PERSONA ASSASINATION
GENRE : Fantasy, Action, Thriller, Horror, Dark-Comedy/Drama
RATING : M
DISCLAIMER :
Mungkin belum bisa dibilang crossover, karena hanya mengambil tipe-tipenya saja. Cerita ini masih PERSONA. Namun dengan gaya NINJA ASSASSIN dan KILLBILL, tema sedikit TWILIGHT, dan lain-lain...
Tsukioka, kota yang dipenuhi dengan masalah-masalah yang tak kunjung terselesaikan. Namun, kasus yang paling menonjol di kota blasteran ini adalah pembunuhan yang tak jelas dilakukan oleh siapa pelakunya.
Akihiko Hisagi, anak muda yang dilahirkan sebagai pembunuh psiko. Dia disekolahkan semenjak SD di jurusan ilmu Assassin yang gelap sampai SMP. Tetapi, dia baru mulai mendapat gelar Assassin setelah dia lulus SMP di jurusan tersebut. Well, dia mungkin sudah pernah membunuh 1 orang yang juga sekaligus menjadi test pertama dia waktu kelas 2 SMP.
Di jurusan Assassin sana, Akihiko dilatih menjadi gesit, sadis, dan tak kenal dengan perasaan. Yang faktanya malah membuat Akihiko menjadi mesin pembunuh, bukanlah manusia. Padahal, di dalamnya dia benar-benar tersiksa oleh hal itu.
Dan sekarang, Akihiko menyamar menjadi murid SMU biasa di SMU Tsukioka. Sebagai kelas 1. Dia ditugaskan oleh clan Assassin dia untuk mengikuti sebuah klub misterius di SMU tersebut dan mencari tahu apa tujuannya. Kalau bisa, menghabisi seluruh anggota klub tersebut.
"Ini kisah saya"
EPILOUGE
"Selamat datang" sapa seseorang lelaki berambut putih tinggi berdiri di depan pintu cokelat tua yang menuju ke sebuah Dorm berlantai 5 "Kau… Akihiko Hisagi?"
Akihiko mengangguk. Rambut hitam emo, mata biru tua, kulit putih, nggak terlalu tinggi sih "Aku punya banyak nama. Aragi Yamato, Akihiko Hisagi, Ashley…"
"Kenapa nggak sekalian saja Ashlee Simpson?" gurau lelaki itu
Akihiko lalu menarik nafas "Well, sebenarnya ortuku mau ngasih nama itu. Tapi keburu direbut si Ashlee Simpson duluan deh"
Lelaki itu tertawa…
"Hahaha, kau bisa saja Akihiko-kun!"
Akihiko hanya tersenyum kecil, dia diam saja
"Well, Sebagai ketua grup yang belum ada namanya ini senang bisa menerima-mu" lelaki itu menepuk bahu Akihiko "Dan aku yakin yang lain senang juga kau ada disini"
"Thanks"
"Btw, namaku Senzai. Senzai Stanley"
Akihiko lalu menghafal nama dan wajah si Senzai tersebut. Siapa tahu Senzai masuk menjadi catatan orang yang Akihiko hendak bunuh. Akihiko lalu diajak masuk ke dalam oleh Senzai. Ruangan Lounge yang terlihat tampak biasa saja. Sedikit berdebu dan tak terawat malahan.
"Tiada pembantu kah disini?" tanya Akihiko
"Well…" Senzai mengaruk-garuk kepalanya "Grup tanpa nama ini baru ada 5 orang termasuk kamu yang baru masuk… Dan ini Dorm yang baru saya sewa…"
"Nggak masalah sebenarnya. Aku Cuma bertanya" Akihiko menghadap Senzai sambil memasukan kedua tangannya ke saku celananya.
Sejenak, lelaki emo bernama Akihiko ini terlintas sesuatu memori di kepalanya. Suatu suara…
"~Cari tahu informasi tentang grup di SMU Tsukioka tersebut. Tebas setiap hal yang mencoba menghalangimu~"
Akihiko lalu menutup matanya dan berpikir sebentar…
"Baiklah…" desah dirinya
SHORT 01 "FIRST TEST"
Malam hari yang dingin menyelimuti kota Tsukioka di jam 00.00. Beralih ke sebuah rumah kecil yang terletak agak jauh dari perkotaan. Ada seorang pemuda tinggal di rumah itu sendirian. Pemuda mahasiswa bermasalah dulunya. Namun, pemuda itu mulai kembali ke jalan yang benar.
Hari itu dia menerima kedatangan tamu misterius yang ingin
menginap di rumahnya. Itu seorang bocah anak SMP. Karena kasihan, pemuda tersebut membiarkan bocah tersebut menginap di rumahnya untuk semalam. Tapi, yang pemuda itu tak tahu…
"Sret"
Bocah tersebut sudah merencanakan hal itu… Dan pemuda itu tepat masuk perangkap bocah tersebut.
Pemuda itu sekarang tertidur di kamarnya. Terbaring di kasur sambil berselimutan. Bocah lelaki itu tiba-tiba masuk ke kamar pemuda tersebut dengan perlahan-lahan. Dia sambil membawa serpihan besi silet di tangan kanannya yang berdarah akibat terlalu memegang silet itu terlalu erat. Bocah itu berjalan perlahan menaiki kasur…
"Sret"
Bocah itu sekarang tepat di atas tubuh pemuda yang masih terlelap itu sekarang. Kedua tangannya sudah terangkat siaga memegang silet itu. Bersiap untuk mengoyakkan pemuda tersebut. Tetapi…
"*GASP!*"
Seketika pemuda itu sadarkan diri. Dia sudah melihat bocah lelaki tersebut berada di atas tubuhnya. Tangan bocah itu menurun. Silet itu mengenai wajah pemuda tersebut. Tetapi beruntunglah itu baru segores saja dan pemuda itu keburu menahan tangan bocah tersebut. Pemuda itu lalu berusaha mengelak dari tebasan silet dari tangan bocah itu. Dia menendang bocah itu ke lantai dengan kakinya selagi tangannya memegang wajahnya yang penuh darah. Mendarat dengan kasar. Pemuda itu lalu berusaha keluar dari pintu kamarnya. Tetapi bocah itu menancapkan silet tersebut ke kaki kiri pemuda tersebut.
"ARGGHHH!!!!!!!!!" Pemuda itu meronta kesakitan, dia lalu menghadap ke belakang dan melihat bocah itu. Dia lalu berusaha menendang bocah itu dengan kaki kanan dia yang masih leluasa.
"tbuk!"
Pukulan mendarat tepat di hidung bocah tersebut, walaupun tahu itu paling hanya melukai dirinya sedikit. Pemuda itu kemudian melepaskan silet yang masih tertancap di kaki kirinya. Dia lalu mengesot keluar. Bocah itu bangkit kembali, dia lalu berusaha merebut silet tadi yang sekarang dipegang oleh pemuda itu.
"Berikan!!!" bentak bocah tersebut sambil berusaha merebut silet itu. Dia sampai merayap kembali ke atas tubuh pemuda itu yang terbaring di lantai sambil berusaha mempertahankan senjata sementara-nya.
Karena mulai kesal dengan bocah itu yang terus mengincar silet yang dipegangnya… "NIH SILETMU BANGSAT!!!!" Pemuda tersebut berteriak sambil menebas leher bocah tersebut hingga berdarah. Tak ketinggalan dengan tendangan di daerah perut yang membuat bocah tersebut agak terlempar.
"BRUK!"
Malam yang penuh dengan darah terus berlangsung di rumah pemuda tersebut. Sekarang, Pemuda dan bocah itu sudah berada di tempat yang berbeda tetapi masih dalam 1 rumah. Pemuda tersebut sudah terlihat penuh darah hampir di seluruh tubuhnya karena luka yang diakibatkan bocah itu. Pemuda itu lalu berjalan ke ruang tamu-nya sambil membawa pisau dapur, hanya melihat bocah itu sudah berdiri beberapa langkah di depannya sambil membawa tongkat golf di tangan kanannya. Tubuhnya pun penuh darah juga tetapi tak sebanyak darah di tubuh pemuda itu.
"Kenapa kau mau membunuhku?!" tanya pemuda itu
"…"
"Lihat…" pemuda itu berusaha menarik simpati "Kenapa dek…?"
"Aku nggak punya alasannya" jawab bocah itu dengan nada tegas
"Lalu kenapa kau mau membunuhku?!" gertak pemuda "Pasti ada alasan kan kau bernafsu sekali untuk melihat mayatku?!"
"Aku tidak punya" geleng sang bocah "Yang kutahu, ini misi. Dan harus diselesaikan…"
"Kau benar-benar monster keparat!" Sang pemuda itu melangkah mundur
Bocah itu terdiam "Kau benar. Aku mungkin bukan manusia" bocah itu sambil mendekati pemuda itu "Aku… pembunuh"
"Jika begitu" Pemuda itu berusaha menarik nafas "Kau pasti diperkerjakan oleh seseorang bukan? Boleh tahu siapa bosmu?"
"Aku tak diwenangkan untuk mengucapkan nama bosku. Tapi nama kelompokku adalah BlackOut"
Pemuda itu lalu teringat sesuatu tentang BlackOut "BlackOut huh? Kelompok itu…?!"
"Kelompok apa maksud anda?" tanya sang bocah
"Kelompok sialan. Bilang ke bossmu, cuci penisnya dulu baru menyuruh tuk memperkerjakan dirimu!"
Mendengar itu, Bocah tersebut tiba-tiba membanting stik golfnya. Dia lalu mengeluarkan sesuatu dari celana panjang hitamnya
"Maafkan aku"
Benda itu seperti besi untuk memperbaiki mobil yang didaur dan ditambakan dengan bentuk pisau yang tajam di kedua sisi dari 4 sisi. Besi itu bahkan sangat enak dilempar dan dengan tambahan pisau itu sepertinya mudah menancap kemana-mana.
"…"
"TBRETTT!!!!!!!!" Suara lemparan besi yang dilontarkan oleh sang bocah yang mendarat tepat di kepala pemuda itu. Pemuda itu lalu terjatuh ke lantai, dan tentu saja mengeluarkan darah yang banyak. Kata lainnya, dia tewas.
~Riley adalah korban dan test pertamaku. Kelompokku menyuruhku untuk membunuhnya karena dia brengsek, sampah masyrakat, dan tak berguna...~ Bocah tersebut sambil mendekati pemuda bernama Riley itu. Dia berjalan di endapan banjir darah yang mengalir dari tubuh Riley.
~Kenyataanya, dia sudah tak seperti itu lagi…~Dia lalu dengan santainya mencabut kembali besi itu dari kepala Riley yang tertancap tadi. Seperti ada beberapa organ kepalanya yang masih menyangkut di besi itu.
~Dan…Sekedar pemberitahuan, aku baru kelas 2 SMP waktu itu…~ Bocah itu lalu mengelap besi tersebut dengan baju hitamnya. Dia lalu berjalan keluar rumah
BERSAMBUNG
Next Chapter is long, any review guys...?
