Gadis berusia lima tahun itu memerungutkan wajah memandang ke luar jendela mobil yang dikendarai oleh ayahnya. Ia memeluk bonek Teddy Bear berwarna cokelat dengan wajah masam. Pasalnya ia masih belum terima jika kenyataan saat ini mengatakan bahwa ia pindah ke Konoha demi pekerjaan ayahnya di sana.

Segala macam rayuan ayah dan ibunya tak ia pedulikan. Gadis bersurai merah muda itu kukuh untuk ngambek karena keputusan sepihak orang tuanya. Ia sedih karena harus meninggalkan Suna di mana ia mempunyai banyak teman di sana. Lalu, bagaimana dengan Konoha? Apakah ia akan mendapatkan banyak teman juga di sini? Perasaan takut tidak memiliki teman merayap di hati gadis itu.

Sedan hitam milik keluarga Haruno berhenti tepat di depan sebuah rumah bernomor dua puluh empat. Rumah yang terlihat asri dengan ditumbuhi banyak bunga-bunga bermekaran tidak menarik hati anak perempuan satu-satunya dari pasangan Haruno Kizashi dan Haruno Mebuki. Ia masih setia duduk di dalam mobil memeluk bonekanya dengan erat seolah hanya boneka itulah tempatnya bersandar.

"Sakura, ayo kita sudah sampai di rumah baru kita," Mebuki membuka pintu mobil dan sedikit membungkuk menatap putrinya yang masih cemberut.

Sakura tidak menyahut ucapan ibunya. Ia turun dan memandang rumah di hadapannya dengan mendongakkan kepala. Inilah rumah yang akan ia tempati entah untuk berapa tahun ke depan mengingat pekerjaan ayahnya yang sering memaksa mereka untuk berpindah tempat tinggal.

"Ayah dan ibu akan membereskan barang-barang terlebih dahulu. Kau jangan bermain ke mana-mana dulu ya?" Kizashi mengusap lembut surai merah muda anak gadisnya sebelum masuk ke dalam rumah sambil membawa dua buah tas besar.

Sakura mendengus kesal merasa bosan. Ia rindu dengan sahabatnya Sabaku Gaara yang selalu setia menemaninya bermain. Ia sangsi akan betah tinggal di kota yang kata ibunya merupakan kota kelahirannya ini.

Tuk!

Sebuah bola baseball mengenai sepatu Sakura. Gadis itu menunduk mengambil bola tersebut dan memutar-mutarkannya. Ia menemui sebuah nama terukir di sana.

Sasuke.

"Sasuke?" ucapnya mengeja tulisan di bola tersebut. Walaupun ia belum masuk sekolah, setidaknya Sakura sudah pandai membaca dan menulis.

"Hei! Lemparkan bola itu!"

Suara seorang anak laki-laki mengalihkan perhatian Sakura dari bola yang berada di tangannya. Ia melihat bocah yang seumuran dengannya berdiri tak jauh darinya, tepatnya di depan sebuah rumah yang berada di samping kiri rumah baru gadis itu.

Sakura memasang kuda-kuda untuk melemparkan bola baseball tersebut. Ia memang pernah beberapa kali bermain baseball bersama Gaara di lapangan dekat kediaman lamanya di Suna. Dan tanpa berkata apapun, Sakura melemparkan bola tersebut dengan kencang ke arah bocak lelaki tersebut.

Duk!

"Ups!" Sakura menampilkan deretan giginya dengan kaku saat bola baseball yang ia lempar tepat mengenai jidat bocah lelaki tersebut.

"Hei!" anak lelaki itu mengambil bola baseball yang jatuh tak jauh dari kaki setelah mengenai jidatnya, lalu berniat menghampiri Sakura dan memarahinya.

Sakura yang melihat tetangga barunya akan marah-marah langsung menciut, namun sebuah suara tawa seseorang membuat ia menolehkan kepala melihat sumber suara.

"Diam kau, aniki!"

"Hahaha... Lemparan yang sangat bagus! Ia bahkan lebih jago daripadamu, Sasuke!"

Sakura diam memerhatikan kedua laki-laki yang ia tebak kakak-beradik ini. Anak laki-laki yang lebih tinggi dari bocah yang dipanggil Sasuke itu berjalan mendekat pada Sakura dan tersenyum ramah.

"Hai, kenalkan aku Uchiha Itachi dan ini adikku Sasuke. Siapa namamu?" Itachi sedikit membungkuk mengelus surai merah muda Sakura.

"Sakura... Haruno Sakura," sahut Sakura malu-malu.

"Tadi itu lemparan yang sangat bagus, Sakura-chan. Kau belajar dari mana?" Itachi terkekeh melihat Sasuke yang bersungut kesal sambil mengusap jidatnya yang mungkin akan benjol.

"Aku diajari Gaara-kun," sahut Sakura polos.

"Oh... Dia pasti temanmu di kediamanmu yang lama. Nah! Karena sekarang kau sudah tinggal di Konoha, berteman yang baik ya dengan Sasuke," Itachi menepuk kepala Sasuke pelan membuat adiknya membuang muka karena malu.

Sakura memerhatikan kedua pria di hadapannya dengan tatapan polos. Lalu, gadis kecil itu mengulurkan tangannya di depan Sasuke. Seingatnya sewaktu TK dulu Sakura diajarkan oleh guru kalau mau berkenalan harus berjabat tangan.

"Ayo berteman dengan baik, Sasuke-kun," gadis itu berucap ceria dengan senyumnya yang manis membuat Sasuke mau tidak mau mengeluarkan semburat merah.

"Hn," Sasuke menyambar tangan Sakura. Keduanya tidak menyadari bahwa dari sinilah takdir mereka berdua tertulis dan tak bisa dihapuskan.

.

.

.

.

.

.

Standard Disclaimer Applied

Warning!

AU, OOC, Typo, Absurd, Miss-Typo

.

.

.

.

.

.

Agresif

By Chocoaddicted

.

.

.

.

.

.

Enjoy!

.

.

.

.

.

.

.

"Sasuke-kun!"

"Sasuke-kun!"

"Sasuke-kuuuuuunnn!"

Grrrr!

"Apa lagi?!"

Sasuke menatap nyalak gadis berusia delapan tahun yang sejak tadi pagi terus mengekorinya ke manapun bocah laki-laki itu pergi. Mulai dari berangkat sekolah sampai saat ini ia sedang istirahat di bawah rindangnya pohon taman belakang sekolah. Hampir setiap hari pula Sasuke mencoba menghindari gadis bermata emerald itu, tapi gadis itu selalu bisa menemukan di mana Sasuke berada.

Sakura mengerucutkan bibirnya kesal mendengar nada suara Sasuke yang meninggi karena kesal. Ia mengempaskan bokongnya tepat di samping Sasuke yang terkenal sebagai siswa teladan karena prestasi dan kejeniusannya.

"Pulang nanti kita kencan ya?" pinta Sakura dengan menatap Sasuke penuh harap.

Sasuke mengembuskan napas malas, "Aku sibuk,"

"Huh! Kau selalu sibuk! Ayolah... Sekali saja ya?"

Sasuke menghela napasnya lagi. Semenjak Sakura berteman dengan Yamanaka Ino, gadis itu selalu mengajaknya kencan. Entah apa yang sudah dikatakan Yamanaka muda itu pada Sakura. Yang jelas itu sudah mengkontaminasi otak Sakura yang masih polos.

"Aku ada les musik pulang sekolah nanti," entahlah Sasuke juga tidak mengerti mengapa harus menjelaskan hal ini pada tetangganya yang cerewet.

"Huh!" Sakura akhirnya diam dan menggembungkan pipi.

Sasuke merasa ini jauh lebih baik. Sakura diam dan waktu terasa menenangkan. Bocah lelaki itu kembali terpejam sambil bersandar di bawah pohon maple. Angin sejuk menyapa indra perabanya. Ketenangan ini sangat jarang ia dapatkan karena ia selalu saja dikejar-kejar oleh para penggemarnya yang aneh-aneh.

Cup!

Sasuke membuka matanya kaget karena merasa sesuatu yang lembut menekan bibirnya. Ia melihat wajah Sakura yang tidak memiliki jarak di depan wajahnya. Sasuke merona menyadari bahwa gadis itu baru saja mencuri ciuman pertamanya. Saat mata gadis itu terbuka dan menatapnya dalam jarak yang sangat dekat, Sasuke merasakan detak jantungnya bertalu dengan irama yang tidak normal.

"A-apa yang kau lakukan, Sakura?" tidak bisa dipercaya bahwa seorang Uchiha terbata karena perlakuan seorang gadis yang menciumnya.

Sakura yang sudah menjauhkan kepalanya menatap Sasuke dengan kepala dimiringkan sedikit. Posenya begitu imut membuat Sasuke kembali mengeluarkan semburat merah di wajah.

"Karena Sasuke-kun sangat tampan, aku jadi ingin melakukannya saja," sahutnya dengan polos.

"A-apa yang kau—"

Cup!

"Sasuke-kun tampan sekali sih! Jadi aku tidak tahan untuk tidak menciummu, hehe," Sasuke kembali terdiam saat Sakura menciumnya untuk kedua kalinya, "ah! Sebentar lagi masuk. Aku ada janji sama Ino. Kalau begitu aku duluan ya, Sasuke-kun!"

Cup!

Sekali lagi Uchiha Sasuke dibuat terdiam saat Sakura kembali mengecup singkat bibirnya yang tidak terkatup rapat. Gadis itu berjalan sambil melompat-lompat riang meninggalkan Sasuke yang duduk kaku di tempatnya.

Setelah kesadarannya terkumpul, Sasuke menyentuh bibirnya. Ia masih dapat merasakan bagaimana lembutnya bibir Sakura saat menempel di sana. Bagaimana cantiknya wajah gadis itu. Bagaimana harumnya gadis itu.

Sial!

Sasuke jadi ingin dicium lagi! Haruno Sakura sudah salah membangkitkan sesuatu yang tidak pernah disadari Sasuke. Sesuatu yang selalu disangkal Sasuke karena laki-laki itu selalu menganggap Sakura menyebalkan.

.

.

.

.

.

.

Semenjak kejadian di taman belakang sekolah waktu itu, Sasuke dan Sakura terlihat semakin lengket. Ke mana-mana mereka selalu berdua. Sebenarnya Sasuke yang melarang Sakura dekat dengan anak laki-laki yang lain. Alasannya tentu saja karena Sakura adalah tetangganya yang harus ia jaga baik-baik dan orang tua Sakura sudah menitipkannya pada Sasuke.

"Sasuke-kun, hari ini aku mau main ke rumah Ino. Jadi, Sasuke-kun pulang duluan saja," Sakura tersenyum lebar pada Sasuke yang sudah menunggunya di depan kelas. Sekolah sudah sepi karena murid-muridnya sudah pulang secepat kilat setelah bel berbunyi dan Ino yang Sakura maksud sudah menunggunya di depan gerbang sekolah.

"Tidak! Kau harus pulang," perintah Sasuke mutlak.

Sakura menggeleng, "Aku sudah janji pada Ino akan membaca majalah bersama!"

"Sakura. Kau dengar kata-kataku tadi 'kan?"

"Ya, aku dengar,"

"Lalu?"

Cup!

Sakura mengecup bibir Sasuke membuat bocah bersurai raven itu terdiam. Ia memeluk tetangganya itu dengan erat. Sakura bahkan bisa mendengar detak jantung Sasuke yang memompa dengan cepat. Tak lama, Sakura melepaskan pelukannya dan tersenyum lebar.

"Tolong sampaikan pada okaa-san dan otou-san kalau aku akan pulang sore! Jaa, Sasuke-kun!"

Cup!

Sekali lagi Sakura mencium pipi kiri Sasuke sebelum berlari riang meninggalkan bocah laki-laki itu yang masih mematung dengan rona merah di wajahnya. Gila! Uchiha Sasuke bisa gila kalau seperti ini terus!

.

.

.

.

.

.

Sakura dan Sasuke sudah berusia sepuluh tahun. Keduanya sudah duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Sakura mendapatkan banyak teman di Konoha, namun kini kembali ia harus merasakan kehilangan karena saat ini ia sedang berdiri di depan kelas menyampaikan salam perpisahan kepada teman-temannya.

Siang nanti Sakura akan pindah ke Suna. Ayahnya kembali dipindah tugaskan ke sana. Sejak awal ia pindah ke Konoha, ayahnya memang pernah berkata bahwa mereka sekeluarga tidak tinggal menetap di negara api tersebut.

Sakura yang sudah memiliki sahabat di Konoha tentu merasa berat meninggalkan kota kelahirannya tersebut. Apalagi ketika ia melihat Sasuke yang tidak mau menatapnya sejak mereka berangkat sekolah bersama. Ino bahkan menangis saat tahu partner in crime-nya itu akan pindah sekolah.

"Aku minta maaf atas semua sikapku selama ini yang mungkin membuat kalian kesal. Sayonara," Sakura berujar sendu, lalu membungkukkan badan.

Ino bangkit dari duduknya lalu menerjang sahabatnya dengan pelukan erat. Teman-teman sekelas Sakura pun satu persatu menghampiri gadis itu dan memeluknya. Kecuali satu orang yang masih bergeming di tempat duduknya. Ia menatap sendu kursi sebelahnya yang akan kosong sampai mungkin ia lulus sekolah.

Mengapa gadis itu tega meninggalkannya seorang diri setelah menumbuhkan perasaan yang tidak bisa ia definisikan melalui kata-kata? Ia akan merindukannya. Merindukan segala kecerewetannya, sikapnya yang manja dan ceroboh, sikap agresifnya yang selalu menciumnya tiba-tiba. Dan segala perhatian gadis itu yang tidak bisa ia dapatkan dari siapa pun.

Sasuke mengepalkan tangannya erat saat kelas sudah sepi karena semua teman-teman dan gurunya mengantar Sakura sampai ke depan gerbang sekolah. Gadis itu sudah dijemput orang tuanya. Sasuke bahkan terlalu pengecut untuk menerima kenyataan dengan mengantar kepergian Sakura.

Sakura meneteskan air mata memandang teman-temannya. Ia merasa tidak puas karena Sasuke tidak ada di antara kerumunan mereka. Saat ia menoleh ke arah kelasnya di lantai dua, Sakura melihat Sasuke yang berdiri di depan jendela memandangnya dari jauh.

Sakura tersenyum sendu dan melambaikan tangannya pada Sasuke. Ia akan merindukan sahabat sekaligus cinta pertamanya. Saat ia masuk ke dalam mobil, Sakura tidak tahu bahwa setetes air mata turun di wajah Sasuke mengantar kepergiannya yang entah kapan akan kembali.

.

.

.

.

.

.

Tsuzuku

.

.

.

.

.

.

Area bacot author:

Iya ane tau utang penpik ane masih ada dua, tapi jari ane gatel mau ngetik penpik yang ini setelah dapet ilham hasil browsing foto SasuSaku di mbah gugel. Bahahaha...

Tenang tenang... ini cuman twoshoot atau paling banyak threeshoot. Nggak sempet edit lagi karena mau bobok. Hahaha...

Ditunggu reviewnya yak...

Sankyu na~ :*