REUNION

(EVERLASTING LOVE)

Main Cast: Lee Donghae, Lee Hyukjae

Genre: Romance, Family, Friendship

WARNING!

BOYS LOVE

DON'T LIKE? DON'T READ PLEASE!

THE STORY IS MINE

Typo may applied, don't be silent reader please, NOT ALLOWED TO COPY PASTE WITHOUT MY PERMISSION ^^

TIDAK MENERIMA BASH DAN KAWAN-KAWANNYA. KRITIK DAN SARAN SANGAT DIBUTUHKAN.

THANKYOU ^^


.

.

Whenever love went wrong, ours would still be strong because we'd have our own EVERLASTING LOVE

.

.


Di dunia yang fana ini memang tidak ada yang abadi. Jika ada pertemuan, maka akan ada perpisahan. Ada saatnya kita harus mengucapkan selamat tinggal meskipun sesungguhnya hati kecil tidak menghendaki perpisahan itu. Mungkin bagi sebagian orang perpisahan adalah hal yang mengerikan dan tidak bisa dibayangkan, bagaimana bila suatu saat kita harus berpisah dengan orang yang benar-benar kita sayangi? Akankah hati ini siap? Akankah pertemuan selanjutnya jauh lebih membahagiakan? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mungkin timbul pada orang yang tidak siap dengan perpisahan. Tapi, bagaimana jika perpisahan itu ternyata adalah awal mula untuk membentuk pertemuan yang baru yang lebih berkesan dari pertemuan sebelumnya? Takdir Tuhan siapa yang tahu? Jika hari ini bersedih karena berpisah, mungkin besok akan bertemu dengan seseorang yang menghapus kesedihan itu.

Perpisahan itu juga dialami oleh grup musik yang melegenda, Super Junior. Hari ini, tepat sepuluh tahun setelah grup musik yang melegenda itu bubar. Kelimabelas membernya sudah hidup masing-masing dan terpisah, setelah sekian lama bersama akhirnya mereka hidup berpisah dan menjalani kehidupan baru tanpa hingar-bingar teriakan penggemar dan sorotan lampu kamera. Meskipun telah resmi bubar dan menjalani kehidupan masing-masing, mereka masih tetap saling menjaga komunikasi satu sama lain. Tapi, karena kesibukan masing-masing dan beberapa member ada yang menikah dan tinggal di luar negeri, mereka kesulitan untuk bertemu. Mereka hanya tetap berkomunikasi lewat telepon atau sesekali bertukar pesan ketika mereka punya waktu senggang. Setelah sepuluh tahun tidak bertemu, rasanya rindu sekali berkumpul dan bercanda bersama seperti saat mereka masih berada dalam satu grup dulu.

Donghae tersenyum mengingat saat-saat konyol bersama member yang lain sambil memandang keluar jendela. Pertengahan musim dingin di London, salju turun begitu lebat mengingatkan Donghae pada Hyukjae. Saat musim dingin tiba seperti sekarang ini, biasanya Donghae mengajak Hyukjae bermain Ski dan saling melempar bola-bola salju. Tapi sudah sepuluh tahun terakhir ini Donghae tidak melakukan kegiatan itu lagi karena tiga tahun setelah Super Junior bubar, hubungan Donghae dan Hyukjae juga berakhir. Selain karena waktu bertemu yang mulai sulit, tuntutan orangtua masing-masing untuk menikah dengan seorang gadis dan memberikan cucu membuat Donghae dan Hyukjae terpaksa putus dan menikahi pilihan orangtua masing-masing. Konyol memang, tapi bagi Donghae dan Hyukjae melawan orangtua bukanlah pilihan yang baik. Akhirnya, Donghae menikah dengan seorang sutradara cantik yang terkenal dan memiliki sepasang anak kembar. Lee Jeno dan Lee Haru. Jeno, anak laki-laki yang lahir dua menit lebih dulu dari adik perempuannya Haru. Bulan Juli tahun depan, mereka akan berulang tahun yang ke tujuh. Sebenarnya, sebelum ulang tahun si kembar datang, Donghae berencana membawa mereka pulang ke Korea untuk bertemu dengan nenek dan paman mereka. Sudah hampir sepuluh tahun Donghae meninggalkan Korea dan ia sudah mulai bosan tinggal di London. Tapi setelah di pikir-pikir lagi, menunggu sampai bulan Juli datang terlalu lama. Jadi, Donghae memutuskan untuk meninggalkan London besok pagi bersama kedua anaknya. Untuk apa lagi tinggal di London? Istrinya bahkan minta cerai dua tahun yang lalu dengan alasan Donghae dan anak-anak hanya menghambat karirnya sebagai sutradara. Akhirnya setelah pertimbangan dan pertengkaran hebat, mereka berpisah. Hak asuh jatuh ke tangan Donghae karena mantan istrinya tidak mau mengasuh mereka. Jadi menurut Donghae, setelah perpisahan dengan mantan istrinya tidak ada lagi alasan baginya untuk menetap di London.

"Dad?"

Donghae mengalihkan pandangannya dari jendela saat gendang telinganya menangkap suara Haru yang sedikit bergetar. Gadis kecil bermata bening yang ia dapatkan dari sang ayah itu sepertinya habis menangis karena matanya sembab, hidung dan pipi putihnya merona merah.

"Kau menangis? Kenapa? Mana kakakmu?"

"Aku mimpi buruk, aku mimpi mom berteriak-teriak pada daddy dan memukul daddy."

"It's okay, don't cry. Where's your brother, huh?"

Donghae meraih tangan kecil Haru kemudian memeluknya, menepuk-nepuk kecil punggungnya agar putri kecilnya itu tenang dan berhenti menangis.

"Oppa tidurnya pulas sekali, sudah aku bangunkan tapi tidak bangun-bangun."

"Hari masih gelap, sebaiknya kau tidur lagi. Ingat? Besok kita akan ke Korea bertemu dengan paman dan nenek."

Haru turun dari pangkuan sang ayah dan mengangguk patuh. Gadis kecil itu mengecup pipi kanan Donghae sebelum melambaikan tangannya dan mengucapkan selamat malam pada ayahnya. Donghae tersenyum mendapatkan kecupan kecil dari putrinya, sampai saat ini alasan Donghae bertahan di tengah-tengah neraka rumah tangga bersama mantan istrinya adalah karena kedua anaknya. Jika bukan karena mantan istrinya hamil, mungkin Donghae sudah menceraikannya sebulan setelah pernikahan. Mantan istrinya bukanlah tipe gadis baik-baik yang patuh, setiap hari dia hanya sibuk mengurus dirinya sendiri dan tidak pernah peduli apakah Donghae dan anak-anak sudah makan atau belum.

Sebenarnya kalau boleh jujur, Donghae punya alasan lain kenapa ia ingin pulang ke Korea. Selain merindukan ibu dan kakaknya, Donghae juga sebenarnya ingin bertemu dengan Hyukjae sekali lagi. Meskipun sepuluh tahun telah berlalu, rasa cinta itu masih ada dan tertanam kuat di hatinya. Dulu, saat Donghae dan Hyukjae memutuskan mengakhiri hubungan mereka, Donghae dan Hyukjae hanya berkomunikasi lewat pesan singkat. Tidak ada pelukan atau kecupan perpisahan. Seperti yang sudah di ceritakan sebelumnya, Donghae dan Hyukjae sulit sekali bertemu setelah grup mereka bubar. Jadi sekarang, Donghae ingin menebus waktu sepuluh tahun yang hilang itu dengan kembali mencari keberadaan Hyukjae. Donghae ingin bertemu Hyukjae sekali lagi meskipun seandainya Hyukjae sudah menjadi milik orang lain, setidaknya Donghae ingin bertemu sebagai teman.

Karena kisah kita belum selesai dan tidak akan pernah selesai...

.

.


ooODEOoo


Pagi-pagi sebelum ke studio musik tempatnya bekerja, Hyukjae sibuk memandikan dan menyiapkan sarapan untuk Lee Jisung anak semata wayangnya. Pagi ini Jisung rewel sekali karena tiba-tiba tidak mau makan dan tidak mau melakukan apapun. Bocah berusia lima tahun itu hanya terus menangis dan melarang Hyukjae pergi bekerja. Hyukjae tidak tahu alasan kenapa Jisung begitu rewel sampai ia menyentuh kening Jisung barulah ia tahu penyebab Jisung menjadi rewel. Ternyata putra kesayangannya itu demam, suhu tubuhnya mencapai tigapuluh sembilan derajat celcius. Terpaksa Hyukjae mengurungkan niatnya pergi ke studio musik karena Jisung sakit dan tidak ada siapa-siapa di rumah. Istri Hyukjae meninggal setelah melahirkan Jisung. Jadi setelah kepergian istrinya, Hyukjae merawat anaknya sendiri tanpa bantuan siapapun. Orangtua Hyukjae hanya datang sesekali di akhir pekan untuk menjenguk Jisung tapi di hari-hari biasa, Jisung di tinggal sendirian di rumah sementara ayahnya pergi ke studio musik untuk bekerja.

Hyukjae menyimpan kembali tasnya dan buru-buru membawa Jisung ke rumah sakit. Sebelumnya Hyukjae sudah menghubungi orangtua dan kakaknya, tidak lupa ia juga menelepon rekannya di kantor. Sebenarnya, hari ini ada recording seorang penyanyi terkenal dan sebagai produser seharusnya Hyukjae ada di sana. Tapi mau bagaimana lagi? Anaknya jauh lebih penting dari pekerjaannya sekarang. Jika terjadi sesuatu pada Jisung, mungkin Hyukjae akan menyesal seumur hidup dan tidak bisa bangkit lagi karena selama ini Jisung adalah satu-satunya alasan mengapa ia ingin hidup setelah ditinggalkan oleh Donghae.

"Sebenarnya aku baik-baik saja tidak perlu sampai ke rumah sakit. Ayah hanya perlu merawatku di rumah, kenapa malah membawaku kemari?"

Meski sedang sakit, Jisung masih sempat mengomeli ayahnya. Hyukjae tersenyum sambil mengelus puncak kepala Jisung yang kini sedang terbaring di tempat tidur, hati Hyukjae miris melihat jarum infus menusuk tangan kecil putranya.

"Siapa bilang kau baik-baik saja? Kau demam tinggi sekali! Ayah bahkan bisa menggoreng telur di keningmu saking panasnya. Cepat sembuh, buddy!"

Sambil menunggu Jisung tertidur, Hyukjae melihat keluar jendela. Pemandangan dari lantai 17 tampak sangat indah, Hyukjae bisa melihat dengan jelas bagaimana butiran-butiran salju perlahan turun ke bumi. Sudah desember lagi, yang artinya sudah sepuluh tahun Hyukjae tidak bertemu dengan Donghae. Sejujurnya, Hyukjae penasaran dengan keadaan Donghae sekarang. Apakah dia bahagia? Apakah dia baik-baik saja? Dengan siapa dia tinggal? Dan banyak lagi pertanyaan yang selalu mengelilingi kepala Hyukjae setiap harinya. Hyukjae benar-benar tidak tahu bagaimana kabar Donghae sekarang, ia bahkan tidak punya nomor ponsel Donghae dan tidak tahu harus menghubungi kemana. Hyukjae hanya tahu Donghae berada di London tapi tidak tahu dimana dia tinggal dan bersama siapa.

Meski sudah bertahun-tahun, Hyukjae masih belum mampu melupakan Donghae seutuhnya. Setidaknya, dalam seminggu ada saatnya Hyukjae hanya memikirkan Donghae seharian penuh. Hyukjae sering berpikiran, apakah Donghae bahagia dengan pernikahannya? Hingga mampu melupakannya dan tidak menghubunginya sama kali.

"Ayah?"

"Ya, sayang?"

Hyukjae meninggalkan jendela dan kembali ke samping anaknya. Sepertinya, Jisung membutuhkan sesuatu karena sudah selarut ini Jisung belum juga memejamkan matanya.

"Aku mau bertanya sesuatu."

"Apa?"

"Paman yang berada di foto bersama ayah itu siapa? Sepertinya, foto paman itu bersama ayah lebih banyak daripada foto ibu. Dia teman ayah? Sahabat?"

Mendengar pertanyaan Jisung yang tiba-tiba, Hyukjae jadi salah tingkah dan bingung harus menjelaskannya bagaimana. Rupanya Jisung sudah semakin besar, hingga mampu melontarkan pertanyaan seperti itu pada Hyukjae. Jisung benar, di rumah besar Hyukjae ada banyak fotonya bersama Donghae. Bahkan foto yang tergantung di kamar Hyukjae bukan foto pernikahannya dengan sang istri melainkan fotonya bersama Donghae saat mereka berlibur di Swiss beberapa tahun silam.

"Dia—dia sahabat dekat ayah. Hm, orang yang ayah cintai. Sangat ayah cintai."

"Melebihi ibu?"

Hyukjae tersenyum, jemarinya mengelus pipi putih Jisung. Semakin hari, Jisung semakin kritis saja. Jisung tidak akan puas bertanya jika jawaban Hyukjae tidak membuatnya puas.

"Ayah menyukai ibumu tapi orang yang ayah cintai adalah paman itu."

"Oh."

Bocah bermata sipit yang serupa dengan ayahnya itu mengangguk tanpa mengerti maksud perkataan ayahnya, ia kemudian menguap dan memejamkan matanya.

Kisahku dengannya mungkin belum berakhir, atau bahkan tidak akan berakhir sama sekali.

.

.

TBC


JJAN~~~ ! ^^

Fanfic baru lagi hahahah, ini teaser aja sih. tadinya saya mau hiatus sementara waktu karena kerjaan tapi, tiba-tiba ide ini muncul dan sayang aja kl gak di ketik..nanti malah menguap hahahah

Oh, ini juga fanfic dgn genre fluffy dan minim konflik sebagai permintaan maaf krn kemaren bikin kalian nangis di Brother-In-Law kkkk

semoga suka ya~ ^^

gimana bagus gak?

penasaran gak?

mau di lanjut gak?

Review dong~~~~ ^^

Oh, tapi maaf ya saya gak janji update kilat kaya biasanya karena yah, kalian juga tahu sendiri saya kerja dan waktunya gak banyak ^^

oke, reviwe ya...ini di lanjut apa selesai aja sampai di sini? ^^

.

.

With Love,

Milkyta Lee