Naruto belongs to Masashi Kishimoto

WARNINGS : AU, OOC


",…Kalian berempat akan kutugaskan misi untuk menangkap segerombolan pengedar narkoba yang sudah bertahun-tahun menjadi buronan polisi di Tokyo. Tempatnya termasuk tempat yang cukup ramai di Tokyo dan memiliki wilayah yang cukup strategis. Menurut info yang kudapat, mereka sudah mendiami tempat itu sekitar,..."

Pandangan Tsunade kini menajam ke arah Nara Shikamaru, ",…Jangan menyelaku, Shikamaru," Ucapnya ketika Shikamaru baru ingin membuka mulutnya untuk bertanya namun kembali terdiam dan mendengarkannya, ",…Baik, kulanjutkan. Mereka sudah mendiami wilayah tersebut sekitar tiga bulan terakhir ini. Nampaknya tak ada pergerakan dari mereka karena tak ada satupun polisi yang menyerang kediaman mereka seperti sebelumnya,…"

"Bagaimana bisa, Tsunade-sama? Kupikir kau tadi bilang mereka adalah buronan yang,…" Kini giliran gadis berambut merah muda yang bertanya kepada atasannya tersebut. Kerutan di keningnya menyiratkan kebingungan yang ada di pikirannya.

Tsunade tampak meremas kertas yang ada di genggamannya itu, mukanya memerah menahan kesal, "Astaga, anak muda jaman sekarang. Tidak bisakah kalian menahan suara kalian sementara selama aku berbicara?" Ucapnya dengan nada rendah namun terkesan berbahaya.

"Maaf," Ujar gadis itu dengan suara yang terdengar mencicit.

"Pihak polisi sudah bekerja sama dengan organisasi kita. Mereka memberi kesempatan kepada kita untuk turun tangan menghadapi buronan tersebut," Mendengar penjelasan Tsunade yang kesekian kalinya akhirnya gadis berambut merah muda itu pun menganggukkan kepalanya.

"Untuk saat ini kita tidak tahu apakah mereka menyadari keputusan yang kita dan pihak polisi rencanakan atau tidak, yang jelas kalian harus menjalankan misi ini sampai tuntas. Aku tidak menerima kekalahan dengan alasan apapun,"

Wanita pirang itu yakin ia mendengar helaan napas pemuda pemudi yang ada di hadapannya ini, ia tak peduli. Lagipula jika mereka sudah memutuskan untuk masuk ke organisasinya, mereka harus mematuhi perintah apapun darinya.

Organisasi mereka adalah organisasi rahasia yang tidak diketahui identitasnya, namun selama mereka menjalankan misi, mereka tak pernah kalah. Setidaknya itulah yang selalu wanita itu pikirkan.

"Ada pertanyaan?"

Tak ada satupun yang menjawab pertanyaan Tsunade, pemuda pemudi yang ada di hadapannya kini terlihat sedang bergulat dalam pikiran mereka masing-masing, "Ayolah, sekarang giliran kalian yang berbicara,"

Tsunade tak mengerti lagi harus bagaimana menghadapi empat orang anak muda ini. Tadi saat ia sedang menjelaskan misi tersebut mereka malah menyelanya, sekarang saat mereka diberi kesempatan untuk bertanya tak ada satupun yang bertanya.

Tsunade tak habis pikir.

"Haah, menyusahkan saja," Ucap Shikamaru sebagai jawaban dari pertanyaan Tsunade, namun wanita itu hanya diam saja karena sudah mengetahui sifat pemuda berambut nanas yang selalu begitu setiap diberi misi baru.

Dalam suasana yang hening, Sakura, gadis berambut merah muda tadi, mengulurkan lengannya ke atas menandakan bahwa ia ingin mengatakan sesuatu, atau menanyakan sesuatu, "Tsunade-sama, apa sebaiknya kita tidak mengikutsertakan Lee dalam misi ini? Kurasa Lee masih belum pulih dari cederanya,"

"Aku baik-baik saja, Sakura," Pemuda bermata bulat yang terlihat mengenakan rompi hijau itu kini mengangkat suaranya.

Sakura mengerutkan keningnya, "Kau yakin? Aku bisa melihat lenganmu yang terbalut perban, kau tahu?"

Pemuda yang bernama Lee itu hanya mengedikkan bahunya singkat nampak tak peduli dengan ucapan Sakura.

"Kau cukup tanggap rupanya, Sakura," Ucap Tsunade lagi kepada gadis tersebut. "Kalian akan membutuhkan Lee dalam misi ini. Lagipula aku memang merencanakan misi ini untuk kalian berempat dari awal, tapi melihat keadaan Lee yang seperti itu, kemarin aku langsung memutuskan menambah anggota baru untuk kalian dalam misi ini,"

Shikamaru mengangkat sebelah alisnya, nampak tertarik mendengar pernyataan Tsunade barusan, "Lalu siapakah orang yang beruntung itu, Tsunade-sama?" Tanyanya dengan nada rendah.

"Uchiha Sasuke,"

Serentak keempat orang yang ada di hadapannya ini mengerutkan keningya, tak terkecuali Hyuuga Hinata, yang sedari tadi hanya diam memperhatikan kini juga ikut mengerutkan keningnya.

Uchiha Sasuke tak pernah sekalipun dimasukkan ke dalam misi grup. Ia adalah pembunuh berdarah dingin yang tidak pernah memerlukan bantuan, lalu apa maksudnya ini? Menjadikannya sebagai cadangan selama Lee belum pulih dari cederanya? Sakura bertanya-tanya dalam pikirannya, jika mereka saja tak cukup hingga ditambah dengan Sasuke, seberapa kuatkah buronan yang dibicarakan Tsunade tadi.

Bersamaan dengan jawaban Tsunade, seseorang dengan langkah pelan memasuki ruangan tersebut dengan wajah datarnya. Tanpa banyak berekspresi ia langsung mengambil posisi di samping Hinata.

"Maaf aku telat," Ucapnya.

Kini Tsunade bangkit dari duduknya lalu berjalan mengitari meja kerjanya dan berhenti tepat di hadapan mereka berlima dengan tangan yang terlipat di depan dadannya, "Ini bukan misi solo, Sasuke. Kau harus tepat waktu," Tegur Tsunade.

Sasuke bergeming diam di tempatnya, ia tak peduli.

"Baiklah, aku akan memberitahu kalian satu hal," Tsunade berhenti sesaat lalu melanjutkan, "Aku sudah menyiapkan tempat tinggal untuk kalian selama kalian di Tokyo, dua apartmen terpisah yang memiliki pintu yang saling berhubungan di dalamnya,"

"Satu lagi, kalian akan berangkat besok lusa, siapkan segalanya mulai dari sekarang."

Ya, Tsunade sudah menyiapkan itu semua, dua apartmen berbeda untuk laki-laki dan perempuan yang memiliki pintu penghubung di kedua apartmennya. Pintu yang sangat berguna agar mereka dapat dengan mudah menyusun rencana untuk melakukan penyerangan tanpa ada yang melihat mereka.

Tsunade juga tak ingin pemilik apartmen yang ada di sekitarnya menyadari kalau mereka saling kenal. Kalau itu sampai terjadi, maka presentase keberhasilan yang akan dicapai mereka pasti akan mengurang.

"Kalian boleh keluar sekarang jika tak ada pertanyaan lagi," Ucapnya lagi. Lalu satu persatu anak muda tadi langsung pergi meninggalkan ruangannya.

.

.

.

Sakura berjalan menyusuri koridor tempatnya bekerja. Koridor yang tak begitu besar jika dibandingkan dengan koridor di kantor-kantor biasa, juga tak terlalu kecil untuk ukuran sebuah kantor.

Sebenarnya tempat kerjanya adalah sebuah rumah mewah di pinggir kota, tak ada satupun orang yang akan mengira jika rumah ini sebenarnya adalah sebuah kantor. Sepertinya Tsunade benar-benar tidak ingin jika ada orang-orang yang tahu tentang organisasi mereka.

"Kemana tujuanmu sekarang, Sakura?" Tanya Hinata kepada Sakura saat mereka sudah sampai di teras rumah itu, atau kantornya.

Sakura berjalan melewati Hinata lalu menuruni beberapa anak tangga yang berada di teras kantornya, "Kurasa aku akan langsung pulang, Hinata. Aku harus menyiapkan sesuatunya dari sekarang, kan?"

Gadis berambut indigo itu kini tersenyum, "Baiklah, hati-hati, Sakura," Ucapnya sambil melambaikan tangannya ke arah Sakura saat Sakura sudah di dalam mobilnya yang dibalas anggukkan singkat oleh gadis berambut merah muda itu.

Sakura kini menjalankan mobilnya menuju rumahnya. Perjalanannya cukup panjang, mengingat jarak antara rumahnya dengan kantornya cukup jauh, sekitar empat belas kilometer mendekati pusat kota.

Di perjalanan Sakura mengira-ngira apa yang akan terjadi padanya dan rekan kerjanya lusa nanti.

Dalam organisasi ini sebenarnya ia cukup dekat dengan semuanya, kecuali Sasuke, tentu saja. Kalau dipikir-pikir lagi, Sakura bahkan jarang melihatnya di kantornya. Kalaupun mereka bertemu, tak ada sepatah katapun terlontar dari bibir masing-masing, hanya tatapan mata sajalah yang mungkin mereka lakukan. Tak lebih.

.

.

.

Sakura kini memarkirkan mobilnya ke dalam garasi rumahnya, rumah sederhana bergaya minimalis khas rumah-rumah yang ada di daerah perkotaan.

"Okaerinasai, Sakura," Seorang wanita tua menghampiri Sakura yang baru saja masuk ke dalam rumahnya.

"Tadaima, Kumiko-san," Sakura tersenyum ke arah wanita tua yang menyambut kedatangannya itu.

Kumiko adalah seorang wanita tua yang sudah menjaganya sejak ia masih kecil dan bahkan sudah bekerja pada orang tuanya jauh sebelum ia dilahirkan. Namun saat Sakura memutuskan untuk tinggal berpisah dengan orang tuanya, Sakura tetap menginginkan Kumiko berada disisinya.

Jadilah Kumiko tinggal bersama Sakura dan karena itu juga, Sakura sudah menganggap Kumiko yang notabenenya adalah pengasuhnya sebagai neneknya sendiri.

"Tumben sekali pulang cepat, apa pekerjaanmu sudah selesai?"

Sakura menghela napasnya lalu berjalan menuju sofa yang ada di ruang keluarganya kemudian mendudukinya, "Atasanku menyuruh kami menyiapkan barang-barang keperluan untuk dibawa besok, Kumiko-san,"

Pernyataan Sakura membuat kening Kumiko berkerut, "Memangnya besok kalian mau kemana?" Tanya Kumiko lagi sembari duduk di sebelah Sakura.

"Besok kami akan pergi ke suatu tempat, biasalah, pekerjaan di kantor membuat kami suntuk," Ucap Sakura bohong.

Gadis berambut merah jambu itu sama sekali tidak memberi tahu pengasuhnya bahwa ia bukanlah bekerja seperti gadis normal pada umumnya melainkan bekerja di kantor dengan misi yang berbahaya.

Selain karena takut Kumiko akan khawatir, ia juga tak ingin ada orang lain yang tahu bahwa ia bekerja dalam organisasi yang cukup berbahaya.

"Baiklah, aku akan ke atas dulu, ingin menyiapkan keperluan yang akan kubawa besok," Dengan itu Sakura langsung bergegas menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

.

.

.

Sakura berbaring di ranjangnya sambil memandang langit-lagit kamarnya, ia telah selesai membereskan barang-barangnya. Ia tak menyangka bahwa ia memiliki pekerjaan seperti ini.

Sebagai gadis lulusan ekonomi di universitas ternama di Jepang, pekerjaan seperti ini tak pernah terlintas di benaknya sama sekali.

Terimakasih kepada Lee, temannya saat ia masih kecil yang menawarkan pekerjaan ini kepada Sakura. Pekerjaan yang dapat mengambil nyawanya kapan saja dan di mana saja jika ia lengah dalam pekerjaannya ini.

Sakura bahkan tidak mengenali secara spesifik apa nama dari pekerjaannya ini. Yang jelas ia diberikan misi dari atasannya dan harus menuntaskan misi tersebut dengan benar sesuai rencana yang sudah dibuat.

Sakura kini memejamkan matanya mencoba untuk tertidur agar ia dapat berangkat pagi besok dan juga ia harus mengumpulkan tenaganya biar tidak terlalu lelah besok pagi.


Seorang gadis berambut merah terlihat sedang duduk di sofa ruang kerja kantornya, bersama dengan empat orang lainnya yang sedang menunggu atasannya datang.

"Hei, Hinata! Kau sudah pastikan kalau Neji tidak mengikuti kita, kan?"

Hinata tersenyum ke arah orang yang bertanya padanya, "Sudah, Lee. Kau tenang saja,"

"Syukurlah. Aku malas sekali jika melihat wajahnya, untung saja dia sudah berhenti bekerja di sini. Kalau tidak bisa mati berdiri aku menahan amarah,"

Shikamaru mendecak kencang mendengar jawaban Lee, "Kau berisik sekali," Ucapnya kepada Lee.

Sedangkan Lee hanya memutar bola matanya saja sebagai tanggapan atas kata-kata Shikamaru.

Pemandangan seperti ini sudah biasa Sakura saksikan dan ia sudah sangat bosan melihatnya.

Sekarang yang jadi sasaran pandangan Sakura adalah seseorang yang sedang duduk di pojok ruangan dengan sebuah buku di tangannya.

Uchiha Sasuke terlihat sangat misterius dan seksi disaat yang bersamaan di mata Sakura,.. dan juga terlihat tampan tentunya. Gadis itu tak pernah berada dalam satu ruangan yang lama bersama Sasuke sebelumnya.

Dilihatnya kembali pria bermarga Uchiha itu, tipe pria yang dingin dan sangat irit bicara. Sangat bukan tipenya sekali, sebenarnya Sakura lebih menyukai pria yang bersemangat dan dapat mencairkan suasana, bukan seperti Sasuke yang justru kebalikan dari tipenya.

Tapi jika boleh berpendapat, Sasuke juga tidak begitu buruk.

"Berhenti memandangku seperti itu,"

Sakura terkesiap mendengar suara Sasuke yang berbicara padanya, bagaimana bisa? Pria itu bahkan tidak melihat ke arahnya daritadi!

"A-Aku tidak memandangmu!" Elak Sakura dengan suara yang sedikit keras mengundang tatapan dari temannya yang lain.

Sasuke menutup buku yang ada di genggamannya lalu mengubah posisi duduknya menghadap ke arah Sakura, "Siapapun tahu kalau kau sedang memandangku," Ucapnya tajam sambil menatap lurus ke arah Sakura.

'Sial!' Umpatnya dalam hati.

Wajah Sakura kini memerah menahan malu sekaligus kesal, namun belum sempat ia membalas kata-kata Sasuke, seseorang datang memasuki ruangan mereka.

Tsunade kini berdiri di tengah-tengah ruangan agar anak muda yang ada di dalamnya dapat mendengar suaranya.

"Ini data tentang buronan yang akan kita cari besok. Ada tiga nama penting yang harus kalian tangkap," Ucap Tsunade sambil menyerahkan sebuah berkas kepada masing-masing pemuda pemudi yang ada di dalam ruangan itu.

"Shikamaru, kau yang akan bertanggung jawab mengatur strategi, tetapi untuk yang lain, jika kalian memiliki strategi yang lebih baik dari Shikamaru kalian boleh membertahunya agar dapat dipertimbangkan,"

Masing-masing dari mereka kini terlihat sedang memeriksa berkas yang diberikan oleh Tsunade dengan singkat, "Baiklah, kalian bisa istirahat di lantai dua, aku sudah menyiapkan tempat untuk kalian,"

Satu persatu orang pun keluar dari ruangan tersebut, kecuali Uchiha Sasuke. Nampaknya ia ingin membicarakan sesuatu dengan Tsunade.

"Kau mau ke mana, Shikamaru?" Tanya Hinata kepada rekan kerjanya.

"Mau ke luar sebentar, kau mau ikut?"

Hinata pun mengangguk menyetujui tawaran Shikamaru lalu berjalan beriringan ke luar dengan Shikamaru di sampingnya, "Hei! Aku ikut,"

Shikamaru hanya menghela napasnya melihat Lee, "Menyusahkan saja. Ayo!" Ucapnya kepada Lee, "Sakura, kau juga ingin ikut?" Tanyanya saat melihat Sakura.

Namun Sakura menolaknya dengan sopan. Daripada jalan-jalan keluar disaat cuaca terik seperti ini, Sakura lebih memilih untuk istirahat di ruangan yang sudah disiapkan oleh Tsunade.

.

.

.

Sakura membelalakkan matanya ketika melihat ada lima ranjang di ruangan yang dimaksudkan Tsunade tadi. Ia tak percaya Tsunade menyuruh mereka untuk tinggal bersama dalam satu ruangan malam ini.

'Memangnya apa yang dipikirkan wanita tua itu?!' maki Sakura dalam hati.

Segera saja Sakura keluar dari ruangan itu dan langsung berlari ke ruangannya Tsunade.

Tepat setelah Sakura berada di depan pintu ruangan Tsunade, ia langsung mengetuknya dengan kencang, "Masuk," Sahut Tsunade yang berada di dalam ruangan tersebut.

"Tsunade-sama! Bagaimana bisa kau menyuruh kami, aku dan Hinata, untuk berbagi ruangan dengan para laki-laki itu?! Bagaimana kalau,…"

Tsunade menghela napasnya mendengar rentetan kata-kata yang keluar dari bibir Sakura, ia sudah menduganya, "Tak akan terjadi apa-apa, Sakura,"

Sakura mengerutkan keningnya lalu memandang Tsunade sanksi, "Mengapa kau yakin begitu? Aku-,"

"Tentu saja aku yakin, ruangan itu sudah kupasang cctv, kau tahu? Lagipula aku membuat kalian berbagi tempat agar kalian dekat satu sama lain, tidak ada maksud apa-apa,"

Gadis itu terdiam mendengar penjelasan dari atasannya. 'Jadi itu alasannya,' pikir Sakura dalam hati.

"Baiklah, kau akan bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi padaku, Tsunade-sama,"

Tsunade hanya tertawa pelan mendengar ucapan Sakura, "Kau mengancamku, gadis kecil?"

Sakura serasa ingin menggaruk dinding ruangan itu saja jadinya, "Argh! Bukan itu yang kumaksud!,"

Kini Tsunade tak bisa menahan tawanya lagi, tawanya kini terdengar menusuk telinga Sakura, "Aku hanya bercanda," Tsunade kini berjalan mendekat ke arah Sakura, "Aku pasti bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan anak buahku, kok," Lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Sakura.

Sekarang Tsunade terlihat memegang kedua bahu Sakura lalu membalikkan tubuh Sakura menghadap ke arah pintu keluar, "Sakarang sana, istirahatlah sebisa mungkin. Besok kau akan melaksanakan tugasmu, kan?"

Sakura menghela napasnya begitu ia keluar dari ruangan Tsunade lalu berniat kembali ke lantai dua, namun saat sedang berjalan ke lantai dua, ia melihat sesosok orang sedang duduk di kursi ruang tamu.

"Naruto!" Teriaknya ketika menyadari bahwa orang tersebut adalah temannya.

Sakura kini berlari, lagi, menghampiri temannya itu lalu memeluknya dengan erat, "Kemana saja kau sebulan ini?" Tanya Sakura saat ia sudah duduk di samping Naruto.

Naruto mengeluarkan cengiran khasnya kepada Sakura, "Menjalakan misi lah, memangnya apa lagi?"

Gadis itu meninju bahu Naruto pelan, "Aku tahu, maksudku kenapa selama itu? Memang sesusah apa sih misimu itu?"

Naruto hanya mengedikkan bahunya singkat tak ingin menjawab pertanyaan Sakura, "Nah ini, untukmu," Ucap Naruto sambil memberikan sesuatu kepada Sakura.

Sakura menganga melihat sesuatu yang diberikan Naruto kepadanya. Sebuah kalung cantik yang memiliki liontin berlian, kalung yang sudah pasti sangat mahal harganya, "Dari mana kau mendapatkannya, Naruto?! Astaga ini indah sekali!" Ucap Sakura sambil memegang kalung tersebut dan mencoba memakainya sendiri.

"Sini, kupakaikan," Ucap Naruto kepada Sakura, "Aku mendapatkannya saat misi kemarin, sebenarnya aku tidak membelinya tapi aku dikasih oleh seseorang yang menjadi klien dalam misi ini," Lanjut Naruto sekaligus menjelaskan asal usul ia mendapatkan kalung ini.

"Aku juga memiliki satu lagi untuk Hinata," Ujar Naruto sambil tersenyum.

"Terimakasih, Naruto. Kau baik sekali!" Lagi dan lagi Sakura kembali memeluk Naruto, hingga ia tak sadar ada sepasang mata kelam memandang tajam ke arah mereka dari jauh.

.

.

.

.

.

TBC


A/N :

Halloooooo reader! Ini adalah fic tentang SasukexSakura kedua saya dan fic pertama saya dengan genre tragedy. Maaf sekali kalau fic ini tidak sesuai dengan ekspektasi para reader sekalian yaa..

Saya juga menerima segala bentuk review dari kalian, asalkan itu membangun dan dapat membuat saya menjadi lebih baik lagi dalam menulis fic, saya pasti akan menerimanya kok! Silahkan ditunggu kelanjutan cerita ini yaa. Arigatou minna~