Sleeping beauty

.

.

YunJae

And Other

By : Kim anna shinotsuke

Male x Male

Banyak membaca, banyak menonton bahkan hanya melihat dan mendengar bisa menjadi sumber inspirasi tak terbatas jadi jika ada kemiripan tidak perlu berspekulasi terlebih menyudutkan.

Don't like don't read!

.

.

Summary :

Ini bukan dongeng tentang puteri tidur yang akan terbebas dari kutukkan saat mendapatkan ciuman pertama dari sang pangeran. Namun setidaknya cerita ini memiliki kesamaan yakni tentang cinta sejati.

.

.

Part 1 to 3

.

.

Pria berparas menawan bersurai hitam pekat panjang diatas bahu yang kini menatap kagum bangunan bergaya eropa di depannya. Sangat megah dan mewah, hanya dengan melihatnya saja ia tau jika Nyonya Anna sangat kaya wanita berusia 45 tahun yang kemarin menawarkan perkerjaan padanya.

Pria manis itu sendiri bahkan tidak tau jenis perkerjaan apa yang akan di jalaninya. Nyonya Anna hanya mengatakan jika merupakan sebuah perkerjaan yang akan menghasilkan banyak uang tanpa perlu menguras tenaga apalagi keringat. Masih segar dalam ingatannya bagaimana Nyonya kaya itu menatapnya intens dan terus mengikutinya hingga diriya berada di dalam kedai kecil berjarak 25 kilo dari kampusnya.

.

.

"Maaf, bisa minta waktumu barang berapa menit saja."

Sejenak mata bulat indah itu mengerjab berapa kali saat mendapati wanita asing dengan pakaian elegant sudah berdiri di sebrang mejanya. Saat dirinya tengah menyantap semangkuk nasi dengan lauk belut bakar, dengan tatapan masih bingung pria manis itu mengiyakan.

"Anda siapa? Apa kita saling mengenal?"

"Tidak, tapi aku mengenalmu."

"Benarkah?.." Pria manis itu merasa tertarik dengan apa yang di ucapkan wanita yang duduk di depannya, membuat pria manis itu menghentikan akitiftas makannya.

"Namamu Kim Jaejoong, mahasiswa seni Universitas Shinki semester empat. Aku tau semuanya tentangmu dan ini."

Pria manis yang di identifikasi bernama Kim Jaejoong itu menatap selembar kartu nama yang berapa detik lalu disodorkan di depannya. Kartu berwarna silver dengan nama Anna Gyum ah.

"Aku tau kau mempunyai sedikit masalah ekonomi dan aku menawarkan perkerjaan yang bagus. Tapi aku tidak akan membahasnya di sini jika kau tertarik datanglah ke kediamanku."

"Siapa anda? Apa anda seorang penguntit hingga mengetahui kehidupannku padahal kita tidak saling mengenal? Atau..." bulatan kelereng hitam itu memicing tajam, terlihat jelas jika pria manis itu tidak menyukai sosok wanita asing yang sepertinya tau banyak akan hidupnya. Bahkan dirinya tidak mengenalnya.

Memang benar adanya dirinya memiliki kesulitan ekonomi, hidup sebatang kara sebagai yatim piatu yang tinggal di panti asuhan hingga berusia 16 tahun dan kemudian dirinya harus berjuang sendiri mengadu nasib di kota Busan yang jauh dari kata kecil untuk menghidupi dan memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri, bahkan dirinya kuliah atas bantuan beasiswa.

"Penguntit? Kata itu terlalu berlebihan, aku sedikit merasa tersinggung. Selain cantik kau memiliki mulut yang pedas, tetapi aku suka tipe namja muda berkarakter sepertimu."

Lagi-lagi wanita itu berucap santai seraya tersenyum manis.

"Datanglah jika kau tertarik."

.

.

Sekelebat bayangan itu sirna di kepala Jaejoong. Kala mata indahnya menatap sosok pria berjas rapi yang membungkuk hormat padanya dan Jaejoong tau apa yang harus di lakukan, mengikuti pria itu masuk ke dalam hunian bak istana yang terkesan angkuh tepat di hadapannya.

.

.

.

Dan di sini Jaejoong sekarang berada. Pria berparas menawan hingga terihat sangat cantik itu berdiri mematung di tengah ruangan bergaya klasik dengan dinding dominan warna coklat tua. Perabotan yang tertata di dalamnya lebih banyak berwarna merah marun dan berbagai kramik cantik tertata elegant.

Malu dan takut sejujurnya dua rasa itu yang kini menggelayuti benak Jaejoong namun apa boleh buat dirinya tidak bisa mundur. Nyonya Anna sudah menjelaskan perkerjaan apa yang akan dilakoninya dan sekarang dirinya tengah menjalani serangkaian tes apakah dirinya layak atau tidak.

"Kulitmu sangat halus, cantik.. apa kau melakuan perawatan Jaejoong-ssi?"

"Tidak. Aku tidak punya cukup uang untuk biaya perawatan dan sebagainya, Nyonya tau pasti akan hal itu." Jaejoong berucap gugup, pria manis itu mencoba bersikap wajar di tengah jemari lentik Nyonya Anna yang menyentuh beberapa bagian tubuhnya.

"Em, aku mengerti.." Nyonya Anna melangkah kembali menduduki kursi setelah sebelumnya mengecek kondisi tubuh Jaejoong secara keseluruhan, kini mata sipitnya menatap penuh minat Jaejoong yang masih berdiri terdiam.

"Kau boleh berpakain kembali."

Mendengar intruksi yang terucap dari bibir bergincu merah darah itu sontak membuat Jaejoong bergegas mengenakan kembali pakaian yang sempat di tanggalkannya.

"Kau terlalu menawan dan cantik untuk ukuran seorang pria. Pinggang ramping dan paha jenjang, wajahmu tidak hanya cantik tapi juga berkarakter. Aku suka matamu, sangat indah. Kau tidak punya riwayat operasi plastik atau serangkaian perawatan kecantikkan. Sulit di percaya, bisa di katakan kau mendekati sempurna bahkan riwayat kesehatanmupun tidak ada manipulasi." Sekali lagi Nyonya Anna membolak-balik lembaran document di tangannya. Lembaran kertas yang bersisi serangkaian tes kesehatan Jaejoong.

" Dan dengan lepas ku katakan jika kau lolos Kim Jaejoong-ssi."

"Terimaksih Nyonya." Jaejoong membungkuk hormat, pria cantik itu sendiri tidak tau untuk apa dirinya berterima kasih. Haruskah dirinya berterimaksih untuk perkerjaan yang sebentar lagi akan dilakoninya, haruskah dirinya berterima kasih atas segala pujian manis yang di lontarkan Nyonya Anna. Haruskah dirinya menerima perkerjaan ini, perkerjaan yang nyata-nayat salah.

"Jeje, itu namamu di sini."

Lagi-lagi Jaejoong mengangguk singkat, mata bulatnya terus mengawasi setiap pergerakkan wanita yang duduk santai di depannya. Wanita dewasa berpakaian layaknya wanita bangsawan dengan rambut pirang yang digelung cantik.

"Peraturan tercipta untuk di ta'ati bukan untuk di langgar, akan ada konsekuensinya saat kau melanggarnya. Kau mungkin bisa mendulang banyak won dari perkerjaan ini, namun jangan lupa ada batas-batasan yang tidak boleh dilanggar dan sebaliknya kami akan melindungi identitasmu dan kau bisa pegang kata-kata ku. Tidak akan ada penetralisir kau tidak akan disetubuhi tepatnya tidak benar-benar disetubuhi. Sejauh ini apa ada pertanyaan?"

Jaejoong menarik nafas dalam, "Tidak!" bibir ranum itu berucap penuh keyakinan. Jaejoong sudah memantapkan hatinya untuk mengambil perkerjaan ini, karena dirinya tidak punya pilihan lain.

"Dia Jung Yunho. Kau bisa memanggilnya Yunho, mulai sekarang Yunho yang akan mengurus segala kebutuhanmu termasuk mengantar jemputmu."

Hazel indah itu melirik ke arah di mana Nyonya Anna memperkenalkan seseorang yang entah sudah sejak kapan berdiri di ambang pintu. Sosok pria tampan dengan tubuh tegap berbalut kemeja hitam lengan panjang. Pria dengan garis rahang tegas dan bibir unik berbentuk hati. Darah Jaejoong berdesir saat matanya bertemu tatap dengan sepasang iris musang milik pria yang diakuinya berparas tampan, sepasang mata yang terlihat tajam namun Jaejoong bisa merasakan kehangatan di dalamnya.

Secepat kilat Jaejoong memutus kontak matanya, pria cantik itu tidak sanggup untuk lebih lama lagi beradu tatap dengan pria bernama Yunho itu, pria yang akan memiliki intensitas pertemuan lebih padat dengannya.

Jaejoong membungkuk sebagai salam perkenalan yang di balas dengan bungkukkan sopan pula oleh pria bermata musang itu.

Baik Jaejoong dan Yunho tidak pernah tau, benang takdir seperti apa yang diuntai oleh Tuhan untuk keduanya.

.

.

.

.

Iris musang itu menatap dalam sosok cantik yang terlelap damai di atas peraduan nyaman berseprai putih motif bunga lily api.

Indah,

Satu kata yang mampu terucap dari bibir berbentuk hati itu. Tangan panjangnya terjulur hentak mengusap surai kelam yang menjuntai lembut nyaris menutupi mata indah yang sedang terpejam rapat namun niatnya di urungkan. Tidak, dirinya tidak boleh lancang menyentuh sosok menawan yang kini tengah terlelap.

Dengan hati-hati pria pemilik iris musang itu menarik selimut berbahan sutra yang sedikit melorot hingga menutupi atas dada pria cantik itu.

"Tubuh ini.. aku tidak rela.." suara bass itu terdengar serak dan gelisah, "Bahkan bibir ini.." Ingin rasanya jemari panjangnya menyentuh permukaan ranum semerah buah starwberry yang teraji menggiurkan di hadapannya, dirinya ingin mengecup dengan sayang benda padat nan kenyal milik sosok menawan yang mampu menggetarkan hatinya itu.

Iris musangnya menatap nanar makluk indah yang terbujur polos di depannya, hanya selembar selimut sutra yang menutupi lekuk raga indah tanpa cacatnya. Sososk berparas rupawan itu dipastikan tidak akan terjaga hingga tiga jam kedepan.

"Tidak ada penetralisir. Konyol sekali, apa mata lapar itu akan tahan jika di suguhi bidadari sepertimu, kau terlalu berharga untuk perkerjaan ini."

Dengan gemetar tangan manly itu menyentuh sedikit lengan putih sehalus pulam milik sosok menawan yang masih betah terlelap damai. "Siapapun dia, semoga tidak menyakitimu karena aku sangat tidak rela."

Klik,

Bunyi pematik yang di nyalakan, dengan telaten pria tampan beriris musang itu menyalakan lilin-lilin aroma terapi yang menambah suasana elegant sekaligus romantis kamar berukuran besar itu. Sejenak mata musangnya beredar keseluruh penjuru ruangan memperhatiakn betapa berkelasnya kamar ini. Dinding beton yang dipadu dengan kayu jati berukiran rumit, lukisan mahal terpajang dan lemari kaca yang teraptri di sudut ruangan tak lupa meja dan kursi kayu sekan menjadi pelengkap keindahan ruangan bergaya klasik ini.

hingga tatapan musangnya terhenti kembali pada sosok indah yang terbaring di atas ranjang. Tatapan yang menyimpan banyak hal, sangat sulit di jabarkan dengan untaian kata-kata.

.

"Kau tidak boleh menaruh hati padanya, pada Kim Jaejoong. Tugasmu menjaga dan melindunginya, memenuhi segala kebutuhanya apapun keinginanya selama itu bukan merupakan pemberontakkan terlebih kebebasan. Serahkan jiwa dan ragamu sepenuhnya Yunho-ssi. Jangan mengkhianati kepercayaan yang telah kuberikan."

.

Dengan gontai kaki jenjang berbalut celana dasar itu melangkah berbalik, namun lagi-lagi langkah kakinya terhenti iris musangnya terpejam sesaat kala mengingat peringatan yang di tegaskan padanya. Sebuah peringatan mutlak yang tidak boleh dilanggar olehnya.

Kriet

Derit pintu yang menutup sempurna, meninggalkan sosok berparas menawan di dalamnya.

.

.

.

To be continueted

.

.