Membosankan.
Hanya itu ungkapan yang sesuai untuk mendeskripsikan kehidupan sekolah Yoongi.
Bangun pagi, sarapan, berangkat sekolah, menghabiskan waktu hampir seharian di sekolah, pulang ke rumah, menghabiskan sisa waktu di rumah, tidur, lalu kembali ke awal.
.
Since then I meet You, a BTS FanFiction
Disclaimer : BTS © God, Story © Faychimen
Genre : Romance
Cast : MinYoon / Teacher! Jimin x Student! Yoongi
Warning : Cerita tidak jelas, Typo(s), OOC, AU, Yaoi, BL
msugaf's request.
.
Yoongi selalu bangun teratur setiap pagi dan tidak pernah terlambat. Namun tidak untuk pagi ini, Yoongi bahkan sampai melewatkan sarapannya dan memakai seragam sekolahnya asal-asalan.
Dengan terburu-buru, langkah kaki membawanya hingga akhirnya ia tiba di halte bus, tepat ketika bus hampir melaju.
"Tungg-" Kalau saja tidak ada sebuah tangan yang menjulur kearahnya dan membantunya naik, mungkin Yoongi akan ketinggalan bus dan terlambat datang ke sekolah.
Yoongi mengatur nafas terlebih dahulu sebelum akhirnya mendongak untuk melihat wajah 'penyelamat'nya dan berterima kasih. Namun terlambat, sosok yang dicarinya sudah menghilang begitu saja.
.
Tak ada yang menarik di kehidupan sekolah Yoongi, baik itu pelajaran yang membosankan maupun teman-teman sekelasnya yang menyebalkan. Yoongi sama sekali tidak menyukai kehidupan sekolahnya.
Setiap hari selalu terasa sama. Seperti pagi ini, misalnya. Lagi-lagi murid perempuan di kelasnya tengah berkumpul dan menggosip tentang hal-hal tidak penting.
"Kau tahu, katanya selama Kim-seonsaengnim cuti, guru magang yang akan menggantikannya."
"Itu berarti guru magang itu masih kuliah kan?"
"Oh astaga, kuharap guru magang itu adalah laki-laki, aah-"
Menyebalkan. Mungkin salah satu mengapa alasan Yoongi tak pernah menyukai perempuan adalah karena mulut mereka yang tak henti berbicara ketika membicarakan sesuatu, terlebih hal-hal tidak berguna. Bagi Yoongi, perempuan selalu menyebalkan. Mungkin Yoongi juga iri, karena perempuan selalu menemukan hal-hal baru yang menarik bagi mereka untuk dibicarakan.
Dan tak peduli siapapun guru yang mengajar, tetap saja Yoongi tidak akan pernah memperhatikan pelajarannya.
.
Bel berbunyi, pertanda bahwa jam pelajaran telah berganti.
Sedari tadi murid-murid perempuan sudah heboh karena saat ini adalah mata pelajaran Bahasa Inggris, yang itu juga berarti perkenalan dengan guru magang yang menggantikan Kim-seonsaengnim.
Pintu terbuka, seorang pemuda dengan tinggi rata-rata seorang laki-laki pada umumnya, memasuki ruang kelas. Seisi ruangan menjadi hening seketika.
"Annyeong. Park Jimin imnida." Pemuda tersebut kemudian memaparkan senyum lebarnya dan membuat seisi ruangan yang semula hening menjadi ricuh hanya karena menyambutnya.
"Saya akan menggantikan Kim-seonsaengnim selama seminggu dan mengajarkan mata pelajaran Bahasa Inggris. Mohon bantuannya."
Setelah setidaknya beberapa murid melontarkan pertanyaan demi pertanyaan; dimulai dari pertanyaan yang wajar seperti dimana ia kuliah, bahkan hingga pertanyaan tidak masuk akal seperti apakah ia sudah memiliki kekasih atau tidak.
Park Jimin dengan senyum lebar khasnya, mata sipit alaminya, rambut hitam legamnya, garis rahangnya yang tegas, dan juga kacamata yang bertengger di hidungnya- Terlihat berkharisma. Pantas saja murid-murid perempuan heboh karenanya.
Sementara Yoongi yang sedari tadi menenggelamkan kepalanya dilipatan kedua lengannya kemudian mendongak dan bertopang dagu, secara tidak sengaja ia bertatap mata langsung dengan Jimin.
Jimin yang secara kebetulan menangkap tatapan Yoongi, kemudian keduanya saling bertukar pandangan.
Pada saat bersamaan, jantung Yoongi berdegup kala Jimin tersenyum kearahnya. Ia lalu segera memalingkan wajahnya agar tidak lagi melihat ataupun merasa dilihat oleh Jimin.
"A-apa yang-" Yoongi bahkan tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya- Tentang mengapa jantungnya berdetak tidak wajar seperti ini.
.
Jam sekolah berakhir, saatnya untuk pulang.
Yoongi berjalan menuju halte dengan malas. Entah mengapa ia merasa harinya tak pernah seburuk ini. Kehidupan sekolahnya yang seperti biasa saja sudah memuakkan, ditambah lagi- Mengapa ia harus salah tingkah hanya karena guru pengganti itu tak sengaja melihat kearahnya lalu tersenyum. Entahlah, ia merasa begitu lelah hari ini.
Bahkan dalam perjalanan, Yoongi tertidur di dalam bus. Kalau saja tidak ada seseorang yang menempelkan minuman kaleng dingin ke pipi Yoongi, ia tidak akan terbangun.
"Ap-" Yoongi tak sempat menyelesaikan kata yang akan diucapnya ketika ia mendapatkan sosok Park Jimin berdiri di dekat bangkunya, dengan dua minuman kaleng di genggamannya.
"Hei." Tegur Jimin kemudian menyodorkan salah satu kaleng yang langsung Yoongi terima, "Besok pagi, jangan sampai terlambat lagi."
Yoongi bergumam dalam hati, " 'Lagi'? Apa maksudnya dengan 'lagi'? " Kemudian ia menyadari sesuatu, "Tunggu- Jangan bilang kalau- Seonsaengnim yang menarik tanganku tadi pagi?!"
Jimin hanya menjawab dengan sebuah kekehan. "Apa bangku disebelahmu kosong?" Tanyanya kemudian dijawab oleh anggukan Yoongi. Sesaat kemudian, Jimin langsung mendudukkan dirinya di bangku disebelah Yoongi.
"Kau suka Bahasa Inggris?" Yoongi menggeleng.
"Pantas saja kau tidak memperhatikan pelajaranku." Yoongi mengangguk.
Hening sempat menyelimuti atmosfer keduanya, keduanya merasa canggung dan memilih untuk diam hingga akhirnya Jimin kembali mengeluarkan suara, "Kau pemalu ya?"
"Maksudmu?" Yoongi menatap Jimin, kemudian menghernyitkan dahinya.
"Ya- Seperti tadi misalnya, kau langsung buang muka ketika aku tersenyum kepadamu- Kkkk."
Yoongi kembali memalingkan wajahnya. "Ya! Jangan tertawa!" Malu, tentu saja.
.
Setelah menjadi bahan tertawaan seorang Park Jimin, Ia dan Jimin justru menemukan bahan perbicaraan dan langsung saling akrab.
Dari perbincangannya dan Jimin, Yoongi menyimpulkan bahwa Jimin merupakan orang yang ramah dan lucu. Bagaimana Yoongi menyebutnya- Menarik?
.
Pagi berikutnya Yoongi mencari-cari sosok Jimin di dalam bus. Senyum mengembang kala ia menemukan sosok yang dicarinya duduk di bangku paling belakang.
"Seonsaengnim-" Yoongi kemudian mengambil langkah mendekat dan duduk disamping Jimin.
"Selamat pagi."
.
.
.
TBC
