Disclaimer : All cast disini bukan milik saya tapi punya Tuhan YME. Sedangkan ff ini punya saya.
Rating : T
Genre : Fantasy, Romance, Angst.
Pair : KrisTao / TaoRis
Dragon!Yifan Human!Tao
Summary : Huang Zi Tao, hanyalah seorang pemuda biasa-biasa saja. Namun suatu ketika, dia bertemu seekor naga merah besar yang akan merubah hidupnya. *gaje*
Warning : OOC, Yaoi as Boys Love, Typho(s), GaJe, Alur berantakan, dan yang jelas Don't Like Don't Read
Inspiration : Xiumin and Baek-Gu from Evil Town XD
-oOo-
The Dragon And Me
By
Kim Hanny
-oOo-
Zi Tao, pemuda dengan wajah tampan juga manis. Dengan rambut hitam gelap, tubuh tinggi tegap dan memilki kantung mata hitam dibawah matanya. Merupakan pemuda biasa-biasa saja yang memiliki banyak kekurangan.
Zi Tao bisa dikatakan pemuda yang sangat miskin. Dia hidup hanya berdua dengan bibinya saja. Bibinya bernama Song Qian, dan dialah satu-satunya keluarga yang Tao punya. Dikarenakan, kedua orang tuanya meninggal sudah lama sekali sejak dia masih kecil.
Bibinya sangat menyayangi Zi Tao, dan sudah menganggapnya sebagai anak sendiri. Begitu juga dengan Tao yang sudah menganggapnya sebagai ibunya sendiri.
Tao selalu bekerja keras untuk mendapatkan uang, walau hasil yang didapat tidaklah seberapa. Hidup di sebuah desa kecil bernama Niuheliang pada zaman dinasti Zhou memang sangat sulit. Yang terpenting, Zi Tao tidak terlalu memberatkan atau membebani bibinya yang hanya bekerja sebagai petani.
Zi Tao memiliki sikap dan perilaku yang cukup baik hati dan sopan juga ramah. Dia tipikal pekerja keras namun agak sedikit pemalu pada orang yang belum dia kenal. Dia juga sangat sensitif, sehingga Zi Tao terkadang selalu bersedih jika ada yang membicarakan keburukan tentang dirinya.
Tao bekerja sebagai buruh angkut disalah satu pedagang besar di pasar Niuheliang. Bukan hanya Zi Tao saja yang bekerja disana. Sahabat baiknya, Xi Luhan pun bekerja disana bersama dengannya. Xi Luhan umurnya lebih tua tiga tahun dari Zi Tao yang berumur 16 tahun sekarang ini.
Walau Xi Luhan bisa dibilang pemuda yang cantik dan manis. Tubuhnya hampir sama kuatnya dengan Zi Tao. Dan mereka berdua adalah pekerja terbaik disana. Semua pekerjaan yang mereka berdua kerjakan selalu selesai tepat waktu. Walau pun pekerjaan mereka bisa dibilang adalah pekerjaan yang sangat keras dan sulit. Tetapi itu bukanlah halangan bagi mereka berdua untuk terus bekerja keras demi menghidupi diri mereka sendiri.
-oOo-
Saat ini, seorang namja dengan pakaian serba hitam atau Tao tengah berjalan-jalan sendirian di hutan ketika langit sedang senja. Bukan karena alasan yang tidak jelas dia berada disana. Tao memang sangat suka berjalan-jalan sendirian di hutan, merenungkan masalah-masalah hidupnya disana. Sekaligus mencari kayu bakar untuk dipakai memasak dirumah bibinya. Karena bibinya tidak terlalu berani mengambil kayu bakar di hutan sendirian.
Padahal dahulu Tao sangat takut dengan hutan. Hutan memberinya kenangan yang buruk, kenangan akan kematian kedua orang tuanya yang mati di hutan entah karena apa.
Banyak yang mengatakan kedua orang tuanya mati dimakan atau diserang oleh binatang buas. Namun banyak juga dari mereka yang mengatakan kedua orang tuanya mati oleh seekor naga.
Dan Tao, tidak percaya sama sekali akan mahluk legenda atau mitos tersebut. Berbeda dengan bibinya Song Qian yang mempercayai legenda tentang naga itu. Dia percaya karena suaminya, atau paman Tao. Mati di bunuh oleh seekor naga didalam hutan juga, dan Tao sekali lagi tidak mempercayai hal tersebut.
Hal itu juga yang menjadi alasan Tao lebih sering pergi ke hutan. Karena disana sepi dan tenang. Orang-orang didesa sangat takut pergi kesana, mereka takut jika mereka masuk kedalam hutan. Mereka takut suatu waktu akan dibunuh oleh sang naga yang dipercaya hidup disana. Dan Tao senang, karena orang-orang desa mempercayai mitos tersebut. Sehingga Tao merasa bahwa hutan adalah rumahnya, hanya miliknya saja.
Walau ada beberapa diantara mereka yang ingin sekali memburu naga. Memburu naga dan membunuhnya, untuk diambil darahnya dan diminum secara langsung. Mereka percaya bahwa meminum darah naga akan membuat hidup manusia menjadi abadi.
Tao hanya bisa tertawa mendengar hal tersebut. Menurut Tao, mitos itu bahkan lebih menggelikan dengan mitos atau legenda tentang naga.
Ketakutan yang sangat ditakuti oleh semua orang didesanya adalah naga. Bahkan sahabat baiknya Luhan pun mempercayainya dan mungkin... hanya Zi Tao yang tidak mempercayai hal tersebut. Dan sampai kapanpun, Zi Tao tidak akan mempercayainya jika dia tidak melihat sendiri mahluk legenda yang ditakuti oleh penduduk-penduduk itu dengan kedua matanya sendiri.
Tao hanya tersenyum kecil memikirkan hal tersebut dan kemudian dia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Naga itu memang sebenarnya tidak ada dan Tao yakin akan hal itu. Dia sudah hampir ratusan kali masuk kedalam hutan, namun tidak ada satu pun naga yang menampakkan dirinya.
Dan hal itu sudah jelas, bahwa naga itu memang hanya mitos dan tidak ada sama sekali. Konyol sekali penduduk desa mau mempercayai hal tersebut.
Tao mulai memungut-mungut kayu bakar yang berserakan disekitarnya sembari berdendang kecil. Tao mendongkak keatas dan kemudian berdecak sebal melihat langit kini mulai gelap. Dengan sedikit terburu-buru, Tao memunguti semua kayu bakar yang ada dan langung berjalan untuk pulang.
Ditengah perjalanan, mata Tao tidak sengaja melirik sebuah bunga yang sangat cantik dengan jarak yang lumayan jauh dari dirinya. Bunga lili putih yang begitu berkilau, membuat Tao sendiri terpesona melihatnya. Tao tersenyum kecil, mungkin memberikan bunga itu sebagai hadiah untuk bibinya adalah hal yang sangat bagus.
Tao mulai melangkahkan kakinya mendekati bunga tersebut, masih sambil membawa beberapa potong kayu bakar dalam dekapannya. Langit semakin gelap, membuat bunga lili putih yang berada disamping jurang itu semakin terang dan berkilauan. Membuat Tao semakin bersemangat untuk mendapatkannya.
Tao terdiam sebentar menatapi bunga itu dari dekat. Dan dengan perlahan mulai menggerakkan satu tangannya untuk mengambil bunga lili putih itu.
Wajah Tao berseri-seri mendapati bunga lili putih itu kini ada dalam genggaman tangannya.
SRAK
Tao tersentak saat pijakan kakinya tiba-tiba bergerak dan ambruk. Tubuh Tao mulai oleng, membuat kayu yang berada didalam dekapannya mulai terlepas dan berjatuhan menuju sisi jurang. Bahkan bunga lili yang dia pegang pun terlepas dari genggamannya. Membuat bunga lili putih itu terjauh pada bibir jurang.
Tao tidak membiarkan bunga itu berada disana dan mungkin saja akan jatuh kedalam jurang. Tao ingin mendapatkan kembali bunga tersebut. Dengan modal kenekatannya, Tao mulai menggapai-gapai bunga itu dengan satu tangannya. Sedangkan satu tangannya yang lain menjadi pegangan pada sebuah batang pohon kecil.
Tao terus memaksakan dirinya untuk mengambil bunga lili itu. Dan tersenyum lebar saat dia sudah menggenggam kembali bunga cantik tersebut. Tetapi senyumnya menghilang saat genggaman tangannya pada batang pohon tiba-tiba terlepas, membuat Tao terjatuh dan berguling-guling di sisi jurang. Sebelum akhirnya tubuh Tao terlempar kedalam jurang yang dalam dan gelap.
"HUUUAAAAAAA!" teriak Tao sebelum akhirnya kesadarannya mulai menghilang perlahan-lahan.
'Aku akan mati,' pikir Tao sebelum dia benar-benar kehilangan kesadarannya sepenuhnya. Dan untuk sedetik, Tao mendengar sebuah suara kepakan sayap yang amat keras.
-oOo-
Tao mengerjapkan kedua matanya perlahan-lahan. Pandangannya masih belum jelas, membuat Tao kembali mengerjapkannya beberapa kali.
Begitu penglihatan Tao sudah mulai jelas, Tao yang ternyata kini tengah terbaring mulai mengangkat tubuhnya kedalam posisi duduk. Satu tangan Tao langsung memegang kepalanya yang terasa sangat sakit dan juga pusing.
Tao memejamkan kedua matanya sebentar, mengingat apa yang telah terjadi padanya.
Jika tidak salah, dia sedang berusaha mengambil bunga lili putih yang sangat indah disisi jurang. Lalu setelah itu, entah kenapa tiba-tiba pijakan kakinya sedikit ambruk, membuatnya oleng dan juga membuat kayu bakar serta bunga lili putih itu terjatuh kedalam jurang. Dan dirinya pun ternyata berakhir dengan terjatuh kedalam jurangnya juga.
Begitu dia ingat semua, Tao langsung membeku. Apakah itu berarti dia sudah mati sekarang ini?
Tao langsung memperhatikan sekujur tubuhnya dan mulai meraba-raba tubuhnya sendiri. Alisnya naik, dia masih padat dan tidak tembus.
Tao ingat perkataan seseorang yang dulu pernah dia dengar. Bahwa arwah orang yang sudah mati itu tembus bahkan oleh dirinya sendiri. Tetapi Tao tidak sama sekali tembus, apa itu berarti dia tidak mati?
Tapi, kenapa bisa? Kenapa bisa dirinya masih hidup?
Tao pun mulai menepuk-nepuk tanah, tempat dia tengah duduk sekarang. Tanah ini sangat keras dan jika dia terjauh sudah seharusnya dia mati akibat benturan dirinya dengan tanah.
Tao menghembuskan napas frustasi dengan pikirannya sendiri.
Tao kembali tersentak mengingat sesuatu yang agak remang-remang. Sesaat sebelum dia terjatuh, dia mendengar sebuah suara kepakan sayap. Tapi Tao tidak tahu, suara kepakan sayap itu berasal dari siapa atau mahluk apa?
Mungkinkah itu malaikat pelindung? Dia menyelamatkan dirinya karena Tao adalah anak yang sangat baik?
Tao menggelengkan kepala memikirkan alasan tersebut. Itu tidak mungkin!
BWUSH
Tao tiba-tiba merinding. Barusan tadi, dia merasakan ada terpaan angin yang cukup hangat menimpa punggungnya.
BWUSH
Lagi, Tao merasakan terpaan angin hangat tersebut. Dan dengan sedikit ragu, Tao mulai menggerakkan tubuhnya untuk mengarah kebelakang. Melihat apa sebenarnya atau dari mana asal hembusan angin hangat tersebut.
Begitu berbalik, Tao berusaha untuk tidak berteriak ketakutan.
Karena apa?
Karena dihadapannya kini ada seekor mahluk besar yang tengah tertidur. Kepala mahluk itu berhadapan langsung dengan Tao, dan hal itu memperjelas bahwa angin tadi berasal dari hembusan napas sang mahluk besar tersebut.
Tao benar-benar membeku melihatnya, tubuhnya langsung terasa mati rasa untuk dia gerakkan. Jantungnya berhenti berdetak untuk sedetik dan sedetik kemudian mulai berdebar-debar dengan keras. Tao menelan ludahnya takut dan mulai memperhatikan mahluk tersebut dengan seksama.
Kepalanya mirip ular dengan dua tanduk diatas kepalanya. Kulit merah bersisik dengan beberapa duri dibagian tubuhnya, sepasang sayap merah besar dipunggungnya. Dan juga benda panjang yang bergerak-gerak kecil dibelakangnya itu adalah ekornya. Dan mahluk ini memiliki empat kaki mengerikan dengan kukunya yang terlihat sangat tajam.
Dan ukurannya sangat besar, empat atau mungkin lima kali lebih besar dari rumah bibinya.
Tao mulai berkeringat dingin. Dia tahu betul mahluk apa yang ada dihadapannya ini.
Mahluk yang dia anggap legenda atau mitos yang tidak mungkin ada atau hidup didunia ini. Dan sekarang, mahluk itu kini ada dihadapannya dengan nyawanya yang sedang terancam.
'Ya Tuhan... mahluk ini! Mahluk ini adalah seekor naga? Aku akan mati, aku akan dimakan olehnya. Apa yang harus aku lakukan?' batin Tao panik dan ketakutan.
'Apa ini hukuman untukku? Apa ini hukuman karena aku tidak mempercayai legenda itu?' pikir Tao sembari menelan ludahnya takut.
Tao mulai berdiri dengan hati-hati, berusaha agar tidak membuat suara sekecil apapun. Kedua matanya masih fokus kepada naga merah menakutkan yang masih tertidur dihadapannya. Sebelum akhirnya dia mulai memperhatikan tempat dia kini berada.
Ternyata Tao berada didalam sebuah gua yang cukup besar dan gelap. Dan didepannya kini tertampang pintu keluar, yang jaraknya tidak terlalu jauh tetapi juga tidak terlalu dekat.
Tao menelan ludahnya lagi sebelum akhirnya berbalik dan mulai berjalan perlahan-lahan meninggalkan naga merah tersebut. Tao bermaksud pergi dari sana dan berusaha tidak membangunkan sang naga, atau dia akan berakhir dengan menjadi santapan bagi mahluk besar yang tengah tertidur lelap tersebut.
Tanpa Tao ketahui, naga merah itu mulai membuka kedua matanya. Bola mata reptil sang naga mulai memandang pada Tao yang tengah berjalan pelan dan hati-hati. Sang naga mulai menghembuskan napasnya dengan keras, membuat Tao merasakan kembali terpaan angin hangat tersebut.
Dengan takut-takut, Tao mulai melihat kebelakang. Takut-takut jika sang naga sudah terbangun dari tidurnya.
Tao bernapas lega, naga itu ternyata tidak terbangun dan masih tidur. Tao menghembuskan napas panjangnya sebelum akhirnya kembali berjalan keluar dari gua dengan hati-hati.
Naga itu kembali membuka kedua matanya, berpura-pura tertidur saat Tao tadi melihatnya. Sang naga merah pun mulai menggerakkan ekor panjangnya menuju kearah Tao dengan pelan.
Tao tidak menyadari bahwa kini, dibelakangnya ekor sang naga tengah mengikutinya.
Merasa ada sesuatu yang mengikutinya, Tao kembali berbalik sebelum akhirnya tubuhnya dililit oleh ekor sang naga dan ditarik menuju kearahnya.
"HUUAAA! HHIIIII! JANGAN! JANGAN MAKAN AKU," teriak Tao ketakutan saat jaraknya dan jarak sang naga semakin mendekat. Terlebih tubuhnya kini dililit oleh sang naga menyeramkan tersebut.
Tao melakukan pemberontakan dalam genggaman ekor sang naga. Tetapi hal yang dilakukannya hanya sia-sia saja. Tao langsung menutup kedua matanya takut-takut, takut akan dimakan oleh naga merah tersebut.
Tao merasa takut dan sedih jika dia harus mati sekarang. Dia masih ingin hidup lebih lama lagi. Dia tidak ingin meninggalkan bibinya hidup sendirian dan juga meninggalkan sahabat baiknya Luhan.
Tao mulai merasakan lilitan ekor sang naga mulai terlepas saat kakinya sudah berpijak pada tanah. Dan ekor itu mendorong tubuhnya semakin mendekat pada kepala sang naga. Tao mengira dia akan langsung dilahap oleh sang naga, tetapi setelah sekian lama menunggu ternyata tidak sama sekali.
Tao dengan berani mulai membuka kedua matanya perlahan, dan terkejut saat mendapati jaraknya yang begitu dekat dengan kepala sang naga. Tao berjalan mundur, dan bersiap untuk lari lagi, tetapi ekor sang naga itu malah kembali mendorongnya untuk mendekat.
"Grrrr," naga itu menggeram kecil, membuat Tao semakin ketakutan. Terlebih saat kepala sang naga mulai mendekati dirinya.
Tao langsung berjongkok dan memeluk dirinya sendiri saking takutnya. Dengan kedua matanya yang kembali dia tutup rapat. Air matanya mulai mengalir dipipinya.
"JANGAN! JANGAN MAKAN AKU, KUMOHON JANGAN MAKAN AKU!" mohon Tao dengan nada keras dan suara yang bergetar.
Naga itu tidak mempedulikan ucapan memohon Tao, malah semakin mendekatkan kepalanya menuju pemuda dihadapannya.
Ujung kepala naga itu menyentuh tubuh Tao dan mendorongnya beberapa kali. Membuat Tao mulai menangis saking takutnya. Sang naga kembali menghembuskan napasnya, membuat Tao kembali merasakan terpaan angin hangat untuk yang kesekian kalinya.
Hening...
Tao terdiam, kenapa naga itu tidak memakannya juga atau membunuhnya. Tao kembali membuka kedua matanya, hanya untuk mendapati sang naga merah tengah menatapnya tajam. Menatapnya dengan mata reptil berwarna emasnya yang terkesan begitu dingin.
Tao begitu terpesona melihat keindahan mata sang naga tersebut. Sangat indah, bahkan lebih indah dari pada bunga lili laknat yang membuatnya terjatuh kedalam jurang.
Sang naga mulai beringsut bangun dari tidurnya, menggerakkan keempat kakinya dan kemudian mengepakkan kedua sayap merahnya selebar-lebarnya.
Kembali Tao memandang takjub dan kagum pada sang naga merah tersebut. Air matanya berhenti mengalir dengan kedua mulutnya menganga memandang kagum pada sang naga.
Sang naga merah mulai menggeram keras, membuat gua itu bergetar sedikit dan membuat Tao langsung menutup kedua telinganya. Sungguh, geramannya membuat telinga Tao terasa sakit.
Melihat pemuda yang ada dibawahnya tengah menutup kedua telinganya dan berekspresi seperti tengah kesakitan. Sang naga pun langsung menghentikan geramannya dan kembali mendekatkan wajahnya pada pemuda berambut hitam tersebut.
Tao mulai melepaskan kedua tangannya dari telinganya. Lalu menatap sang naga merah yang tengah menatapnya lagi dengan mata reptil berwarna emasnya.
"Jangan menggeram seperti itu lagi, itu menyakiti telingaku," ucap Tao. Tidak yakin sang naga akan mengerti dengan ucapannya atau tidak. Dan tidak yakin juga sang naga akan menurut padanya atau tidak.
"Grrr..." naga itu kembali menggeram kecil dan Tao tidak tahu dan tidak mengerti maksudnya.
Sang naga kembali menutup sayapnya dan kembali pada posisinya yang tadi saat dia tertidur. Ekornya kembali melilit tubuh Tao dan membawanya mendekat pada kepala sang naga. Mata sang naga merah itu tidak pernah terlepas dari pemuda berambut hitam kelam tersebut. Ekor sang naga memaksa Tao kembali berbaring untuk tidur.
Tao hanya bisa diam menatap sang naga dengan pandangan bingung dan tidak mengerti. Tao pun mulai berdiri dan menatap sang naga.
"Hei! Kenapa kau tidak memakanku atau membunuhku sekarang? Apa kau tidak lapar?" tanya Tao sedikit kesal, entah karena apa.
Naga itu hanya diam dan mulai memejamkan kedua matanya untuk kembali tertidur. Ekornya dia simpan disekitar tubuh Tao, membuat Tao tidak akan bisa kabur darinya. Tao menggumamkan makian kekesalan pada sang naga merah dihadapannya.
Tao kemudian menghela napas panjang melihatnya. Dia benar-benar terkurung bersama dengan naga merah aneh ini. Tapi sisi baiknya, dia masih hidup dan belum mati dimakan oleh naga tersebut.
Masih belum akan dimakan olehnya dan akan benar-benar mati dimakan oleh sang naga saat waktunya tiba. Meski begitu, Tao agak ragu sang naga akan melukainya apalagi membunuh atau memakannya. Entahlah... firasatnya yang mengatakan hal tersebut, dan semoga saja memang benar.
Tao kembali memperhatikan sang naga yang tengah tertidur dengan tenang. Merasa penasaran, satu tangan Tao mulai dia gerakkan untuk menyentuh kepalanya. Beberapa kali Tao sempat ragu dan takut untuk menyentuhnya, tapi akhirnya dia menyentuh juga kepala sang naga. Tao memperhatikan tangannya yang tengah mengusap-usap kepala sang naga.
Kepalanya terasa begitu keras dan kasar saat Tao mengusap-usapkan tangannya. Tapi... entah kenapa Tao menyukainya. Lagi pula mahluk ini adalah seekor naga, jadi tidak aneh jika tubuhnya dan juga sisiknya sangat keras dan kasar.
Tao kembali memandang pada sang naga, tepatnya pada kedua matanya yang tengah tertutup. Dua mata reptil tajam berwarna emasnya adalah hal yang paling indah yang pertama kali Tao lihat seumur hidupnya. Dan entah kenapa... dia ingin melihatnya lagi, walau hanya untuk sebentar saja.
"Matamu... sangat indah dan kau terlihat luar biasa saat mengepakkan sayapmu tadi," gumam Tao pelan, bermaksud memuji sang naga. Tao akui, naga ini membuatnya terpesona dan Tao tahu bahwa itu adalah hal yang sangat gila. Terpesona pada mahluk yang sangat ditakuti oleh orang-orang didesanya.
Tao merasa dia tidak takut lagi pada naga merah ini. Tapi tetap saja, dia ingin pulang kerumah bibinya. Karena Tao yakin, bibinya dan juga Luhan pasti sangat mengkhawatirkan dirinya. Namun... apa yang bisa Tao lakukan? Dia terkurung didalam gua ini bersama sang naga. Terlebih, naga merah ini tidak mau melepaskannya entah karena apa.
"Hei naga! Biarkan aku pergi, aku ingin pulang," pinta Tao dengan nada memohon pada sang naga yang masih tertidur tersebut. Tao bahkan tidak peduli jika sang naga tidak mendengar atau bahkan tidak mengerti apa yang dia ucapkan.
Tao menggembungkan pipinya kesal. "Kalau kau diam berarti iya," lanjut Tao sembari berbalik dan berusaha melewati ekor sang naga merah yang mengelilingi mereka berdua.
Tao tersenyum senang saat dirinya berhasil melewati ekor sang naga merah tersebut. Dan dengan cepat, Tao mulai berlari menuju pintu gua sebelum akhirnya dirinya kembali dililit oleh ekor sang naga dan ditarik kembali menuju sang naga merah tersebut.
"TIIDAAAKKK! AKU INGIN PULANG! LEPASKAN AKU NAGA JELEK," seru Tao dalam lilitan ekor sang naga dengan nada kesal.
Tao diangkat dan berhadapan langsung dengan kepala naga merah itu. Sang naga menatap Tao tajam dan dingin, membuat Tao sedikit ketakutan namun kembali terpesona melihat mata naga merah tersebut.
"Grrrhhhhh..." Naga itu menggeram marah pada Tao. Marah karena Tao berusaha kabur dan pergi darinya.
"Aku ingin pulang, tolong lepaskan aku. Aku berjanji tidak akan mengatakan pada penduduk desa jika kau ada. Aku berjanji, jadi kumohon lepaskan aku," mohon Tao yang mulai merasa ketakutan dan kembali dia menangis lagi.
Jujur saja, Tao ingin pulang sekarang. Dia tidak ingin disini, karena ini bukan tempatnya ataupun rumahnya.
Sang naga menatap lekat pada Tao sebelum akhirnya menurunkannya dan melepaskan lilitannya. Tao kaget dengan apa yang dilakukan oleh sang naga, kedua mata Tao langsung menatap naga merah tersebut tidak percaya.
"Kau mau melepaskanku?" tanya Tao dengan naga girang.
Sang naga hanya menggeram kecil sebelum akhirnya memalingkan kepalanya dari hadapan Tao. Membuat pemuda berambut hitam itu menaikkan alisnya tidak mengerti, dengan reaksi balasang dari sang naga.
Beberapa saat kemudian, Tao mulai berbalik dan berjalan pergi meninggalkan sang naga merah yang kini mulai menatapnya. Tercetak dengan jelas kesedihan pada pancaran bola mata sang naga merah tersebut saat Tao meninggalkannya.
Tao menghentikan langkahnya saat dia merasa diperhatikan. Tao kembali berbalik dan menatap sang naga yang tengah menatapnya dengan pandangan sendu. Dan entah kenapa? Tao merasa bersalah melihat ekspresi sang naga merah tersebut.
Tao menghela napas panjang sebelum akhirnya Tao kembali mendekat pada sang naga. Tao berdiam diri didepan kepala sang naga, masih sambil menatap langsung pada mata indah sang naga merah tersebut. Tao mengusap pelan kepala sang naga merah dan tersenyum kecil padanya.
"Aku akan kembali besok, jangan khawatir. Aku berjanji," ucap Tao dengan nada serius. Meyakinkan sang naga, walau yah... Tao tahu sang naga tidak akan mengerti dan paham arti ucapannya.
Tapi ternyata tidak juga. Sang naga menghadapkan kembali kepalanya pada Tao dan kemudian menggeram dengan suara lembut.
Tao tertawa kecil melihat ucapannya sepertinya, mungkin... dimengerti oleh naga merah tersebut. "Iya, aku akan datang lagi besok kesini. Mungkin akan membawakanmu makanan, sebagai rasa terima kasihku karena kau menolongku," kata Tao. Sang naga lagi-lagi menggeram kecil dengan kedua bola mata emasnya yang terus menatap pada Tao.
Tao tersentak saat mengingat sesuatu. "Oh iya, namaku Zi Tao. Apa kau punya nama, siapa namamu?" tanya Tao penasaran dan langsung merutuki dirinya sendiri memberikan pertanyaan bodoh yang sudah jelas tidak akan dimengerti dan dijawab oleh naga merah tersebut.
Tapi sekali lagi, Tao salah. Sang naga mulai menggerakkan ekornya dan menggunakan ujung ekornya untuk menulis sesuatu di tanah, dihadapan Tao.
"Yi... Fan... Ohh~ jadi namamu Yifan?" ucap Tao menatap sang naga dengan pandangan kagum setelah membaca tulisan tersebut. Sang naga kembali menggeram kecil menimpali ucapan Tao. Dan Tao tidak tahu apa itu artinya 'Iya' atau 'Bukan'.
Tao melipat kedua tangannya didada."Bisakah kau mengangguk atau menggelengkan kepalamu untuk menjawab pertanyaanku?" sang naga lagi-lagi kembali menggeram kecil, bermaksud membuat Tao kesal.
Dan Tao terpancing. Tao mengambil batu dan melemparkannya pada kepala sang naga sekuat tenaganya. Yang sudah jelas tidak berefek apapun pada sang naga.
"Rasakan itu, dasar naga jelek!" maki Tao yang dibalas hembusan napas kencang dari sang naga padanya.
Tao mengerjap-ngerjapkan kedua matanya menatap dirinya yang kini berantakan dan tubuhnya yang sedikit terasa panas, akibat hembusan napas sang naga. Tao berdecak sebal dan kemudian berbalik meninggalkan sang naga merah sembari merapikan dirinya. Sang naga memperhatikan Tao yang tengah berjalan keluar dan kemudian menggeram cukup keras, tidak senang melihat Tao pergi darinya.
Tao membalikkan badan dan menatap sang naga.
"Aku akan kembali... aku berjanji, Yifan," ucap Tao sambil tersenyum sebelum akhirnya dia benar-benar pergi dari sana. Meninggalkan sang naga yang masih menatap pintu gua dengan pandangan kosong. Kemudian sang naga kembali memposisikan dirinya untuk tidur kembali, namun kedua matanya masih menatap pintu gua.
Sang naga merah bernama Yifan tersebut berharap, pemuda bernama Zi Tao itu akan benar-benar kembali padanya. Karena dia sangat menyukai pemuda tersebut dan tidak ingin sang pemuda itu pergi dari sisinya.
Yifan tidak mengerti, kenapa dia bisa sampai menyukai pemuda manusia itu dan bahkan membawanya ke tempatnya. Tapi Yifan tahu, dia tidak bisa memaksa Tao untuk berada disampingnya.
Mereka berbeda, Tao adalah manusia dan dirinya adalah seekor naga. Naga bisa mengerti ucapan manusia, tetapi manusia tidak mengerti apa yang naga katakan.
Tapi mendengar Tao akan kembali lagi membuat hati sang naga merah itu lega. Dan sang naga pun mulai menutup kedua matanya untuk tidur, dan benar-benar berharap bahwa pemuda itu akan kembali kemari.
TBC
Bisa dibikin END dengan Tao yang tidak datang sama sekali, membuat Yifan merana dan kemudian mati ohohoho#plak buagh prang
Okeh, saya gak mau banyak curcol dulu. Semoga readers suka ceritanya dan maaf kalau jelek ffnya.
Ini Angst jadi akhirnya Sad Ending. Dan author bakal berusaha semaksimal mungkin biar ff ini bikin kalian nangis#digigit readers
Kemungkinan cuman tiga atau empat chap sudah tamat.
Sekian
Mind To Review?
