"Be Mine"

.

... ~o0o~...

.

Disclaimer© Masashi Kishimoto

This story is belongs to me

.

... ~o0o~...

.

.

Terlahir di keluarga yang serba kecukupan membuat putra kedua Fugaku Uchiha, Sasuke, hidup dengan sifat bossy miliknya hampir selama 24 tahun sejak ia dilahirkan. Menyumpah serapah adalah kebiasaannya, tak terkecuali itu kepada ayahnya sendiri. Terlalu dimanja membuatnya suka berbuat seenak jidat. Bahkan, beberapa hari yang lalu, ia dengan sengaja menabrak seorang gadis malang yang tak tahu apa-apa hendak menyebrang di lampu merah. Semua sudah tahu, merah artinya berhenti. Tapi Sasuke yang sedang dalam amarah tak mampu membendung emosinya saat melihat seorang gadis. Gadis yang kembali mengingatkannya dengan wanita yang sepersekon lalu telah memutusinya didepan teman temannya yang membuat Sasuke malu. Seumur-umur dia tak pernah dipermalukan oleh siapapun, tapi Karin—sang mantan—dengan mudahnya mempermalukannya dengan sekali sentak. Sasuke yang buta akan cinta, hanya bisa terdiam dan pergi dengan perasaan yang berkecamuk gila di dalam dada. Tanpa pikir panjang Sasuke dengan sengaja menginjak gas mobil dan—

Brak!

Teriakan seorang ibu yang tengah menggendong anaknya sembari menenteng belanjaan terdengar nyaring dari seberang jalan. Seorang pria paruh baya menghampiri gadis yang beberapa detik lalu terbentur oleh body mobil yang begitu keras. Tak membutuhkan waktu lama untuk menarik perhatian para pejalan, mereka berbondong-bondong hendak menolong gadis malang itu. Semuanya tampak sibuk hingga akhirnya kaca mobil Sasuke diketuk cukup kencang dan membuat pemuda itu menggeretakkan giginya ngilu. Dengan kasar ia membuka jendela mobil.

"Apa-apaan—"

"KAU SUDAH GILA, HAH?!" dengan kasar pemuda bersurai jabrik yang tak dikenali itu menarik kerah baju milik Sasuke hingga sang empunya terpaksa membuka pintu mobil. Kejadian itu sontak mengambil seluruh atensi orang yang lewat.

"Apa yang kau lakukan di dalam, brengsek! Apakah matamu telah buta, hah?! Gadis yang telah kau tabrak terbujur kaku dan kau dengan santainya duduk diam?! Kau pikir ini drama siang hari, hah?!"

Semuanya terdiam. Sasuke mati-matian menahan emosinya. Kurang sial apalagi dia hari ini, diputusi pacar, dan sekarang harus berurusan dengan pemuda jabrik yang bersuara cempreng. Like hell, rasanya pingin sekali Sasuke menumbuk rahang pemuda itu hingga tersungkur, tapi itu tak mungkin. Sasuke memang brutal, tapi tak cukup brutal saat menatap tubuh ringkih gadis yang baru saja ditabraknya. Genggaman keras di kerahnya lepas sekali hentak. Kemudian Ia berjalan tergesa-gesa dan menyerobot melewati beberapa pejalan yang menutupi jalannya. Dalam hitungan detik gadis itu sudah berada dalam gendongannya dan Sasuke membawanya masuk ke dalam mobil. Menidurkannya di bangku belakang dan langsung tancap gas tanpa memperdulikan teriakan penuh cacian, makian, bahkan kutukan untuk dirinya. Dia suka menyerapah, dan itu membuatnya terbiasa secara tak langsung.

Sementara itu, lelaki bersurai jabrik yang hanya bisa memandang geram mobil Sasuke yang kian menjauh, memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan mengeluarkan benda berbentuk segi empat. Tanpa melihat ia menempelkan alat itu di telinga, "Aku ingin kau menangkap Sasuke. Habisi dia. Aku tak mau tahu, besok siang aku harus mendapat kabar si Uchiha brengsek itu terbujur kaku tanpa nyawa."

.

.

... ~o0o~...

.

.

"Dimana Itachi-nii?" tanya Sasuke tiba-tiba yang membuat dokter muda di depannya sedikit kaget.

Dokter itu mengerutkan kening, "Siapa itu, Sasuke?"

"Tsk, cepat beritahu aku dimana Itachi-nii—"

"Kenapa—astaga, aku tak habis pikir, Sasuke," Itachi yang entah sejak kapan berdiri disampingnya menggeleng pasrah saat melihat gadis yang tengah di gendong adik semata wayangnya itu. "Cepat bawa dia ke ruangan ku, aku akan memeriksanya," ucapnya tanpa menoleh ke arah Sasuke dan berjalan mendahului.

Sasuke mengikuti Itachi dari belakang. Samar. Jarak keduanya membuat Itachi cukup jelas untuk mendengar gerutu kekanakan yang keluar dari mulut Sasuke.

"Aku tidak tahu apa yang akan tou-san lakukan jika Ia tahu kau melakukan ini, Sasuke."

Sasuke hanya diam.

"Cepat baringkan dia dan duduk disana sampai aku selesai memeriksanya," Itachi menunjuk sebuah tempat tidur dan sofa secara bergantian yang ada dalam ruang kerjanya. Sasuke menuruti perkataannya kakaknya dan duduk sambil melihat layar ponsel dengan tatapan bosan.

Itachi tahu betul tabiat adiknya. Jika Sasuke memang melakukan kesalahan, maka apapun yang dikatakan orang dia tak peduli. Tapi, jangan sesekali memfitnahnya. Bahkan ayahnya sekalipun tak dapat menghentikannya.

"Sekarang, ceritakan padaku, bagaimana gadis ini bisa jatuh dalam pelukanmu dalam keadaan mengenaskan," Itachi membuang nafas geli setelah menyadari kata-katanya barusan.

Sasuke mangalihkan pandangannya dari ponsel keluaran terbaru miliknya. Menatap obsidian Itachi yang sudah menatapnya duluan sedari tadi. Itachi dapat melihat kesedihan, amarah bercampur aduk.

"Aku putus."

Dua kata yang sukses membuat Itachi bingung; dan anehnya ia merasa mengerti apa yang barusan terjadi.

"Dia mengingatkanku pada si wanita jalang itu, dan aku tanpa sengaja menabraknya."

"'tanpa sengaja', huh?" Itachi mendengus geli, kemudian menatap wajah gadis yang begitu damai. "Demi Tuhan, Sasuke. Aku bahkan tak melihat setitik kecil pun dari raut wajahnya yang memungkinkan kau mengingat Karin. Tak ada yang mirip disini. Tapi kenapa kau melakukannya?"

Sasuke meremas surai kelamnya frustasi. Menghentakkan punggungnya ke sandaran sofa yang empuk. "Dia mempermalukanku di depan semua orang, si jalang itu tak tahu malu, dia bahkan tak peduli apa yang akan aku lakukan kedepannya," Sasuke menghela nafas kasar kemudian tersenyum miring. "Atau, apa perlu ku bunuh saja dia?" tatapannya seolah berusaha menembus gadis malang itu.

Itachi mengikuti arah mata Sasuke, "Siapa—astaga, Sasuke, sudah kubilang dia bahkan tidak mirip dengan—"

"Tsk! Maksudku si Karin, bodoh! Kenapa malah dia sih?!" dahinya berkerut menahan emosi.

"Kau berbicara sambil menatapnya, baka!" Itachi memajukan tubuhnya dan menjitak pelan kepala Sasuke. Pemuda itu meringis. "Jangan mengataiku bodoh kalau kau bahkan lebih buruk dari itu," Ucap Itachi kemudian berdiri menuju meja kerjanya. Baru tersadar bahwa gadis yang kini sedang dalam penanganannya tidak diketahui identitasnya sedikitpun. Tangannya meraih sebuah tas usang yang dibawa bersama gadis itu, mengucapkan permisi—meskipun ia tahu sang empunya takkan menyahut—kemudian mencari sebuah ponsel. Ketemu, batinnya. Ponsel berwarna lavender itu membuat Itachi tersenyum hangat, mengingat betapa ponsel itu begitu menggambarkan kepribadian si pemilik yang berparas cantik nan lembut.

Sasuke yang menatap kakak sulungnya tersenyum-senyum bergidik ngeri. "Mau sampai kapan kau memasang wajah mengerikan itu? Kurasa gadis itu sudah mati duluan sebelum kau menghubungi keluarganya."

Itachi tertawa ringan setelah kesadarannya kembali. "Sasuke, tolong kau bicara pada ayahnya, ini," Itachi menyodorkan ponsel itu yang menunjukkan layar bertuliskan "tou-san".

Sasuke membelalakkan matanya tak setuju. "Kenapa harus aku?! Kau saja yang menelfon mereka, aku tak sudi—"

"Ya Tuhan, demi apapun tou-san akan sangat marah mendengar ini Sasuke. Setelah mendengar bahwa kau ugal-ugalan di jalanan dan menabrak anak gadis orang; kau pikir tou-san akan diam saja?"

Melihat wajah Sasuke yang kesal membuat Itachi tertawa dalam hati. Betapa lucunya wajah Sasuke sekarang. "Kemarikan," Sasuke merebut ponsel tak bersalah itu dengan kasar. Matanya tertuju pada obsidian kelam sang kakak yang mirip sekali dengan miliknya. Setelah terdengar ucapan "moshi-moshi", tanpa pikir panjang Sasuke menyahutnya. "Selamat siang, err, anakmu sedang dirumah sakit saat ini, dan pihak rumah sakit meminta keluarga korban untuk datang."

"..."

"Err, masalah itu dokter yang bersangkutan yang akan menjelaskannya saat Anda sampai disini," senyum miring terpampang nyata di wajah tampan Sasuke saat melihat wajah whut-the-fuck milik Itachi.

"..."

"Baiklah, jii-san."

Itachi hanya memasang poker face andalannya sembari mendengarkan Sasuke memberi alamat rumah sakit. Dan tepat saat Sasuke menyelesaikan telfonnya, saat itu juga Itachi mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang sayangnya tidak di gubris sedikitpun oleh Sasuke. Membuat wajah Itachi menatap tak percaya sambil memikirkan jawaban apa yang akan diberikannya jika orang tua gadis itu—

"Siapa namanya, Sasuke?"

"Hinata." jawab Sasuke datar.

argh, apapun yang akan dikatakannya, dia berharap masalah ini tidak berlanjut ke meja hijau.

.

.

TBC~

.

.

Hallows~ ugh, jujur aja aku gatau harus bilang apa:')) sejujurnya ini bukan fanfict pertamaku, tapi karna kesibukan di rl membuat saya lupa dengan cerita sebelumnya, bahkan dengan akun sebelumnya XD /plak /dilempar kejurang

Wokehdehdehdeh, author ga pandai basa basi /plakplakplak

Smoga kalian suka dengan cerita yang ngawur ini :'v maklumi saja, authornya juga miring XD *dilempar kejurang(2)* *loh*

Mind to RnR? 'Cos ur review is my inner power /cium manjaaaahhh:*