FF ini terinspirasi dari ngerinya film You are Next jadi kagak pure isi kepala ane :D
Sekali lagi ane bawa genre Thriller dan Crime, suka silahkan read, gak suka no Bashing!
Maaf kalau ada typo atau kesalahan penulisan kalimat ^_^ Saya hanya manusia biasa :v
Happy Reading dan tolong tinggalkan jejak kalian :D
I SEE YOU
Genre : Crime,Thriller,Mistery
Boys x Boys
Cast : Infinite
R&R
Happy reading,readers ^_^
xXx
.
.
.
Sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalan kecil yang menuju ke dalam hutan di kaki sebuah gunung. Suasana sore yang beranjak senja yang membuat suasana sedikit gelap tak menghalangi dua pria didalam mobil untuk terus melaju dengan tenang. Sesekali pria disisi bagian setir mengatakan sesuatu seperti menenangkan pria tampan berpostur lebih tinggi disebelahnya. Sementara pria disebelahnya hanya duduk dengan tatapan fokus kedepan seolah memikirkan sesuatu dalam kepalanya.
"aku janji kau akan menyukainya. .jadi jangan terus cemberut seperti itu sayang. .aku jadi merasa bersalah padamu. . " ucap pria berperawakan sedang yang sedang menyetir. Ia berkali kali mengusap rambut pria disebelahnya untuk memberikan rasa nyaman pada pria itu. pria tinggi mendesah kasar. Ia memandang pria yang sedang membelainya dengan tatapan penuh arti.
"aku tidak kesal pada mu Myungie. .hanya saja, kau membawa ku dengan tiba2 menemui kedua org tua mu tanpa mengatakan terlebih dulu pada ku. .aku hanya takut, bagaimana jika mereka tidak menyukai ku? " ucap pria tinggi pada pria yang ia panggil Myungie itu.
Myungie yang belakangan diketahui bernama Myung Soo itu tersenyum kecil. Ia kembali mengusap surai pria disebelahnya yang adalah kekasihnya sejak setahun lalu.
"percaya padaku Yeollie. .mereka akan menyukai mu. .aku bisa pastikan. Tak ada yang tak menyukai malaikat ku ini. " ujar Myung Soo dengan sedikit kalimat chessy untuk menenangkan sikap gugup Yeollie aka Sungyeol itu.
Sungyeol hanya membisu. Ia kembali mengalihkan pandangannya ke pepohonan yang tumbuh disepanjang jalan. Suasana sepi itu sedikit membuatnya merinding.
"Myungie. .sebenarnya kemana kita akan menemui org tua mu? " tanya Sungyeol penasaran.
"orang tua ku membeli sebuah pondok di tengah hutan ditengah gunung. Mereka bilang mereka ingin tinggal disana karena suasana pegunungan yang asri. Dan hari ini sekaligus adalah hari perayaan ulang tahun ayah yang ke 60 dan peresmian rumah baru itu jadi semua saudara ku akan datang kesana. "
Sungyeol beringsut dari tempat duduk nya.
"jadi semua hyung mu akan datang? " tanya nya mengetahui bahwa semua saudara kekasihnya itu adalah laki2. Myung Soo mengangguk mengiyakan membuat Sungyeol mengerti.
"aku yakin kau akan senang bertemu mereka Yeollie. . " tegas Myung Soo lagi meyakinkan. Sungyeol hanya mengangguk. Ia terus memikirkan kalimat atau sikap apa yang akan ia tunjukkan nanti. Ah. Keadaan ini seperti ia akan dipinang saja. Sungguh memusingkan.
.
.
Sekitar 2 jam kemudian mobil yang membawa mereka berhenti pada sebuah pondok atau lebih tepat dikatakan villa berwarna cokelat kayu dengan ukuran cukup besar. Myung Soo dengan sigap turun lebih dahulu dan membukakan pintu mobil untuk Sungyeol yang terlihat semakin gugup. Mata Sungyeol mengerjap sejenak. Apa yang Myung Soo katakan padanya bukanlah omong kosong. Pondok itu berada ditengah pegunungan dengan panorama yang sangat indah. Sepanjang jalan hanya terlihat pepohonan pinus yang berjejer rapi dengan berbagai macam jenis satwa dan fauna kecil yang berlarian dan tumbuh dengan liar disekitarnya. Cuaca yang segar meski cukup dingin dan suasana sepi sangat bagus untuk menenangkan diri atau refreshing. Sungyeol langsung jatuh hati pertama kali melihatnya.
"bagaimana? Kau suka dengan tempatnya? " tanya Myung Soo menyadari ketakjuban Sungyeol. Sungyeol mengangguk.
"ya. Tempat ini sangat indah dan tenang. "
Myung Soo tersenyum senang. "kalau begitu ayo kita masuk. Org tua ku mungkin sudah menunggu didalam. " ajaknya sambil menarik tangan Sungyeol. Sungyeol berdesis kecil. Ia sebisa mungkin merapikan rambutnya yang agak kusut dan mengusap matanya yang agak sembab karena sempat tertidur di mobil.
"jangan khawatir. .kau sudah terlihat sempurna sayang. " cebik Myung Soo menyentuh pipi Sungyeol menimbulkan senyum simpul disana. Myung Soo memang sangat pandai dalam menenangkan kekasihnya.
Myung Soo membuka pintu dan menarik Sungyeol untuk ikut masuk bersama nya. Didalam mereka langsung bertemu dengan dua orang paruh baya yang sedang sibuk menata makanan diatas meja. Mereka tampak terkejut dengan kehadiran putra mereka itu.
"eomma, appa. .aku sudah datang. " seru Myung Soo riang. Kedua orang tua itu sontak mendekat dan memeluk anak mereka dengan rindunya.
"aigooo. .anak ku sudah datang. Lihat dirimu. Kau semakin tampan saja. Ibu kira kau sudah lupa dengan ibu karena tidak berkunjung selama setahun ini. Eomma dan appa sangat merindukan mu kau tau? "
Myung Soo tertawa kecil sementara Sungyeol membeku melihat suasana itu.
"maaf ibu. .aku terlalu sibuk dengan pekerjaan ku. Kantor mengalami masa sulit dan kemungkinan aku akan bangkrut. kalau sudah begini apakah appa masih tak ingin membantuku? " cebik Myung Soo memanyunkkan bibirnya pada ayah nya. Ayahnya hanya tertawa kemudian memukul kepala anak bungsu kedua nya itu.
"sudah berapa kali ayah katakan, kau harus berusaha dengan kekuatan mu sendiri, jangan terlalu sering bergantung pada ayah, atau kau tidak akan bisa sesukses ayah. "
Myung Soo semakin memanyunkan bibirnya. ia sudah sangat mengenal watak ayah nya itu. ia tak suka anak nya terlalu bergantung padanya. Perusahaan percetakan yang ia dirikan juga merupakan hasil usaha nya sendiri. Ayah nya hanya memberikan sebagian investasi pada pembukaan dulu. namun usahanya itu mengalami kegagalan dan ayahnya yang merupakan pemilik perusahaan paling besar di korea itu sama sekali tak mau membantunya.
"ayah memang tak pernah mau membantuku. .aku ini anak ayah atau bukan? "
"ah sudah sudah. Jangan bertengkar. Hari ini adalah hari special, kita jangan membahas pekerjaan. Bersenang2lah. Dan. .tunggu dulu. siapakah pria manis dibelakang mu ini hem? Mengapa kau tak mengenalkannya pada ibu dan ayah? "
Sungyeol membeku. Ia dengan sigap menundukkan kepalanya dalam.
"dia Lee Sungyeol eomma. .calon menantu mu. " ucap Myung Soo santai tanpa menghiraukan tatapan kesal yang Sungyeol tujukan padanya.
"aigoo! Anak ku sudah besar ternyata, sudah pandai memilih calon menantu semanis ini untuk kami. Lihat dia yeobo. Bukankah senyumnya sangat manis? Dan tingginya sangat proposional. Pantas saja Myung Soo jatuh hati padanya. "
"ya. Aku setuju. Ia sangat manis. Bahkan aku bertanya, bagaimana bisa ia mau dengan pria seperti anak kita ini. " sambut ayah Myung Soo diikuti dengan gelak tawa ibunya sementara Myung Soo hanya tertawa kecil dengan canggung. Rasa gugup sudah mengubur sikap cerianya yang biasa ia tampakkan.
"baiklah. Silahkan kemasih barang2 kalian keatas. Dan Sungyeol. anggaplah rumah ini seperti rumah mu sendiri. Dan kau harus memanggilku ibu,Kau paham? "
"dan juga ayah pada ku. . " sambung ayah Myung Soo dengan senyum mengembangnya.
Sungyeol mengangguk kecil. "saya mengerti. .ibu. .ayah. " jawabnya lembut membuat kedua orang tua Myung Soo tersenyum senang.
Kedua orang tua Myung Soo kemudian melanjutkan kesibukan mereka dan Myung Soo menarik Sungyeol untuk naik kelantai dua menuju kamar mereka.
.
.
"bagaimana? Kau tenang sekarang? " tanya Myung Soo setelah selesai menyusun barang2 mereka didalam lemari dan meja. Sungyeol mengangguk. Ia menjatuhkan dirinya keatas ranjang dengan posisi terlentang untuk melemaskan otot2 nya yang kaku. Myung Soo menyeringai nakal. Ia dengan sigap menaiki ranjang dan menindih Sungyeol dengan cepat.
"hya! Kau berat Myungie. .aku lelah, jadi menjauhlah. " omel Sungyeol. Myung Soo tak menggubrisnya dan terus menindih tubuh hangat Sungyeol.
"andwe. Aku ingin memeluk mu terus seperti ini. Kau tau, aku sudah rindu memeluk mu seminggu ini. Aku tak bisa jauh dari mu tapi kau malah pergi seminggu untuk praktek kedokteran mu itu. "
Sungyeol mengusak rambut Myung Soo pelan. Ia mengecup kening pria manis itu.
"miann. .aku juga merindukan mu. Tapi menjadi dokter adalah cita2 ku. Jadi aku harap kau mengerti. "
"hnn. . " gumam Myung Soo manyun. Sungyeol mengecupnya sekilas.
"aku menyayangi Myungie. . " ucapnya lembut.
"katakan lagi. " Sungyeol berdecak kecil.
"aku menyayangi Myungie. . "
Myung Soo mengangkat wajahnya dengan lucu.
"aku tak bisa mendengarnya. . " Sungyeol mendelik seram. Ia menarik kedua pipi Myung Soo membuat pria itu menjerit kesakitan.
"Hya! Hya! Lee Sangeol. .Hentikean ittu. .atau akque awan mencium mu. .uh. " ancam Myung Soo dengan vokal nya yang berantakan. Sungyeol tak kuasa menahan tawanya. Ia menciumi wajah Myung Soo dengan agresif.
"saranghae myungie. . "
Myung Soo tersenyum kecil. Ia menempelkan bibirnya dengan lembut pada bibir Sungyeol. mereka saling mengulum cukup lama hingga akhirnya Sungyeol menghentikan aksi mereka.
"kita harus segera kebawah. Aku mendengar suara mobil, mungkin saudara mu yang lain sudah datang, kita harus menyambut mereka bukan? "
Myung Soo menganggukkan kepalanya. Ia mengecup bibir Sungyeol sekali lagi sebelum kemudian mengajak Sungeyol untuk turun bersama nya.
.
.
xXx
.
.
Senja sudah turun dan matahari sudah menghilang berganti dengan rembulan yang mengintip dicelah2 awan hitam yang berarak. Disebuah rumah 10 orang duduk mengelilingi sebuah meja makan besar dengan berbagai macam hidangan terhidang diatas nya. Ke 10 orang tersebut saling bergurau satu sama lain mengisi kesunyian yang tercipta didalam ruangan.
"jadi, apa sudah berapa lama kalian berpacaran Sungyeol-ssi? Apa kau mahasiswa? " tanya pria yang merupakan kakak sulung Myung Soo yang bernama Sunggyu.
Sungyeol menghentikan suapannya. " kami sudah berpacaran sekitar setahun, ya, aku mahasiswa kedokteran semester akhir. " jelasnya diikuti dengan sorakan huu kecil dari peserta didalam ruangan.
"kau akan segera menjadi seorang dokter kalau begitu. Wahh beruntung sekali Myung Soo bisa memiliki pacar semanis dirimu. " goda pria bernama Woohyun yang diketahui nya merupakan suami dari Sunggyu. Ia mengenal mereka berdua karena ikut menghadiri pernikahan dua sejoli itu dulu. Myung Soo melemparkan tissue yang dipegang nya pada Woohyun.
"hya! Tentu saja aku beruntung. Tidak seperti mu yang bertemu dengan pria sipit dan mengesalkan seeprti itu. " ujar Myung Soo sambil mencibirkan bibirnya kearah Sunggyu. Sunggyu menghentikan makan nya dan menatap Myung Soo tajam. Mereka memang tidak pernah akur sejak dulu.
"ck. Meskipun aku lebih sipit dan jelek, setidaknya aku tidak bangkrut seperti . " ejek Sunggyu sadis. Ia semakin tertawa mengejek ketika Myung Soo terlihat kesal karena kata2nya. Woohyun menarik lengan pria tampan itu untuk memberinya kode untuk berhenti.
"bagaimana dengan mu! Perusahaan mu juga sedang susah. Bukan kah kau datang kesini untuk mengemis pada ayah? " ucap Myung Soo sinis. Sungyeol memegang bahu pria muda itu untuk menenangkan nya. "hentikan. Jangan memancing keributan Myungie. . " katanya lembut ketika menyadari kedua pria itu sama sekali tidak dalam kondisi bercanda. Sunggyu menggeram. Ia hendak memuntahkan kata2nya sebelum ayah mereka menggebrak meja dengan kuat.
"apakah kalian tidak bisa tenang sebentar saja!? Selalu saja bertengkar! Apakah kalian tidak malu dengan usia kalian sendiri!? Myung Soo! Sunggyu! Selama disini, bersikap baiklah. Ingatlah kalian bersaudara. "
"dengarkan apa kata ayah kalian . . " ibu kedua pria itu ikut membantu kalimat suaminya.
Myung Soo dan Sunggyu mendengus bersamaan. Mereka kemudian melanjutkan aktivitas mengunyah mereka.
"maafkan mereka Sungyeol. .mereka memang seperti itu sejak dulu. " Sungyeol mengangguk paham.
"eomma. . " semua serempak menatap asal suara yang berasal dari pria tampan bernama Dongwoo. Ia anak kedua dari orang tua Myung Soo sementara Myung Soo adalah anak ketiga dan yang termuda bernama Sungjong.
"ada apa Woonnie? " tanya ibu nya. Dongwoo menggaruk kepalanya sesaat mendengar panggilan masa kecil nya itu. sejenak ia merasa malu ketika kekasihnya Hoya memandangnya sambil menahan tawanya. Matanya seolah berkata. "woonnie? Nama yg bagus, kekeke" membuat Dongwoo mengerucutkan bibirnya dan kembali fokus pada pertanyaan ibunya.
"bu. .waktu berada diatas, aku seperti mendengar ada bisikan seseorang disana. Terasa dekat seolah ia berada didalam kamar ku. "
Semua menghentikan kegiatan mereka.
"mungkin kau salah mendengar Hyeong. . " ujar Key menanggapi perkataan Dongwoo. Pria tampan itu adalah sahabat Sungjong di kampus dan Sungjong mengajak nya karena tak ingin mengemudi seorang diri kedaerah terpencil itu.
Semua yang mendengar menganggukkan kepala nya seolah setuju.
"tidak. .aku juga mendengarnya. .saat itu aku bersama nya dikamar. .aku juga mendengar bisikan itu. .seolah ada orang yang sedang mengamati kami. "
Semua mata berpaling pada Hoya yang bersuara. Keadaan mulai hening dan mencekam. Sang kepala keluarga yang menyadari keadaan yang tak enak itu berdehem pelan mencairkan suasana.
"ayah yakin kalian hanya salah dengar. .lagipula kalian berdua sama2 penakut. . "
Myung Soo nyaris memuntahkan makanan nya karena tersedak akibat menahan tawa mendengar kalimat ayah nya. Sungyeol menatap kesal padanya sambil mengelus bahu pemuda itu. "hati2 dengan mulut mu Myungie. . " ucapnya memperingatkan.
"iya. .mungkin kalian hanya terkena imajinasi yang dibawa oleh tempat ini Saeng. . " ucap Sunggyu menambahkan. Dongwoo mengangguk. Ya, mungkin hal itu memang hanya perasaan dan imajinasi mereka berdua.
Semua kembali melanjutkan suapan mereka hingga akhirnya Sungjong yang terdiam sejak tadi membuka mulutnya. Matanya memandang kearah jendela yang tepat berhadapan dengannya diseberang meja.
"apa kalian melihat itu? " tanyanya. Semua orang mengikuti lirikan matanya.
"apa? Apa yang kau lihat" tanya Sunggyu penasaran. Sungjong bangkit dari tempat duduk nya dan mendekati jendela yang terbuat dari kaca itu.
"aku seperti melihat seseorang berdiri disana. .itu. . " kalimat Sungjong terhenti.
Pranggg!
Tubuh pria kurus dengan rambut gondrong itu terhuyung kebelakang. Sebuah anak panah menancap dalam di dahinya nyaris menembus tengkorak kepalanya. Semua terbeliak kaku. Woohyun yang berada diposisi terdekat menarik tubuh Sungjong dengan cepat.
"KYAAA! " teriakan histeris dari ibu Myung Soo terdengar keras menyadari kondisi anakbungsu nya itu.
"Sungjong! Sadar lah! " seru Myung Soo dengan panik sambil mengguncangkan tubuh adiknya. Sungyeol beringsut mendekati jendela. Ia yakin sempat melihat seseorang berdiri diantara semak diluar.
"MENUNDUK! " Sunggyu yang berada didekat Sungyeol menariknya dengan sigap ketika sebuah anak panah kembali melayang dengan cepat.
Prangg! Prangg! Prangg!
Tembakan demi tembakan melesat menerjang masuk kedalam rumah menimbulkan suasana ricuh dan panik dari setiap orang.
"semua menjauh dari jendela! Pergi ke area sudut ruangan! " perintah Sunggyu cepat.
Semua yang mendengar nya segera menuju sudut ruangan. Keringat membanjir dari setiap wajah mereka masing2. Hening. Hanya isak tangis ibu mereka yang terdengar ketika menyadari putra bungsu nya telah tewas mengenaskan.
"sudah berhenti. Apakah dia sudah pergi? " tanya Sunggyu.
"aku tak yakin. Hanya saja sepertinya sudah. " ucap Myung Soo menyahuti pertanyaan kakak nya. "jongie. .mengapa setragis ini nasib mu? Apa salah yang sudah kau perbuat? " erang Myung Soo parau sambil mendekati tubuh kaku Sungjong. Semua tenggelam dalam pikiran mereka masing2. Tentang siapa, mengapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi.
"telpon. .segera hubungi polisi. . " perintah Tuan Kim cepat. Key yang berada dalam jangkauan mengambil gagang telpon dan menekan nomor polisi. Nafas nya memburu dilanda kengerian seperti yang lain. beberapa saat kemudian ia meletakkan gagang telpon dan risau.
"gagal. Telpon ini tidak berfungsi" desisnya. Myung Soo dengan cepat menarik ponsel nya dan menggerutu kesal. Tidak ada signal sama sekali disana. Setiap orang melakukan hal yang sama dan nihil. Sama sekali tak ada signal sedikit pun.
"bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan sekarang? " tanya Woohyun cemas. Ia menggenggam tangan Sunggyu sejak tadi untuk mengurangi rasa takutnya. Namun tetap saja perasaan mencekam itu tak bisa ia hindari.
"ibu. .kumohon tenangkan dirimu. . " ucap Dongwoo sembari mengusap punggung ibunya yang masih menangisi kematian Sungjong. Tuan Kim menarik nafasnya berat.
"hanya ada satu cara. .seseorang harus berlari menuju mobil dan memanggil polisi kemari. "
Semua orang mengangguk setuju. "bagaimana jika ia masih diluar sana? Bukankah akan sangat berbahaya untuk keluar? "
Semua orang kembali mengiyakan pertanyaan yang keluar dari bibir Sungyeol. ya. Tak ada yang tau apa yang menunggu mereka diluar sana.
"aku akan melakukan nya. . " putus Woohyun lirih. Sunggyu menarik tangannya. " andwe! Kau tidak boleh keluar! Aku tidak mendukung sama sekali"
"dengarkan aku! Kita akan mati jika terus diam disini! Lihat Sungjong! Kita tak tau maniak seperti apa yang ada diluar sana! Percaya padaku Gyu. Aku adalah pelari nasional kau tau itu. aku bisa berlari dengan cepat menuju mobil kita dan kemudian pergi meminta bantuan. "
Sunggyu membisu. Ia masih memegang tangan Woohyun dengan erat seolah tak ingin membiarkan pria tampan itu pergi.
"percaya pada ku Gyu. .aku pasti bisa melakukan nya dengan baik. " kata Woohyun menenangkan suaminya. Sunggyu mengangguk. Ia mengecup kening Woohyun sekilas.
"kau harus kembali dengan selamat. . " Woohyun mengangguk. "pasti. " bisiknya.
"kau yakin dengan ini Woo? " tanya tuan Kim. Woohyun mengangguk pasti. Ia mulai menggeser meja dan kursi untuk memperlebar ruang bagi ancang2nya.
Dongwoo dan Hoya memegang gagang pintu dari masing2 sisi bersiap membukanya. Sementara yang lain memandang Woohyun dengan cemas.
"berhati hatilah sayang. " peringat Sunggyu sekali lagi. Sungyeol mendekat dan memegang bahu Woohyun. "kau harus kembali dengan selamat. " Woohyun menguatkan tekadnya. Ia bersiap mengambil ancang2 dan pada hitungan ketiga Dongwoo dan Hoya serempak menarik gagang pintu. Woohyun berlari dengan kecepatan tinggi. Sedetik kemudian. .
"ANDWEEE! " teriak Sunggyu histeris ketika melihat tubuh Woohyun terpelanting kebelakang dengan leher terkoyak. Pekikan histeris kembali menghiasi ruangan itu. Sungyeol dengan sigap mendekat kearah Woohyun dan membekap leher pria itu dengan kuat.
"Myungiee! Ambilkan aku kain! Aku harus menutup lukanya! "
Myung Soo tersadarkan dari kebekuan nya. Ia menarik serbet yang terserak dibawah kakinya dan memberikan nya pada Sungyeol. Sungyeol dengan cekatan mengikat leher Woohyun untuk menghentikan pendarahan nya.
"Gyuu. . " erang Woohyun lirih. Sunggyu menggenggam tangan pria itu. air mata mengalir dengan deras dari setiap sudut matanya. "kau akan baik2 saja. .kau akan baik2 saja Woo. . " bisiknya berkali kali. Woohyun tersenyum putus asa. Ia meraup wajah Sunggyu dengan wajah sendu. "mian. . " desisnya sebelum nyawanya lepas dari raga nya. Sungyeol mendesah kasar. luka pada leher Woohyun terlalu besar dan pria itu kehabisan darah dengan cepat.
"ARGHHHH! ANDWEE! BANGUN! BANGUN KATAKU! " pekik Sunggyu berkali2 dengan histeris. Sungyeol segera menarik pria itu menjauh. Myung Soo dan Key membantu menahan tubuh pria yang berontak dengan histeris itu. pekikan demi pekikan keluar dari mulutnya. Sungyeol memeluknya dengan kuat. Air matanya keluar tanpa bisa ia tahan. Woohyun adalah sosok ramah yang sangat ia kenal. Siapa yang akan menduga pria itu akan mati dengan sedemikian tragisnya.
"ibu bertahan lah! " seru Dongwoo diantara kericuhan yang terjadi. Semua orang terkesiap dan ganti memandang nyonya Kim yang terbaring lemah dengan nafas sesak. Tangannya memegang dadanya untuk mengurangi rasa sakitnya sendiri.
"asma. .asma ibu kambuh! Ayah, dimana obat ibu? " tanya Dongwoo panik. Tuan kim dengan sigap naik kelantai dua dan mengambil obat istrinya. Pria paruh baya itu segera meminumkan obat itu pada istrinya.
"eomma. .gwenchana? " tanya Dongwoo. Nyonya Kim mengangguk lemah. Obat itu beraksi dengan cepat dan menenangkan nya.
"benang baja. . "
Semua mengalihkan pandangan nya pada Hoya yang berbicara. Myung Soo mendekat dan melihat dengan teliti pada keadaan diluar dari kaca yang terdapat pada pintu. Ia akhirnya menemukan benang baja yang melintang tak jauh dari pintu dengan sisa darah yang menempel disana. Myung Soo menelan ludahnya kasar. sekarang semua orang mengetahui penyebab kematian Woohyun adalah karena menabrak benang itu dengan cepat hingga mengoyak lehernya.
Hening.
Hanya deru nafas dan isakan Sunggyu yang terdengar. Sementara Sungyeol sibuk menutupi mayat Sungjong dan Woohyun dangan kain panjang. Detikan jarum jam terdengar jelas dalam keheningan ruangan. Semua berkutat dengan pikirannya masing2. Dan suasana yang mencekam semakin menekan setiap orang didalam nya.
"ayah akan membawa ibu mu kekamarnya. .ia harus menenangkan dirinya atau akan collapse lagi. . " ujar tuan Kim memecah keheningan yang tercipta. Semua orang mengangguk setuju. Nyonya kim menuruti kemauan suaminya dan mengikutinya keatas.
Tinggal Myung Soo, Sungyeol, Hoya, Dongwoo dan Sunggyu yang tersisa diruang tamu.
"menurut kalian. .siapa yang tega melakukan hal ini? " tanya Sungyeol kemudian. Ia mengusap bahu Sunggyu yang masih terisak disampingnya.
Semua terdiam. tidak ada yang memiliki petunjuk sama sekali tentang siapa pelakunya.
"apa yang harus kita lakukan sekarang? " tanya Sungyeol lagi.
.
.
xXx
.
.
Tuan Kim memapah tubuh istrinya keranjang. Ia membaringkan wanita paruh baya itu dan menyelimutinya. Rasa cemas,takut dan sedih tersirat jelas dimata wanita itu. dalam satu waktu, ia sudah kehilangan anak dan menantunya. Terasa begitu berat bahkan untuk sekedar mengedipkan mata.
"tenangkan dirimu. .aku akan kembali menemui anak2 untuk memikirkan langkah selanjutnya. Cobalah untuk tidur. ." Nyonya Kim mengangguk. Ia merapatkan selimutnya dan memandangi kepergian suaminya itu. suara pintu tertutup membuat nyonya Kim bangkit dari posisinya. Ia membekap matanya yang kembali menguraikan air mata. Hatinya yang tersiksa memaksanya untuk menahan sesak yang teramat sakit.
"mengapa harus terjadi seperti ini. " desis nya. Ia kembali membayangkan wajah putus asa Woohyun dan Sungjong sebelum ajalnya. Air matanya merembes dengan deras. Ia merasa semua adalah salahnya. Seandainya ia tak membeli rumah ini dan meminta anak2nya datang, mereka tidak akan mengalami hal seperti ini.
Sssttt. .
Nyonya Kim sontak membuka matanya mendengar desisan itu. Ia membeliak ngeri ketika menyadari seseorang dengan pakaian serba hitam dan mengenakan topeng binatang sudah berdiri didepannya memegang sebuah samurai.
"ARRRGHHH! " pekiknya histeris. Terlambat. samurai itu sudah lebih dahulu mengayun dengan cepat membacok kepalanya. Erangan putus asa dari bibir wanita itu mengiringi kematiannya.
.
.
"ayah. .bagaimana dengan ibu. .? " tanya Myung Soo pada ayahnya yang baru menuruni tangga dari lantai dua. Tuan Kim menghela nafasnya berat.
"ia sangat terpukul. .ayah memintanya untuk menenangkan diri beberapa saat. . dimana Sungyeol?"
Myung Soo menolehkan kepala nya kearah dapur. "ia ke dapur. . " tuan Kim mengangguk paham. Ia mengambil posisi duduk disamping Sunggyu yang masih tertunduk lesu memandang mayat Woohyun.
"tabahkan hati. . "
ARGHHHHHH!
Teriakan itu membuat semua segera menuju lantai atas tempat asal suara. Mereka yakin suara itu berasal dari kamar ibu mereka. Myung Soo yang memimpin dibarisan depan segera menendang pintu dengan kekuatan tinggi. Pintu terbuka dengan mudahnya seolah tidak terkunci sama sekali.
"eomma! " pekik Myung Soo dan Dongwoo berbarengan ketika melihat tubuh Nyonya kim sudah kaku diatas ranjang dengan mulut menganga, mata membeliak dan sebuah samurai menancap tepat dikeningnya.
"ANDWEE! Mengapa harus begini!? Apa salah kita yeobo! " ratap Tuan Kim pada mayat istrinya. Situasi semakin mencekam ketika Sunggyu tiba2 melihat sebuah bayangan hitam melintas dari luar ruangan.
"appa! Aku melihat seseorang menyelinap kearah sana. " serunya membuat tuan Kim tersadar. Ia menarik samurai yang menancap pada dahi istrinya dan melangkah keluar dengan penuh amarah.
"BANGSATT! AKU AKAN MENCINCANG MU SAMPAI MATI! " seru nya sambil berlari cepat menuju arah yang Sunggyu katakan. Myung Soo dan Sunggyu segera mengikuti ayahnya. Sementara Key menutupi tubuh kaku nyonya Kim. Ia sempat melihat Dongwoo dan Hoya melangkah cepat mengikuti ke arah luar.
Key menjatuhkan dirinya pada keatas ranjang. Sejak tadi ia mencoba bersikap tenang namun sebenarnya ia merasakan ketakutan yang lebih dari yang lainnya. Tubuhnya yang gemetar sejak tadi semakin menggigil hingga ia kesulitan melangkahkan kakinya dari kamar itu. suasana sepi semakin menekan nya dalam ketakutan.
"eomma. . " desisnya lirih. Ia memandang setiap sudut ruangan yang temaram dan berhenti pada kain gorden yang sedikit terbuka. Meski cahaya yang masuk tak cukup namun ia bisa melihat bercak merah menempel disana. Key menelan ludahnya susah payah. Dengan segenap kekuatan yang tersisa ia melangkah dengan tertatih mendekati gorden itu. jarinya menyentuh warna merah itu. basah. Ia bukan anak SD yang bodoh yang tak menyadari cairan apa itu. baunya yang amis semakin memperkuat keyakinan nya.
"darah. . " lirihnya. tangannya yang gemetar hebat mencoba menarik kain gorden yang menutupi. Dengan sekali sentakan gorden itu tersingkap lebar. Key membeliak ngeri. Sebuah tulisan berwarna merah yang ia yakini darah itu terukir disana.
KAU SELANJUTNYA
Key nyaris terjatuh dari tempatnya berdiri ketika membaca tulisan itu. siapa? Siapa yang menulisnya? Kepalanya penuh dengan spekulasi buruk hingga telinga nya yang tajam menangkap gesekan kecil dari arah bawah ranjang.
Key mendekat. Meski ketakutan namun rasa penasaran nya memaksanya untuk merunduk dan melihat kearah bawah ranjang. Kosong dan gelap. Key menarik nafasnya lega. Ia hendak mengangkat kepalanya sebelum sebuah wajah memakai topeng binatang muncul dengan tiba2.
"AKKKHH! " pekiknya ngeri. Ia menarik tubuhnya kebelakang mencoba menjauh. Dengan sekuat tenaga Key berlari menuju pintu keluar.
.
.
xXx
.
.
Sungyeol membuka keran dari wastafel dan membasuh wajahnya dengan air dingin yang mengalir dari sana. Nafasnya yang memburu sejak kejadian tadi sedikit berkurang dengan bilasan air dingin yang membasahi wajahnya. ia masih memikirkan kejadian tadi yang begitu mengguncang dan juga tentang pertanyaan mengenai siapa pelaku dan mengapa hal itu terjadi. Sungyeol membuka meja yang terdapat didekat jendela dan menemukan sebilah pisau disana. Sesaat lagi ia akan mencapai benda itu sebuah teriakan dari atas terdengar sangat keras. Suara teriakan Nyonya Kim. Dadanya berdegup kencang. Ia mengira sesuatu yang buruk kembali terjadi dengan suara gaduh yang ia dengar dari bawah menuju keatas. Sungyeol kembali menatap pisau didekatnya, sesaat lagi tangannya akan menjangkau benda itu dan. .
PRANGG!
Sungyeol tercekat. Sebuah tangan menarik rambutnya dengan kuat melalui kaca yang pecah. Cengkraman itu demikian hebat hingga kepalanya nyaris membentur jendela jika ia tak menahan nya dengan tangannya.
"ukhh! " suara tercekat ditenggorokan sungyeol terdengar jelas. Tangan itu mencekiknya dengan kuat sekarang. Membuatnya kesulitan bernafas. Tangannya yang bebas sebisa mungkin menjangkau benda apapun yang ada didekatnya. Hingga akhirnya ia meraih pisau dapur yang hendak ia ambil tadi.
Crass!
Gerakan menikam Sungyeol berhasil menusuk pergelangan tangan yang mencekiknya.
"akhhh! " teriakan kesakitan terdengar dari sosok hitam bertopeng binatang diluar. Sungyeol dengan ketakutan membuka semua meja yang ia lihat.
Bingo! Sebuah meja yang penuh dengan peralatan dapur yang tajam terdapat disana. Sungyeol menarik keluar sebuah pisau lagi dan bersiap menusuk sosok yang menyerangnya.
"huh! "
Sosok itu menghilang seperti abu ditiup angin. Meninggalkan bercak darah pada kaca jendela yang pecah tadi. Sungyeol meyakini darah itu berasal luka pergelangan tangan yang ia tusuk tadi. Dengan segera Sungyeol berlari menuju ruang tamu untuk mengetahui apa yang terjadi. Disana ia menemukan Tuan Kim, diikuti Myung Soo, Sunggyu dan pasangan Dongwoo dan Hoya sedang memeriksa setiap sudut ruangan.
"apa yang terjadi Myungie? " tanyanya pada myung Soo. Myung Soo menghentikan gerakannya, ia menarik tangan Sungyeol untuk duduk.
"eomma terbunuh. " bisiknya lirih. Sungyeol terbeliak kaget dan sontak memeluk kepala Myung Soo erat. "kuatkan hati mu Myungie. . " ujarnya. Myung Soo mengangguk lemah. Ia membalas pelukan Sungyeol.
Setelah cukup mencari Tuan Kim menjatuhkan dirinya keatas sofa dengan putus asa. Kemana pun mereka mencari, sosok itu sama sekali tak kelihatan.
"Myungie. .aku tadi. . " ucap Sungyeol gugup hendak menjelaskan apa yang terjadi padanya barusan. Namun kalimatnya terhenti ketika suara teriakan Key terdengar dengan sangat keras. Mereka serempak bangkit dari posisinya dan melihat Key dengan terburu2 menuruni anak tangga dengan ekspresi ketakutan.
"apa yang terjadi? " seru Sungyeol cepat. Key hanya membisu dengan tubuh nya yang bergetar hebat.
"katakan apa yang terjadi Key? " desak Myung Soo.
"a-aku. .aku melihat nya di-diatas. . " ucap Key terbata bata. Tuan Kim yang mendengar hal itu sontak menaiki tangga dengan cepat diikuti Dongwoo dan Hoya. Sementara Sunggyu berusaha menahan Key yang berontak tiba2.
"lepaskan aku! Aku ingin pergi dari tempat ini! Aku tidak mau mati ! "
"tenangkan dirimu Key! " hentak Sunggyu susah payah menahan pemuda kurus itu. Sungyeol juga berusaha menahan gerakan Key yang semakin diluar kendali. Saat mereka lengah sedikit, Key berhasil mendorong Sungyeol hingga terjerembab jatuh. Key memanfaatkan hal itu dan melesat dengan cepat menuju ke pintu keluar. Tubuhnya dengan cepat hilang ditelan kegelapan malam.
"kalian diam disini! Aku akan mengejarnya. " seru Myung Soo. Sungyeol berusaha menarik tangannya dengan kuat.
"andwe! Jangan pergi! Kita tak tau bahaya apa yang ada diluar sana! Jebal Myungie! "
"dengarkan aku sayang. Key dalam bahaya jika sendirian diluar sana. Aku akan mengejar dan membawanya kesini. Dan sebisa mungkin aku akan mencari bantuan. Dengarkan aku. Kau harus percaya padaku. Aku akan baik2 saja. Kau percaya padaku?uh? yeollie? "
Sungyeol menganggukkan kepalanya mengerti. Air matanya mengalir mendengar kalimat Myung Soo yang terdengar seperti kalimat perpisahan baginya. Ia memeluk tubuh Myung Soo erat. Myung Soo membalas dengan merengkuh bahu pria tinggi itu.
"kau harus kembali. .berjanjilah. . " bisik Sungyeol. Myung Soo mengangguk.
"aku berjanji Yeollie. .jaga dirimu. " Myung Soo merunduk melewati benang baja dan berlari dengan cepat menyusul kearah Key menghilang. Sunggyu menutup pintu dan menguncinya. Ia merunduk lemas seperti yang Sungyeol lakukan. Keheningan tercipta dengan cepat membawa bisikan2 maut yang mengintai dari kegelapan.
.
.
TBC-
