podium seperti tahun kemarin!" semangat Luhan. Senyum nya menular pada sang oemma, membuat ia di hadiahi ciuman di dahinya.
"Ok! Sekarang mandi dan siap-siap ke sekolah! Oemma akan mengantarmu." ucap sang oemma yang membuat Luhan membulatkan matanya.
"Benarkah?"
Namja cantik itu tersenyum sambil mengangguk, membuat Luhan melompat senang dan memeluk sang oemma.
~Hurt~
Luhan tersenyum cerah selama perjalanannya melangkah menuju ruang kelasnya. Namja cantik itu masih mengingat janji oemma nya di bis tadi kalau akhir pekan ini mereka akan pergi berlibur. Luhan luar biasa senang di buatnya.
Memiliki ibu yang bekerja sebagai koki sebuah restoran, membuat Luhan jarang memiliki waktu dengan ibunya. Dari setiap hari Jaejoong bekerja, dan semakin padat saat di akhir pekan. Bisa dipastikan ibu cantiknya itu pulang larut malam.
"Hei lihat! Si omega haram itu sudah datang!"
"Aku lihat ia di antar namja dewasa tadi!"
"Oh ya? Kekasihnya kah?"
"Hei mana ada yang mau dengan seorang omega! Itu pastu ibunya!"
"Ohh benarkah! Seorang namja itu ibunya?"
"Bukan namja! Omega itu sama seperti cacing, kau tahu? Berkelamin ganda!"
"Hahahahahaha"
Luhan menebalkan telinganya begitu mendengar bisikan-bisikan menyebalkan itu. Ia makin menundukan kepalanya dan mempercepat langkah kakinya menuju kelas. Sebelum mereka makin para menghina status omeganya.
Ya... Luhan adalah seorang Omega seperti ibunya. Kasta terendah yang hanya sedikit orang yang dengan sialnya mendapatkan takdir ini. Termasuk Luhan. Omega yang selalu di pandang sebelah mata, omega yang selalu dianggap aneh dan orang-orang yang suka menghina kaum omega.
Luhan sudah bosan mendengarnya. Teman-temannya bahkan banyak yang menghina bahwa Luhan anak omega haram, karena Luhan tidak pernah tahu siapa ayahnya. Siapa yang menjadi mate sang ibu. Ini sudah menjadi rahasia umum, bahwa Kim Jaejoong mengandung dan melahirkan seorang diri tanpa di temani seorang mate.
Luhan bukan nya tidak ingin bertanya, ia hanya tak ingin melihat air mata ibunya jatuh hanya karena ia bertanya tentang keberadaan ayahnya. Jadi ia memilih diam, dan tidak menanggapi perkataan orang-orang tentang statusnya.
BRAK...!
Luhan terkejut begitu ia masuk kelas meja dan kursinya yang berada di posisi depan ditendang hingga terjungkal. Teman-teman sekelasnya bukannya menolong malah ikut menertawakan Luhan.
Luhan berlari kecil dan kembali menegakan meja dan kursinya tanpa memandang pada si pelaku.
BRAAK...!
Sekali lagi bangku Luhan terhempas jatuh karna tendangan. Mata Luhan berair karena sedih, namun ia tetap kembali meraih bangkunya. Tidak ada yang mau menolongnya, atau sekedar memandang iba padanya. Dan semua bertambah parah ketika si 'ketua genk' ikut-ikutan membuli nya.
BRAAK...!!!
"APA MAU MU OH SEHUN!!"
Semua orang terdiam sejenak mendengar bentakan yang keluar dari mulut Luhan. Namun hanya sebentar..
"Dia gila! Membentak seorang Oh Sehun?"
"Cari mati, heh!"
Luhan sudah tidak peduli, nafasnya tersengal menahan emosi sedari tadi. Setiap hari namja tampan itu melakukan hal seperti ini padanya, dngan alasan 'karena kau seorang omega!'.
"Hentikan! Aku bingung pada kalian! Aku salah apa?" lirih Luhan menundukan kepala nya. Nyalinya tadi menciut menyadari kalau tak akan ada yang mendukungnya.
Namja tampan pelaku penendangan bangku Luhan itu maju, mendekatkan tubuhnya pada namja mungil di hadapannya. Luhan sampai gugup dan memilih mundur selangkah, walau nyatanya Sehun tetap memepetnya.
"Kau mau tahu?" tanya Sehun dengan seringai di wajahnya. Jantung Luhan entah kenapa berdetak lebih kencang hanya mendengar suara serak namja tampan itu.
Greep...
Ukh..
Luhan meringis pedih saat rambut di jambak begitu saja oleh Sehun.
"Kau Omega busuk yang penuh dengan ketidak jelasan! Kau dan kaum mu adalah kesalahan!" ujar Sehun sinis dan tajam.
Di hempaskan kepala luhan ke udara, membuat namja mungil itu terhuyung kebelakang. Setengah mati Luhan menahan isak tangis nya.
"Ok! Apa ada di antara kalian yang mendengar bel berbunyi? Kenapa kepas masih berantakan begini!!" omel Mr. Lee, guru matematika yang mengajar pagi itu.
Semua orang bubar dan memasang wajah seakan tidak terjadi apa-apa. Hal itu membuat Luhan gemetar menahan amarah.
"Kau baik-baik saja, Xi Luhan?" tanya Mr. Lee pada murid terpintar di kelasnya.
Luhan hanya menunduk dan menggeleng, lalu kembali membereskan meja dan bangku miliknya yang masih berceceran.
Luhan menghela nafas dan memejamkan matanya sejenak. Ia harus menyingkirkan rasa 'muak' pada sekolah dengan membayangkan wajah cantik ibunya. Membayangkan wajah Jaejoong yang tersenyum saat melihat Luhan mendapatkan juara umum sekolah. Dan itu cukup untuk mengembalikan mood luhan. Walaupun ia sadari, tatapan menusuk dari satu orang yang tertuju padanya. Tatapan tajam dari seorang Oh Sehun.
~Hurt~
Kim Jaejoong menghela nafas panjang sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa ruang karyawan yang disediakan restoran tempat ia bekerja. Sedikit meringis perih namja cantik bak boneka hidup itu menyentuh luka pisau yang baru saja ia dapat kan ketika membuat pesanan terakhir malam ini. Luka itu cukup dalam hingga mengotori lilitan kain putih di telapak tangannya dengan darah.
"Kau terluka Jae?" sapa Hyun Joong, teman sekaligus pemilik restoran tempat Jaejoong bekerja.
Laki-laki tampan itu terlihat cemas setelah mendapat laporan dari salah satu staff dapur kalau koki mereka hampir mengiris putus jarinya.
"Aku baik-baik saja, Hyunie!" ujarnya lembut.
"Benarkah? Mereka mengatakan kau hampir memutuskan jari mu." beritahu namja tampan itu.
"Hanya luka biasa!" rutuk Jaejoong sebal. Hyun Joong terkekeh melihatnya, Jaejoong benar-benar tidak sadar umur jika cemberut seperti ini.
"Ayo kita obati, jae!" ajak Hyun Joong refleks menyentuh telapak tangan si cantik. Jaejoong terkejut dan malah menarik tangannya.
"Ma..maaf bos!" ujar Jaejoong lirih.
Hyun Joong terdiam sejenak, lupa dengan kebiasaan Jaejoong yang tak mau di pegang tangan kanannya. Jaejoong menunduk, merasa brsalah.
"Hei Joongie... Luka kamu harus di obati, kalau tidak nanti akan infeksi!" jelas Hyun Joong lembut.
Jaejoong perlahan mengangkat wajahnya, menatap bos nya dengan pandangan bersalah.
"Aku akan mengobati ini di rumah, Hyunie!" ujar namja cantik itu sekali lagi.
Hyun Joong diam-diam iba melihat Jaejoong yang menyembunyikan tangan kanannya dengan lilitan perban putih sepanjang telapak hingga punggung tangan kanannya, dan hanya menyisakan jari nya saja agar tidak menyulitkan kegiatannya sebagai koki. Jaejoong tidak mau orang-orang tau tanda di punggung telapak tangannya. Tanda yang menunjukan sosok takdir mate nya. Ia sudah bersumpah pada dirinya sendiri tidak akan memberi tahu siapa takdirnya, sekalipun itu Luhan.
"Ok, Baiklah! Tapi kau harus berjanji untuk jari mu agar baik-baik saja ok!" kata Hyun Joong mengalah.
Jaejoong tersenyum sedikit canggung, sadar kalau sikap nya tadi mungkin menyinggu bos sekaligus sahabat baiknya.
~Hurt~
Surga satu-satunya bagi Luhan adalah ibunya. Seluruh waktunya dengan Jaejoong adalah surganya. Namun begitu ia melangkah keluar dari pintu rumah tanpa namja cantik itu, semua berubah menjadi neraka.
Tak pernah ia betah sedikit pun berada di luar rumah. Apalagi disekolah! Jika bukan karena ingin melihat ibunya tersenyum karena prestasinya, Luhan tidak akan mau datang ke sekolah.
Hal itu karena seseorang! Alpha menyebalkan yang setiap ucapan dan perbuatannya akan diikuti oleh semua siswa dan siswi sekelas. Karena ia satu-satunya alpha diantara para beta dikelas itu. Dan sialnya Luhan menjadi satu-satunya Omega.
Oh Sehun! Alpha paling menyebalkan dan paling membingungkan bagi Luhan. Menyebalkan karena setiap hari ia selalu menggangu Luhan, dan membingungkan karena sikapnya yang aneh.
flasback
Luhan menatap nanar pada meja dan bangkunya yang sekarang penuh dengan sampah. Ia baru datang dan sudah disuguhi dengan kejahilan yang sudah ia alami sejak seminggu belajar disekolah ini.
"Iihh... bau!"
"Hei Omega jelek! Bersihkan sampah itu cepat! Kelas ini jadi bahu seperti dirimu!" bentak Irene, seorang gadis beta berparas cantik di kelas Luhan.
"Tapi... ini perbuatan siapa? Kenapa sampai ada sampah di tempatku?" tanya Luhan entah pada siapa. Semua anak-anak dikelas saling melempar pandangan sinis sambil tertawa menyebalkan.
"Tidak penting siapa yang melakukannya! Kau cukup membersihkan sampah itu! Kau punya telinga tidak sih!" omel Wendy sambil sok-sok mengapit hidungnya.
Luhan menunduk pasrah. Namja cantik itu terpaksa mengambil sapu dan sekop serta tong sampah plastik di depan kelas. Ini bermula sejak Oh Sehun -si Alpha menyebalkan- itu menyiram kepala Luhan dengan minuman di hari pertama mereka bertemu.
"Hentikan!" ujar seseorang.
Semua orang menoleh pada Oh Sehun yang baru memasuki kelas. Luhan diam dan tetap melanjutkan tugasnya, membersihkan mejanya dari sampah. Melihat Luhan mendiaminya dan tetap membersihkan kekacauan itu, entah kenapa membust sehun berbuat hal yang tak terduga.
BRAAK..!!
Meja belajar Luhan terpelanting hingga terjungkal, hampir mengenai kaki Luhan. Luhan terkejut bukan main, ingin ia memaki Oh Sehun saat ini, namun begitu melihat mata sehun yang berkilat marah membuat Luhan diam menundukan kepala. Dalam hati ia merutuki jiwa omeganya yang tidak pernah bisa melawan seorang alpha.
Sehun merampas sapu dan sekop sampah dari tangan Luhan dan melempar benda itu kepada Irene dan Wendy yang terpekik kaget. Bukan hanya keduanya, tapi semua anak dikelas. Bahkan anak-anak dari kelas lain juga ikut melongokan kepala mereka melihat ke kelas Luhan.
"Bersihkan kembali meja dan bangkunya!" perintah Sehun dingin. Irene dan Wendy terkejut mendengar titah sang alpha. Apa maksudnya Sehun? Bukankah ia sendiri yang sering membully Luhan?
"Tunggu apa? Kalian mau ikut ku tendang ke tong sampah juga, haa?" bentak Sehun kasar. Irene dan Wendy menelan ludah dan dengan enggan akhirnya mengambil alih tugas Luhan membersihkan meja namja mungil itu.
Luhan sendiri terperangah melihat apa yang terjadi dihadapannya. Oh Sehun yang membully nya setiap hati, sekarang malah membelanya saat anak kelas lain ikut membully nya. Ada apa dengan namja dingin ini? pikir Luhan.
"Aakhh..." rintih Luhan tiba-tiba saat tangan Sehun tau-tau sudah menjambak rambutnya. Rasanya sungguh sakit hingga membuat air mata Luhan ingin keluar.
"Dengar kalian semua! Hanya AKU yang BOLEH memperlakukan omega SIALAN ini semauku! Aku TIDAK MENGIZINKAN kalian untuk ikut-ikut menindasnya! KALIAN MENGERTI!"
end flashback
Luhan sama sekali tidak mengerti Sehun. Memang semenjak itu, tidak ada lagi anak yang menindasnya secara fisik, kecuali Oh Sehun. Hanya bisik menyebalkan yang Luhan terima setiap hari. Namun itu sudah cukup menjadi 'neraka' versi Luhan.
~Hurt~
"Lulu pulang Oemma!!" seru Luhan begitu namja imut itu memasuki rumah kecil tempat ia dan ibunya tinggal.
"Jangan berteriak, Lu!" tegur Jaejoong pada putra cantiknya. Namja itu sendiri sedang duduk di sofa sederhana sambil menggulung tepalak tangannya dengan perban putih baru. Luhan langsung menghampiri Jaejoong.
"Oemma kenapa? Oemma terluka?" tanya Luhan panik. Ia duduk disamping Jaejoong dan menyentuh plaster Luka di jari ibunya. Plaster itu terlihat lebar menandakan bahwa luka jaejoong cukup serius.
"Oemma baik-baik saja, sayang!" elak Jaejoong menampilkan senyum malaikat miliknya.
"Oemma memotong jari oemma?" tebal Luhan curiga.
"Oemaa tidak sengaja, ok! Kenapa kau sama dengan Hyunie, mengira aku mengiris jariku sendiri dengan sengaja?" kesal Jaejoong hingga tak sadar ia cemberut. Luhan terkekeh geli melihat sang ibu. Lihat lah! Jika jaejoong berekspresi begini membuat orang-orang memandang ia sebagai kakak Luhan dari pada ibu kandungnya.
"Oemma jangan cemberut begitu! Sadar umur!" canda Luhan sambil bangkit dari sofa dan langsung kabur.
"YAK!! Kau mau bilang oemma sudah tua haa!!" omel Jaejoong kesal.
Luhan masuk kedalam kamarnya sambil tertawa kecil. Lucu sekali menggoda Jaejoong yang daru dulu memang menolak di sebuat 'tua'. Tapi memang sih, ibunya itu tidak terlihat menua sedikit pun. Padahal tahun ini Jaejoong sudah menginjak usia 35 tahun. Namun lihat lah wajah namja cantik itu, masih begitu muda seperti belasan tahun. Tak hayal masih banyak namja beta di luar sana mau meminang ibunya. Tapi Jaejoong tak pernah menanggapi, ia tidak pernah memutuskan ikatan mate nya, walau sang alpha entah dimana.
Menyadari itu membuat Luhan muak. Siapapun alpha yang menjadi mate ibunya, Luhan sudah memutuskan tidak akan menganggapnya ayah. Luhan benci dengan kenyataan bahwa orang itu bahkan tidak pernah mengunjungi ia dan ibunya. Dan Luhan yakin, cukup ia seorang diri saja untuk menjaga Jaejoong. Ia tak butuh orang lain.
Tbc
Anyyeeong yeorobeun...!!
Rin bawa ff gaje egen nih,
lagu tergila-gila sama omegaverse soalnya, gara2 baca manga yg judulnya Tadaima, Okaeri!,
Dan dapat inspirasi pengen bikin cerita tentang omegaverse juga..
heheh
gimana menurut readers?
Plis reviemnya, kay...?
Mmmmuuaaahh...!!!
