Strangers

by

Barbara Elsborg

remake by

ZER025

Di buat atas dasar kesenangan semata

.

.

Bab 1

SELAMAT TINGGAL

Zi Tao menatap tulisan yang ada di atas pasir dan tertawa. Kalau itu bukan tanda, dia tak tahu apakah itu. Tiga langkah berikutnya dan gelombang dingin menyapu kakinya. Zi Tao mengertakkan gigi dan mengarungi maju sampai air mencapai pinggang. Terjun sambil

gemetar dan dia mulai berenang. Beberapa saat kemudian sandalnya terlepas dari kakinya. Sial, itu adalah favoritnya. Zi Tao mendengus dengan tawa, sehingga ia menghirup penuh air asin dan mencoba untuk berdiri. Ketika kakinya gagal menyentuh dasar, dia menggapai - gapai disekelilingnya sampai ia mendapatkan napas kembali dan bisa berenang lagi.

Tak butuh waktu lama sebelum ia menggigil. Zi Tao membayangkan dirinya meluncur ke dalam tidur nyenyak dan tenggelam. Lalu membayangkan dirinya berjuang untuk bernapas karena air bergegas ke tenggorokannya. Dia memukul pergi ketakutan dengan keras. Tidak akan kembali.

Berbalik, dia mendongak ke langit abu - abu pucat dini hari. Akan lebih menyenangkan melihat matahari untuk terakhir kalinya. Zi Tao membiarkan dirinya tenggelam dan beberapa saat kemudian kakinya menendang ke permukaan. Dia mendengus kesal. Dia bahkan menahan napas.

Ini tidak akan semudah apa yang ia pikirkan. Betapa anehnya jika dia berenang jauh sampai ke Perancis.

Kemungkinan besar sebuah tanker yang akan menggilasnya.

Sebuah hantaman menerjang ujung hidungnya. Zi Tao tersentak saat ia terdorong ke bawah, air tertelan dan panik. Tenggelam adalah satu hal, diserang oleh hiu sungguh sesuatu yang sama sekali berbeda. Dia menendang agar muncul ke permukaan, kengerian akan dimakan

hiu mengubahnya menjadi geliat ketakutan yang luar biasa. Ketika kakinya bersentuhan dengan sesuatu yang padat, rasa takut berubah menjadi teror.

"Oww!" hiu itu berteriak.

Zi Tao meronta - ronta lebih keras.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan?" hiu itu menuntut.

Memiliki halusinasi yang menghibur. Zi Tao berputar putar. Dia tidak tidur semalam dan pikiran lelahnya membayangkan seseorang ada bersama dirinya. Untungnya bukan hiu.

Dia tersihir oleh manusia yang sangat menakjubkan—seorang pria yang marah, berambut gelap yang perlu bercukur. Meskipun ada bayangan hitam di bawah matanya, dia sangat tampan. Gelombang nafsu bergabung dengan rasa menggigil pada tubuh Zi Tao. Tentu saja dia bisa memiliki tubuh kuda nil, karena dia hanya bisa melihat kepala dan bahu telanjang.

"Oh Tuhan, hidungmu berdarah. Maaf," kata pria itu

.

Zi Tao menyentuh wajahnya dan melihat darah di jarinya sebelum percikan air laut mencucinya dengan bersih.

"Aku tidak melihat ke mana aku menuju. Aku tidak mengira akan ada seseorang yang berada sejauh ini, "katanya.

Zi Tao terus menginjak air, bertanya - tanya apakah ia bisa membuat pria itu tetap bersamanya.

"Apakah kau tidak akan mengatakan apapun?" Tanyanya.

Zi Tao membuka mulutnya, menganggap tak masuk akal bicara dengan seseorang yang tidak ada di sana, dan menutupnya.

"Apa kau putri duyung?" pria itu lalu menyelam ke bawah gelombang.

Apa dia seorang duyung jantan? Tapi kemudian dia tahu Zi Tao bukan putri duyung. Dia muncul di sampingnya, lebih dekat dari sebelumnya, pandangan ngeri terlihat di mata cokelatnya yg besar dan lembut.

"Berjari kaki," sembur dia, lalu meludahi wajahnya. "Dengan kuku dicat merah. Aku sangat kecewa."

Hati Zi Tao khawatir. Satu bagian dari imajinasinya tidak akan mengeluh atau meludah ke arahnya. Dia nyata.

"Kupikir kau hiu," kata Zi Tao. "Lalu kupikir aku hanya berkhayal."

"Seekor hiu?" Dia berbalik dan tersentak. "Oh Tuhan, dan kau berdarah. Mereka bisa mencium aroma darah dalam air walau berada di lautan jauh disana. Sekumpulan dari mereka mungkin menyerang dan mencabik - cabik kita, anggota tubuh kita bagian demi bagian. Jika kau merasakan tarikan tiba-tiba, itu mungkin kakimu yang terlepas."

Zi Tao menyeka hidungnya lagi. Masih berdarah.

"Maaf. Kuharap aku tidak mematahkannya." pria itu berkata.

"Jangan khawatir tentang itu."

"Jadi...kau sering melakukan ini?" dia muncul di atas gelombang saat Zi Tao jatuh ke dalam palungan.

Zi Tao terbelah antara ingin tertawa atau menangis. "Apa?"

"Berenang di laut memakai pakaian lengkap?"

"Ya, itu olah raga yang luar biasa. Sebaiknya aku pergi." Zi Tao tidak bergerak.

"Siapa namamu?" Tanyanya.

"Zi Tao."

"Aku Kris."

"Nah, halo dan selamat tinggal, Kris."

Zi Tao berenang ke tengah laut dengan menggunakan dorongan yang kuat dan tegas.

"Kau salah arah," teriaknya.

"Aku belum selesai. Harus membakar tujuh belas Mars Bars-ku (merk coklat) yang kumakan tadi malam. Banyak sekali kalori untuk dihilangkan."

Dia menghampiri disamping Zi Tao, melakukan gaya dada seperti dia. Mereka berenang berdampingan dalam keheningan.

"Apa kau pernah menonton film Open Water?" tiba – tiba Kris bertanya.

Zi Tao telah berusaha untuk tidak berpikir tentang hal itu. "Tidak seperti pasangan buruk dalam film itu, kita tidak hilang. Pantai ada di belakang kita."

"Aku tak ingin kembali ke pantai," kata Kris.

Zi Tao melirik. Gila, kemungkinan apa yang membuat mereka memilih tempat yang sama untuk melenyapkan diri? di lautan luas ini dan mereka berakhir di tempat yang sama?

"Aku di sini lebih dahulu," kata Zi Tao.

"Bagaimana kau tahu?"

Dia benar. Zi Tao salah.

Cahaya mulai menyingsing.

"Apakah pesan diatas pasir itu milikmu?" Tanya Zi Tao.

"Ya kan, aku ada di sini duluan. Lagi pula, ada cukup air bagi kita berdua." Benar. Zi Tao bertanya - tanya bagaimana jika dia menyelam, kemudian membuka mulutnya membiarkan air laut membanjiri paru - parunya.

Apakah itu berhasil? Itu akan cepat?

"Hidungmu masih berdarah," katanya.

"Sial."

"Aku akan berpikir kau akan mengundang hiu."

Zi Tao menangkap sedikit senyum di wajahnya dan melotot. "Aku yang memilih bagaimana caraku mati, dan aku tidak memilih hiu."

"Aku juga," kata Kris. "Kenapa kita tidak berhenti berenang saja?"

"Aku sudah mencoba. Kakiku tak mau bekerja sama. Perhatikan."

Zi Tao berhenti bergerak dan hampir seketika mulai menginjak air. Kris diam menahan tubuhnya, masuk ke dalam air kemudian muncul lagi di samping Zi Tao, air mengalir di wajahnya.

"Ini gila." kata Kris, giginya gemeletuk. "Jangan ragu untuk mengubah pikiranmu. Tak ada yang memaksamu." Lalu Zi Tao menjerit dan Kris langsung keluar dari air. Kate melihat dia

mempunyai otot dada yang kekar, kemudian rasa panik melanda seluruh pikirannya.

"Ya Tuhan, ada apa?" Kris megap - megap.

"Ada sesuatu di belakangku. Menggesek punggungku. Oh Tuhan. Ubur - ubur." Kris berenang di sekitarnya, dan kemudian sejumput rumput laut menjuntai di kepala Zi Tao. Zi Tao menjerit lagi dan dengan kecepatan tinggi, menghentak - hentakkan lengan dan kakinya.

"Ini bukan ubur - ubur," seru Kris. "Ini rumput laut."

"Aku juga tak suka rumput laut."

Kris mendongak. "Kenapa memilih melakukannya dengan cara ini, jika kau takut ubur - ubur, hiu dan rumput laut? Ada lagi yang mau ditambahkan?"

"Kepiting, belut dan kapal tanker minyak."

Kris terkikik. "Bagaimana kalau cumi - cumi raksasa?"

Zi Tao menelan ludah. "Kupikir jika aku tetap memakai pakaian, aku tak akan keberatan dangan makhluk yang berlendir, tapi aku salah. Aku tidak berpikir tentang hiu sampai kau menyebutnya. Dan cumi. Lagi pula, aku bukan satu - satunya yang tak suka hiu."

"Mereka tak akan mencariku. Aku tidak berdarah."

"Kau ada di sekitarku. Aku tidak berpikir mereka pilih - pilih. Lebih baik kau berenang menjauh dan tinggalkan aku sendiri."

"Tapi itu salahku membuat kau berdarah. Aku akan merasa bersalah jika hiu itu memakanmu." Kris gagal meredam tawanya.

Zi Tao berenang dan ia mengikuti.

"Apa kau menguntitku?" Tanya Zi Tao. "Tidak bisakah aku bahkan bunuh diri dengan tenang?"

"Kau yang sepertinya menguntitku."

"Ya, itu benar. Sudah cukup."

Dia berbalik dan mulai berenang kembali ke pantai. Kris terus berpacu dengannya. Tak ada yang bicara, tapi setelah beberapa menit menjadi jelas bahwa pantai tidak makin bertambah dekat.

"Berenanglah perlahan - lahan," kata Kris. "Kita mungkin bisa membuat kemajuan." Tapi mereka tidak.

Kakinya lemas, Zi Tao merasa sulit untuk menjaga kepalanya tetap ada di atas air. Pakaiannya menariknya ke bawah. Dia menahan Kris, dan tahu tanpa dia mengatakan bahwa dia menolak untuk meninggalkannya. Zi Tao membuka ritsleting celana jeans-nya dan mencoba untuk melepas dari atas pinggulnya, tindakan yang malah membuatnya masuk ke air yang dalam. Kris meraih lengannya dan menariknya ke permukaan.

"Apa sih yang kau lakukan?" Teriaknya.

"Mencoba melepaskan celana jeansku."

Kris mengerjapkan air dari matanya. "Biasanya aku akan mendukung itu, tapi kau akan menenggelamkan dirimu sendiri."

Mereka saling memandang dan tertawa.

"Kita bisa menggunakannya sebagai alat bantu apung," kata Zi Tao. "Ikat di bagian ujung kakinya dan mengisinya dengan udara."

Ekspresi ragu di wajah Kris membuat Zi Tao bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa melakukannya. Zi Tao menyelam ke bawah permukaan. Rasanya seperti mencoba mengupas jeruk dengan pisau plastik. Terbunuh oleh celana jeansnya adalah bukan cara lain untuk mengakhiri sesuatu.

Ketika Zi Tao muncul penuh kemenangan, celana di tangan, hujan turun. Dia berjuang dengan jari - jari dingin untuk membuat simpul di satu kaki, sementara Kris bekerja di sisi lain. Ketika kedua kaki di ikat, Zi Tao memegang celana jeans di bagian pinggang dan meraupnya dengan udara. Angin merenggut jeans keluar dari pegangannya dan melemparkannya beberapa meter jauhnya. Kris terkikik. "Haruskah aku mengambilnya?"

"Jangan repot-repot. Itu harganya murah dan mungkin tidak akan berhasil." Dan jika aku mati, aku juga tak akan membutuhkannya.

Langit gelap dan Zi Tao menjerit ketika gemuruh guntur terdengar seperti diatas kepala. Air mulai pasang, ombak memecah di wajah mereka.

"Kupikir seseorang sudah kesal karena kita telah berubah pikiran." Kris batuk.

Zi Tao meludahkan air setelah gelombang menabrak wajahnya. "Apa kau pikir pantai semakin dekat?"

"Tidak."

"Kita pasti terjebak dalam arus."

"Berenang lebih cepat," katanya, "tapi sejajar ke pantai." Zi Tao bertanya - tanya apa yang dia lakukan, berjuang untuk tetap mengambang ketika seluruh tujuan hari ini telah tenggelam.

Mungkin dia tidak begitu menginginkan ini seperti apa yang ia pikirkan. Mungkin dia sudah mati dan dihukum karena membunuh dirinya sendiri, ditakdirkan untuk berjuang terus menerus di laut liar dengan seorang pria tampan tapi menjengkelkan.

"Apakah kau seorang malaikat?" Sembur Zi Tao.

"Tidak."

"Iblis?"

"Hmm. Berhenti bicara, terus berenang."

Zi Tao berkonsentrasi cara mengambil napas diantara gelombang. Menjaga dirinya mengambang dan menyambar setiap udara sebanyak yang dia bisa lakukan. Dia tak yakin bagaimana waktu berlalu sebelum dia menyadari Kris tidak bersamanya. Dia

berputar dalam lingkaran.

"Kris! Kris! Kris!"

Puncak dan palung menjadi lebih ekstrim, hujan mengurangi penglihatan menjadi hanya beberapa meter. Zi Tao tak bisa membedakan antara langit dan laut, seperti ia telah terjebak di salah satu lukisan Turner tanpa detail, warna hanya untuk mengekspresikan suasana hati. Setiap kali dia mencoba menelan udara, ia menelan air. Zi Tao terbatuk - batuk, tersedak dan berteriak memanggil Kris. Dia berputar melingkar mencari dia dan sekarang pantai telah lenyap.

"Kris!"

Ketika dia melihat wajah putihnya di puncak gelombang, Zi Tao berenang dengan panik ke arahnya, melawan air untuk sampai ke sisinya. Melalui mata yang menyengat, Zi Tao melihat dia berenang ke arahnya.

"Kupikir aku akan kehilanganmu." Zi Tao mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.

Kris terbatuk dan meludahkan air. "Aku sulit untuk menyingkirkannya. Aku sangat kedinginan dan lelah. Hal ini seharusnya menjadi apa yang kuinginkan, tapi sekarang aku tidak menginginkannya."

Di bawah bayangan wajahnya yang belum bercukur. Kulitnya tampak hampir transparan. Cekungan bawah tulang pipinya tampak lebih dalam, seolah - olah ia berubah menjadi mayat di depan Zi Tao.

"Terus berenang," kata Zi Tao.

"Arah mana? Dimana pantai sialan itu?"

"Aku tak tahu."

Mereka saling memandang dan Kris tersenyum kecut. "Mungkin kita tidak diijinkan untuk mengubah pikiran kita."

Kris memegang tangannya di atas air dan Zi Tao meraih jari putihnya.

"Jangan lepaskan aku," Zi Tao tersentak.

"Jangan lepaskan aku." kata Kris.

Dan mereka membiarkan laut memilih apakah ingin menjaga mereka atau tidak.

.

.

Yee aku bawa remake baru dan ini bener – bener panas!

Tiap chapnya ada adegan sex..

Masih ada typo kah?

Akan ku upload di sela – sela Hunger Games kkk